Model Pembelajaran Group Investigation GI

2 Pembentukan keterampilan dan praktik dapat ditingkatkan dan dibuat tidak membosankan meskipun kegiatan pembelajaran terjadi di dalam dan di luar kelas. 3 Menciptakan lingkungan untuk pembelajaran aktif, terlibat dan eksplorasi. 4 Meningkatkan kinerja yang lemah peserta didik kemudian dikelompokkan dengan peserta didik yang lebih. 5 Memberikan gaya belajar yang berbeda di kalangan peserta didik. Pada pembelajaran kooperatif, ukuran kelompok akan mempengaruhi kemampuan kinerja kelompok. Interaksi antar anggota kelompok akan efektif apabila kelompok tersebut memiliki jumlah anggota yang ideal. Peserta didik akan saling mengutarakan pendapat-pendapatnya dalam diskusi yang terkait tugas atau permasalahan kelompok. Dengan adanya perbedaan pendapat dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dihadapi. Menurut Suherman 2003: 262, ukuran kelompok yang ideal dalam pembelajaran kooperatif adalah tiga sampai lima orang.

2.1.4 Model Pembelajaran Group Investigation GI

Model pembelajaran GI merupakan salah satu dari sekian banyak model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Herbert Thelen. Dalam perkembangannya, model ini diperluas dan dipertajam oleh Yael Sharan dan Shlomo Sharan dari Universitas Tel Aviv, Israel. Fase-fase model pembelajaran GI menurut Sharan dan Sharan 1989: 17- 20 adalah sebagai berikut. 1 Memilih topik dan membagi kelompok Guru menyampaikan topik utama yang akan dipelajari oleh peserta didik. Kemudian dari topik utama itu dibagi menjadi beberapa sub topik. Peserta didik memilih sub topik tertentu dari beberapa sub topik yang disediakan oleh guru tersebut, kemudian mengatur diri mereka ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima anggota. Pengelompokan sesuai dengan topik yang peserta didik pilih. Guru mengarahkan peserta didik dalam pengelompokan. Guru kemudian memberikan permasalahan dari tiap subtopik yang telah ditentukan. 2 Perencanaan investigasi dalam kelompok Peserta didik di masing-masing kelompok dengan dibantu guru merencanakan prosedur belajar yang akan dilaksanakan, merancang pembagian tugas yang akan dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok, dan merancang organisasi dalam kelompok misalnya ketua kelompok, notulen, dan sebagainya. 3 Penerapan investigasi Peserta didik melaksanakan rencana yang telah dibuat pada tahap kedua. Pembelajaran hendaknya melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dan harus mengarahkan peserta didik kepada berbagai jenis informasi yang berbeda-beda. Guru secara ketat mengikuti kemajuan atau perkembangan masing-masing kelompok dan menawarkan bantuan jika diperlukan. Dalam tahap ini, terjadi diskusi pemecahan masalah antar peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. 4 Penyiapan laporan akhir Peserta didik menganalisis serta mengevaluasi informasi dan hasil pekerjaan yang telah mereka laksanakan pada tahap ketiga. Keudian mereka menyusunnya sedemikian rupa sehingga dapat dipresentasikan di depan kelas dan menjadi sajian yang menarik bagi teman-temannya. 5 Presentasi laporan akhir Sebagian atau seluruh anggota kelompok di dalam kelas memberikan presentasi dari berbagai sub topik yang telah dipelajari. Kelompok yang tidak presentasi bisa memberikan tanggapan atau pertanyaan terhadap apa yang dipresentasikan oleh temannya. Diharapkan dengan presentasi laporan ini setiap peserta didik memahami topik yang dipelajari secara keseluruhan. 6 Evaluasi Guru bersama peserta didik mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung. Selain itu guru juga bisa memberikan tes akhir pada tahap ini. Model pembelajaran GI yang digunakan pada penelitian ini fase-fase model pembelajaran GI menurut Sharan dan Sharan tersebut di atas. Secara umum, langkah pembelajaran dengan model pembelajaran GI yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1 Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran serta meotivasi peserta didik. 