Uji Hipotesis 2 Uji Ketuntasan Pembelajaran GI

√ Sudjana 2005:233. Keterangan: z : nilai t yang dihitung x : banyaknya peserta didik yang tuntas secara individual : nilai yang dihipotesiskan n : jumlah anggota sampel Kriteria pengujian untuk uji proporsi satu pihak untuk pihak kanan yaitu H ditolak jika . Nilai dapat diperoleh dengan menggunakan daftar tabel distribusi z dengan peluang . Adapun nilai α yang digunakan adalah 5.

3.9.2.4. Uji Hipotesis 2 Uji Ketuntasan Pembelajaran GI

Uji ketuntasan belajar bertujuan untuk mengetahui apakah hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada materi jarak dalam ruang dimensi tiga dengan model pembelajaran GI dapat mencapai ketuntasan belajar. Indikator mencapai ketuntasan belajar yaitu mencapai ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal. Ketuntasan individual didasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan adalah 71. Sementara kriteria ketuntasan klasikal yaitu persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan individual minimal sebesar 75. Uji hipotesis ketuntasan belajar untuk ketuntasan individual menggunakan uji t satu pihak sedangkan uji ketuntasan klasikal menggunakan uji proporsi satu pihak. Uji t satu pihak, yaitu uji pihak kanan, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. H : rata-rata hasil tes pemecahan masalah kurang dari 71 H 1 : rata-rata hasil tes pemecahan masalah lebih dari atau sama dengan 71 dengan sebesar 70,5. Adapun rumus yang digunakan dalam uji t ini adalah sebagai berikut. ̅ √ Sudjana, 2005: 227 Keterangan: t : nilai t yang dihitung. ̅ : rata-rata nilai. : nilai yang dihipotesiskan. s : simpangan baku. n : jumlah anggota sampel. Kriteria pengujian uji t adalah H ditolak jika dengan dk = n – 1 dan peluang . Nilai yang digunakan adalah 5. Adapun untuk uji proporsi satu pihak, yakni uji pihak kanan, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. H : persentase kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan model GI kurang dari atau sama dengan 74,5 H 1 : persentase kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan model GI lebih dari 74,5 Statistik yang digunakan untuk uji proporsi satu pihak adalah statistik z. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. √ Sudjana 2005:233. Keterangan: z : nilai t yang dihitung x : banyaknya peserta didik yang tuntas secara individual : nilai yang dihipotesiskan n : jumlah anggota sampel Kriteria pengujian untuk uji proporsi satu pihak untuk pihak kanan yaitu H ditolak jika . Nilai dapat diperoleh dengan menggunakan daftar tabel distribusi z dengan peluang . Adapun nilai α yang digunakan adalah 5.

3.9.2.5. Uji Hipotesis 3 Uji Kesamaan Dua Proporsi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Menggunakan Masalah Kontekstual Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa

1 43 0

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII

2 17 226

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) BERBANTUAN CD INTERAKTIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SMA KELAS X

4 30 338

PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

1 9 231

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Bagi Siswa Kelas X TP2 Semester Genap S

0 1 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Bagi Siswa Kelas X TP2 Semester Genap S

0 2 13

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN Peningkatan Kreativitas Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Pembelajaran “Creative Problem Solving” Dengan Media Video Compact Disk (PTK Pa

0 1 16

Pemecahan Masalah Secara Kreatif (Creative Problem Solving)

1 1 2

Peningkatan kemampuan komunikasi matematik peserta didik yang menggunakan model creative problem solving (CPS)

0 1 6

Perbandingan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik antara yang menggunakan model problem based learning (PBL) dengan problem solving

0 0 8