Tipe Vegetasi Tingkat Sub Kelas Tipe Vegetasi Tingkat Kelompok

Terdapat 6 blok pengamatan 85,71 yang memiliki persentase penutupan tajuk di atas 60. Untuk strata herba, penutupan tajuk berkisar antara 24-60,75. Gambar 36 memperlihatkan bahwa pada seluruh aliansi di Gunung Salak, rata-rata persentase penutupan tajuk pada strata pohon berkisar antara 65,07- 66,76, strata semak dan anakan pohon berkisar 57,78-63,91, dan untuk strata herba berkisar 31,79-41,17. Terlihat bahwa pada seluruh aliansi rata- rata kisaran penutupan tajuk pada strata pohon di atas 60. Dengan demikian tipe vegetasi pada tingkat kelas zona sub pegunungan, Gunung Salak adalah kelas vegetasi hutan . 64,03 65,07 66,76 63,32 57,78 63,91 31,79 39,37 39,25 10 20 30 40 50 60 70 80 Aliansi1 Aliansi2 Aliansi3 Strata Vegetasi Rata-rat a Penutu pan Tajuk Pohon Semak dan Anakan Herba Gambar 36. Rata-rata persentase penutupan tajuk pada seluruh aliansi Kriteria penutupan tajuk sebagai dasar dalam penentuan tipe vegetasi tingkat kelas merupakan kriteria berdasarkan fisiognomi vegetasi. Hal ini mengacu pada UNESCO Mueller-Dombois Ellenberg, 1974a; Kuchler Zonneveld, 1988; dan Jennings, 1999, dan NVCS FGDC, 1997; dan Grossman et al., 1994, yang menyebutkan bahwa suatu tipe vegetasi tingkat kelas disebut hutan jika penutupan tajuk dari strata pohon di area yang diamati berkisar 60 -100 dan sebagian besar tajuk-tajuk pepohonan saling berhubungan.

2. Tipe Vegetasi Tingkat Sub Kelas

Pada penelitian ini diketahui bahwa hutan yang menyusun seluruh aliansi di zona sub pegunungan, Gunung Salak terbentuk oleh tumbuh-tumbuhan yang sepanjang tahun memiliki tajuk dengan daun-daun yang selalu hijau. Berdasarkan kriteria UNESCO Mueller-Dombois Ellenberg, 1974a; Kuchler Zonneveld, 1988; dan Jennings, 1999, dan NVCS FGDC, 1997; dan Grossman et al., 1994, tipe vegetasi tingkat sub kelas ditentukan berdasarkan kesamaan morfologi dari berbagai komunitas utama penyusun vegetasi yang diamati. Untuk kelas-kelas hutan, hutan terbuka woodland, lahan belukar shrubland dan lahan belukar rendah dwarf shrubland didasarkan pada salah satu diantara hal berikut: 1. Tumbuhan yang selalu hijau, yang dalam hal ini vegetasi dengan tajuk yang selalu ditutupi oleh dedaunan, namun demikian individu tumbuhan yang menyusun vegetasi ini dapat saja menggugurkan daunnya. 2. Tumbuhan luruh daun, yang dalam hal ini sebagian besar dedaunan tajuk tumbuhan yang menyusun vegetasi meluruhkan daunnya dalam kaitannya dengan musim tumbuh yang kurang menguntungkan. 3. Tumbuhan dengan karakter xeromorphic. Vegetasi ini dicirikan oleh tegakan yang melimpah dengan tumbuhan berbentuk hidup phanerophyte xeromorphic. Berdasarkan hal yang dikemukakan di atas maka ditetapkan bahwa tipe vegetasi tingkat subkelas di zona sub pegunungan, Gunung salak adalah hutan selalu hijau .