2 Guru memberi motivasi kepada peserta didik. 3 Guru memberikan pengantar pembelajaran berupa apersepsi kepada peserta didik. Fase 1: Memilih dan membagi kelompok 4 Guru menentukan topik yang akan dipelajari. Selanjutnnya peserta didik memilih topik yang mereka inginkan kemudian membentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang. 5 Guru memberikan permasalahan yang harus diselesaikan oleh masing-masing kelompok berupa LKPD. Fase 2:Perencanaan investigasi dalam kelompok 6 Peserta didik bersama guru merencanakan prosedur pembelajaran, pembagian tugas, dan tujuan khusus menginvestigasi topik yang mereka pilih pada fase pertama. 7 Guru membimbing peserta didik dalam merencanakan langkah-langkah menyelesaikan LKPD bagian Kegiatan Inti. Fase 3: Penerapan investigasi 8 Peserta didik belajar dan bekerja secara berkelompok. Peserta didik mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. 9 Tiap anggota kelompok berkontribusi dalam usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. 10 Para peserta didik berdiskusi, mengklarifikasi, mensintesis semua gagasan. 11 Guru membimbing peserta didik yang sedang berdiskusi secara berkelompok dengan berkeliling ke setiap kelompok dan memberikan arahan apabila peserta didik mengalami kesulitan. Fase 4:Penyiapan laporan akhir 12 Guru menganjurkan peserta didik untuk mengerjakan LKPD yang diberikan sesaui dengan strategi dan informasi yang mereka dapatkan dari fase 3. 13 Peserta didik mengerjakan LKPD dengan teman kelompok. 14 Guru meminta peserta didik menyelesaikan LKPD sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. 15 Setiap kelompok menyiapkan presentasi mereka dan merencanakan apa yang mereka sampaikan dan siapa yang menyampaikan. 16 Masing-masing perwakilan kelompok bersama guru berkumpul untuk mengkoordinasikan susunan presentasi. Fase 5:Presentasi laporan akhir 25 menit 17 Presentasi hasil diskusi dilaksanakan sesuai dengan susunan presentasi yang telah ditentukan pada fase 4. 18 Guru meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan atau komentar setelah setiap kelompok melakukan presentasi. 19 Guru mengajak peserta didik memberikan penghargaan kepada kelompok yang melakukan presentasi dengan memberikan tepuk tangan. Guru juga memberikan penghargaan secara verbal kepada kelompok yang presentasi maupun yang memberikan tanggapan atau komentar. 20 Guru bertindak sebagai narasumber jika ada jawaban peserta didik yang kurang tepat. Fase 6: Evaluasi 21 Guru bersama peserta didik mengevaluasi jalannya diskusi dan presentasi yang telah dilakukan. 22 Peserta didik saling memberikan umpan balik mengenai topik yang telah dipelajari dan keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.

2.1.5 Model Pembelajaran Creative Problem Solving CPS

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Menggunakan Masalah Kontekstual Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa

1 43 0

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII

2 17 226

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) BERBANTUAN CD INTERAKTIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SMA KELAS X

4 30 338

PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

1 9 231

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Bagi Siswa Kelas X TP2 Semester Genap S

0 1 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Bagi Siswa Kelas X TP2 Semester Genap S

0 2 13

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN Peningkatan Kreativitas Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Pembelajaran “Creative Problem Solving” Dengan Media Video Compact Disk (PTK Pa

0 1 16

Pemecahan Masalah Secara Kreatif (Creative Problem Solving)

1 1 2

Peningkatan kemampuan komunikasi matematik peserta didik yang menggunakan model creative problem solving (CPS)

0 1 6

Perbandingan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik antara yang menggunakan model problem based learning (PBL) dengan problem solving

0 0 8