Vegetasi Penutup Lahan dan Flora di Kawasan Gunung Salak Fauna di Kawasan Gunung Salak

C. Geologi, Tanah, dan Topografi

Gunung Salak merupakan salah satu dari lebih kurang 40 gunung utama di Pulau Jawa yang saat ini tidak aktif lagi. Sisa-sisa aktivitas vulkanik Gunung Salak masih dapat ditemukan antara lain di kawah Ratu, kawah Hirup, kawah Paeh, kawah Perbakati, dan kawah Cibeureum. Dilihat dari letak topografinya, Gunung Salak berada dalam kesatuan hamparan dengan gunung Halimun Timur 1750 m dpl dan gunung Halimun Barat 1929 m dpl, namun terpisah dari gunung Gede Pangrango oleh lembah sungai Cisadane dan Cicurug. Batu-batuan induk terdiri atas lahar, lava, bahan-bahan piroklastik dengan komposisi basaltik andesit yang berasal dari kegiatan gunung Perbakti zaman Pleiston atas Putro, 1997. Tanah pada kawasan Gunung Salak sebagian besar terdiri atas jenis Andosol, dengan solum sedang sampai dalam sekitar 60 -120 cm. Lapisan atas kaya zat organik berwarna coklat kemerahan sampai hitam. Tekstur lempung sampai lempung liat berdebu. Struktur granular kasar, konsistensi sedang. Lapisan di bawahnya merah kekuningan, coklat kemerahan sampai coklat kuat, tekstur lempung sampai lempung berpasir. Struktur granular kasar, konsistensi sedang Pertamina-UGI dalam Vivien, 2002. Kawasan ini juga sebagian besar merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar 40, selebihnya merupakan daerah bergelombang dan berbukit dengan kemiringan lereng 15-40.

D. Vegetasi Penutup Lahan dan Flora di Kawasan Gunung Salak

Tanah yang digunakan untuk kegiatan budi daya pertanian di kawasan Gunung Salak, sebagian besar terletak pada daerah dengan kemiringan lereng 15 - 40 berupa tegalan dan kebun campuran. Pada kawasan ini juga telah banyak dibuka lahan untuk kegiatan perkebunan Sastrowihardjo, 1997. Pada Gambar 4 dapat dilihat vegetasi penutup lahan di kawasan Gunung Salak yang diperoleh melalui hasil klasifikasi citra Landsat ETM tahun 2001. Vegetasi penutup lahan tersebut adalah: hutan, semak, alang-alang, kebun, perkebunan teh, ladang, sawah, dan lahan terbuka. Putro 1995 mengatakan bahwa di hutan dataran tinggi atau sub pegunungan banyak ditemukan rasamala Altingia exelsa, pasang Quercus lineata, puspa Schima walichii, saninten Castanopsis javanica, pasang kiriung anak C. argertea, sampang Euodia alba, gompong Arthrophyllum diversifolium dan ki leho Sauraria peduncluosa. Lebih lanjut dikatakan bahwa vegetasi kawah di Gunung Salak dapat ditemukan di beberapa tempat, antara lain Kawah Ratu, Kawah Cibeureum, Kawah Perbakti dan Kawah Paeh. Vivien 2002 mengatakan bahwa jenis tumbuhan bawah yang melimpah di kawasan Gunung Salak antara lain Dioscorea myriantha dan Strobilanthes blumei. Selanjutnya Putro 1995 menyatakan bahwa di kawasan Gunung Salak banyak sekali ditemukan spesies tumbuhan langka, diantaranya Creochiton bibrateata, Cannarium kipella, Diplycosia pilosa, Rhododendron album, R. Wilheminae, Pinanga javana, Corybas vornicatus, Nervelia concolor, Macodes asrgyroneura.

E. Fauna di Kawasan Gunung Salak

Komposisi spesies satwa di Gunung Salak diduga memiliki banyak kesamaan dengan Gunung Gede Pangrango Putro, 1995. Beberapa jenis mamalia yang penting yang ditemukan di kawasan Gunung Salak antara lain owa Jawa Hylobates moloch, surili Presbytis comata, lutung Jawa Trachypithecus uratus, lutung hitam T. cristatus, macan tutul Panthera Pardus, kijang Muntiacus muntjak, rusa Cervus timorensis, landak Hystrix barachyura, garangan Herpestes javanicus, trenggiling Manis javanica, dan sigung Mydaus javanicus Putro, 1997; Paulina, 2005. Di kawasan Gunung Salak ditemukan beberapa jenis burung yang memiliki nilai konservasi tinggi karena merupakan hewan endemik di Jawa dan Bali, hewan dilindungi, maupun hewan yang jarang. Burung-burung tersebut diantaranya elang Jawa Spizaetus bartelsii, elang ular Spilornis cheela, elang brontok Spizaetus sirrhatus, elang hitam Ictungaetus malayensis, alap-alap Accipiter trivirgatus, puyuh gonggong Arborophylla javanicus, serindit Loriculus pusillus, menintin Alcedo meninting, bututut Megalaima corvina, tohtor M. armillaris, caladi tikus Sasia arbonis, kepodang gunung Coracina larvata Putro, 1997.

IV. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian