Analisis Reliabilitas Butir Tes Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Hasil selanjutnya dikonsultasikan dengan harga kritik r product moment dengan . Jika maka alat ukur dinyatakan valid. Selain itu, bisa juga menginterpretasikan mengenai besarnya koefisien korelasi. Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi digunakan kriteria Nurgana Jihad dan Haris, 2010:180 seperti berikut. Tabel 3.2 Kriteria validitas Korelasi Kriteria 0,80 1,00 Sangat tinggi 0,60 0,80 Tinggi 0,40 0,60 Cukup 0,20 0,40 Rendah 0,20 Sangat rendah Pada penelitian ini, jika indikator belum terwakili dalam soal maka peneliti mengganti butir yang tidak valid dengan butir lainnya yang memiliki indikator yang sama. Sedangkan jika indikator sudah terwakili oleh butir lain yang telah valid dalam soal maka peneliti tidak menggunakan atau membuang butir yang tidak valid tersebut. Nilai untuk N = 23 dan taraf signifikansi adalah 0,404. Pada analisis tes uji coba dari 10 soal uraian terdapat 1 soal yang tidak valid yaitu soal nomor 2. Data hasil uji coba dapat dilihat pada Lampiran 7. Perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

3.8.2. Analisis Reliabilitas Butir Tes

Reliabilitas berhubungan dengan ketetapan hasil suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel apabila selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda Arifin, 2012: 326. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal tes uraian adalah rumus Alpha, yaitu: [ ][ ∑ ] Arikunto, 2007:109 keterangan: = reliabilitas yang dicari ∑ = jumlah varians skor tiap-tiap butir = varians total dengan rumus varians : ∑ ∑ keterangan : ∑ = jumlah skor soal = jumlah peserta tes Harga selanjutnya dikonsultasikan atau disesuaikan dengan tabel r product moment dengan taraf signifikan = 5 . Jika maka soal tersebut reliabel. Sedangkan, interpretasi nilai mengacu pada pendapat Guilford Jihad Haris, 2010: 181 seperti berikut. Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Reliabilitas Kriteria 0,20 Sangat rendah 0,20 0,40 Rendah 0,40 0,70 Cukup 0,70 0,90 Tinggi 0,90 1,00 Sangat tinggi Berdasarkan analisis tes uji coba diperoleh r hitung =0,836. Sehingga reliabilitas tes pada soal tersebut tergolong tinggi. Data hasil uji coba dapat dilihat pada Lampiran 7. Perhitungan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.8.3. Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks. Indeks ini biasa dinyatakan dengan proporsi yang besarnya antara 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran berarti soal tersebut semakin mudah Arifin, 2012: 147. Adapun r umus yang digunakan adalah sebagai berikut T R S Arifin, 2012: 148 Arikunto 2007: 207 menjelaskan mengenai kriteria soal tes sebagai berikut. Suatu tes tidak boleh terlalu mudah, dan juga tidak boleh terlalu sukar. Sebuah item soal yang terlalu mudah sehingga dapat dijawab dengan benar oleh seluruh siswa bukan merupakan item yang baik. begitu pula item yang terlalu sukar sehingga tidak dijawab oleh semua siswa bukan merupakan item yang baik. Jadi item yang tergolong baik dan ideal adalah soal yang tingkat kesukarannya rata-rata, artinya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu sulit. Berdasarkan pendapat di atas kriteria soal tes yang baik adalah soal yang tingkat kesukarannya rata-rata. Namun demikian bukan berarti soal tes yang memiliki tingkat kesukaran terlalu mudah atau terlalu sukar tidak boleh digunakan. Lebih lanjut Arikunto 2007: 210 juga menjelaskan bahwa soal yang sukar akan menambah motivasi belajar bagi peserta didik yang pandai, sedangkan soal-soal yang terlalu mudah, akan membangkitkan semangat kepada peserta didik yang kurang pandai. Karena pada penelitian ini mengukur kemampuan pemecahan masalah peserta didik, maka akan dipilih soal dengan tingkat kesukaran sedang atau sukar. Menurut Arifin 2012:148, tingkat kesukaran butir soal diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan yaitu adalah soal sukar, adalah soal sedang, dan adalah soal mudah. Pada penelitian ini digunakan interpretasi tingkat kesukaran dengan memisalkan tingkat kesukaran p adalah sebagai berikut. Tabel 3.4 Kriteria tingkat kesukaran soal Tingkat Kesukaran Kriteria 0,0 0,30 kategori sukar 0,30 0,70 kategori sedang 0,70 1,00 kategori cukup Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba diperoleh 1 soal yang termasuk katehori mudah yaitu soal nomor 1, 3 soal yang termasuk kategori sedang yaitu nomor 2, 3, dan 4, dan 6 soal yang termasuk kategori sukar yaitu soal nomor 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Data hasil uji coba dapat dilihat pada Lampiran 7. Perhitungan singkat kesukaran soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.

3.8.4. Analisis Daya Pembeda

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Menggunakan Masalah Kontekstual Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa

1 43 0

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII

2 17 226

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) BERBANTUAN CD INTERAKTIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SMA KELAS X

4 30 338

PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

1 9 231

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Bagi Siswa Kelas X TP2 Semester Genap S

0 1 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Bagi Siswa Kelas X TP2 Semester Genap S

0 2 13

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN Peningkatan Kreativitas Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Pembelajaran “Creative Problem Solving” Dengan Media Video Compact Disk (PTK Pa

0 1 16

Pemecahan Masalah Secara Kreatif (Creative Problem Solving)

1 1 2

Peningkatan kemampuan komunikasi matematik peserta didik yang menggunakan model creative problem solving (CPS)

0 1 6

Perbandingan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik antara yang menggunakan model problem based learning (PBL) dengan problem solving

0 0 8