3. Tipe Vegetasi Tingkat Kelompok

Mengacu pada UNESCO Mueller-Dombois Ellenberg, 1974a; Kuchler Zonneveld, 1988; dan Jennings, 1999, dan NVCS FGDC, 1997; dan Grossman et al., 1994 disebutkan bahwa kriteria yang digunakan dalam penentuan tipe vegetasi tingkat kelompok adalah kondisi iklim makro di lokasi suatu vegetasi ditemukan. 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOV DES Bulan Ra ta -r at a Cu ra h Hu ja n mm 20 20,2 20,4 20,6 20,8 21 21,2 21,4 21,6 21,8 22 Ra ta -r at a Su hu U da ra oC Curah Hujan mm Suhu Udara oC Gambar 37. Distribusi rata-rata suhu udara dan curah hujan tahun 2004-2008 di Gunung Salak Gambaran unsur iklim berupa rata-rata curah hujan dan suhu udara selama periode tahun 2004 – 2008 di kawasan Gunung Salak dapat dilihat pada Gambar 37. Nampak bahwa suhu rata-rata bulanan pada daerah penelitian adalah 21,10 C dengan suhu rata-rata tertinggi adalah 21,68 C pada bulan Oktober, dan terendah adalah 20,38 C pada bulan Febuari. Rata-rata curah hujan bulanan adalah 392,07 mm, curah hujan tertinggi 639 mm terjadi pada bulan November dan terendah 237,70 mm pada bulan Juli. Terlihat bahwa bulan-bulan terpanas berlangsung antara bulan Maret hingga bulan Mei, dan kemudian pada bulan Oktober. Pada bulan Oktober walaupun rata-rata suhu udara meningkat, namun rata-rata curah hujan tetap tinggi 595, 6 mm pada bulan.ini. Vegetasi alami di wilayah tropika sangat erat berkaitan dengan iklim. Sistem penggolongan wilayah tropika yang utama dan paling sering digunakan adalah klasifikasi iklim Koppen. Melalui sistem ini, nama-nama vegetasi digunakan untuk menggolongkan wilayah-wilayah iklim yang berbeda Sanches, 1992. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen Critchfield, 1975; Kimmins, 1987; Longman Jenik, 1987 suatu kawasan dikatakan beriklim tropis basah jika tidak memiliki musim dingin dan suhu udara pada bulan yang terdingin tidak kurang dari 18 C. Pada Gambar 37 nampak bahwa suhu rata-rata udara yang ada di daerah penelitian tidak ada yang di bawah 18 C, bahkan pada bulan yang terdingin sekalipun. Selanjutnya berdasarkan klasifikasi iklim yang sama, suatu kawasan dikatakan beriklim tropis basah jika memiliki curah hujan pada bulan yang terkering lebih besar dari 60 mm. Data pada Gambar 37 memperlihatkan bahwa curah hujan di daerah penelitian selalu di atas 200 mm, bahkan pada bulan November melebihi 600 mm. Data ini menunjukkan bahwa curah hujan di daerah penelitian jauh di atas kriteria iklim Koppen. Van Steenis 1972 mengatakan bahwa di Jawa Barat, iklim pegunungan selalu basah dengan curah hujan hampir tetap sepanjang tahun, yaitu sekitar 3000-4000 mm per tahun hingga elevasi 3000 m. Curah hujan ini terbagi agak merata sepanjang tahun, dengan masa agak kurang basah cukup pendek pada bulan Juli hingga Agustus, yang masih mempunyai 20 hari hujan atau lebih dalam sebulan. Keterangan di atas menunjukkan bahwa Gunung Salak termasuk ke dalam daerah dengan kriteria iklim Koppen A f , yaitu daerah iklim hutan hujan tropis basah secara permanen, dan seluruh bulan memiliki curah hujan yang relatif tinggi. Dengan demikian kawasan Gunung Salak adalah kawasan yang memiliki iklim tropis basah . Hal ini ditunjang oleh kriteria iklim berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt Fergusson Tadjang Mandung, 1987, yang menyebutkan bahwa suatu daerah termasuk ke dalam daerah beriklim tropis A sangat basah, jika memiliki periode bulan basah curah hujan 100mm relatif lebih panjang dari pada periode bulan kering curah hujan 100mm. Sesuai dengan data curah hujan bulanan rata-rata pada Gambar 37 diketahui bahwa bulan basah di kawasan penelitian berlangsung sepanjang tahun. Selanjutnya menurut Tadjang Mandung 1987, garis lintang merupakan salah satu pengendali iklim yang dapat mempengaruhi jumlah radiasi surya yang diterima di permukan bumi. Berdasarkan hal ini, maka permukan bumi yang terletak pada garis lintang 23,5 LS - 23,5 LU adalah daerah beriklim tropis, dan kawasan Gunung Salak berada pada kisaran garis lintang ini.

4. Tipe Vegetasi Tingkat Formasi