Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang dipelajari di semua jenjang pendidikan baik sekolah dasar, sekolah menengah pertama, maupun sekolah menengah atas. Sejarah mempelajari tentang masa lalu yang mempunyai nilai-nilai karakter untuk mendidik tiap individu. Sejarah merupakan dialog antara peristiwa masa lampau dan perkembangan ke masa depan. Adanya pembelajaran sejarah memungkinkan peserta didik mengetahui keadaan di masa lampau, sehingga dapat mengambil pelajaran yang berarti untuk menjalani kehidupannya dan sangat penting dalam upaya membangun karakter bangsa Kochhar, 2008:5. Pembelajaran sejarah bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang kegigihan perjuangan yang dilakukan oleh para pemimpin nasional untuk memperoleh kemerdekaan dan peran besar yang diberikan masing-masing tokoh pada zamannya dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Kochhar, 2008:28. Mata pelajaran sejarah memiliki arti yang strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pembelajaran sejarah merupakan suatu perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang didalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang mempunyai hubungan erat dengan masa kini. Sejalan dengan hal tersebut menurut Widya 1989:23 sejarah merupakan dialog berkesinambungan antara masa sekarang dan masa lampau yang mencerminkan nilai kemasakinian dalam sejarah. Pembelajaran sejarah bertujuan untuk 1 membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan; 2 melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar; 3 menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; 4 menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia; dan 5 menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air. Tujuan tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 mengenai standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menangah. Selain itu pembelajaran sejarah juga memiliki tujuan akademik yang hendak dicapai yaitu berupa hasil belajar. Menurut Suprijono 2012:7 hasil belajar mencakup pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar sejarah akan tercapai dengan baik jika proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses pembelajaran juga melibatkan antara guru dan peserta didik. Guru mengajak peserta didik untuk dapat aktif, dan memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya. Sehingga dapat diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat menjadi refleksi diri untuk tiap individu. Dengan demikian proses belajar mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Guru harus yakin dan tahu apa tujuan yang akan dicapai dalam pengajarannya Kochhar, 2008:27. Seiring perkembangan zaman, seperti yang diungkapkan Aman 2011:7 bahwa selama ini pembelajaran sejarah di sekolah kurang diminati oleh peserta didik. pelajaran sejarah dianggap sebagai pelajaran yang membosankan karena cenderung bersifat hapalan, bahkan ada peserta didik menganggap bahwa pelajaran sejarah tidak membawa manfaat karena kajiannya adalah masa lalu. Selain itu pelajaran sejarah juga hanya dianggap sebagai pelajaran pelengkap saja, apalagi mata pelajaran sejarah tidak diuji nasionalkan. Kondisi ini lama-kelamaan mengakibatkan hasil belajar rendah dan tujuan pembelajaran sejarah tidak akan tercapai. Hasil belajar yang rendah dapat dilihat dari beberapa aspek-aspek yang mempengaruhi proses belajar. Slameto 2010:54-72 menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor internal yang terdiri dari faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan serta faktor eksternal yang terdiri dari faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor eksternal misalnya pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat, kurangnya media yang digunakan, serta metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Faktor internal misalnya kurangnya perhatian peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan, tidak adanya minat peserta didik, serta kurangnya kesiapan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam merancang pembelajaran yang akan dilakukan penting untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar sehingga tujuan yang seharusnya dapat tercapai dengan baik. Kondisi yang sama masih ditemukan di SMA Negeri 2 Kota Tegal. Peserta didik cenderung bersikap tidak aktif dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah. Peserta didik lebih banyak mendengarkan guru berbicara tanpa berusaha membangun pengetahuannya secara mandiri maupun dengan peserta didik yang lain. Peserta didik perlu pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru, dan penggunaan model pembelajaran yang bervariasi. Selain itu peserta didik juga seringkali lupa dengan materi pelajaran yang sudah diajarkan. Jika kondisi yang sama terjadi secara terus menerus maka akan menyebabkan rendahnya hasil belajar yang ditandai dengan bosannya peserta didik terhadap pelajaran sejarah yang kemudian timbulnya sikap apatis dari peserta didik. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang membantu peserta didik untuk dapat memperoleh pengetahuan secara optimal. Membangun pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan sangat diperlukan. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dengan lebih baik. Model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif, serta membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran secara lebih mendalam. Pemilihan model pembelajaran yang baik dapat dijadikan alternatif untuk membantu peserta didik memperoleh pengatahuan dengan baik serta membantu guru mencapai tujuan pembelajaran yang seharusnya. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectualy, Repetition. Model pembelajaran ini dipilih sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar sejarah peserta didik terutama dalam pencapaian hasil belajar sejarah yang optimal. Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari Auditory, Intellectualy, Repetition. Dengan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectualy, Repetition peserta didik dapat ikut aktif dalam proses pembelajaran sehingga tercipta proses pembelajaran yang hidup dan tidak hanya berpusat pada guru. Selain itu model pembelajaran AIR Auditory, Intellectualy, Repetition menerapkan jika belajar juga harus dengan pengulangan repetition. Pengulangan yang bertujuan untuk lebih mengingat kembali materi pelajaran yang telah diajarkan. Model pembelajaran AIR menuntut peserta didik untuk belajar melalui mendengarkan, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, menanggapi, berkonsentrasi dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, mencipta, mengontruksi, memecahkan masalah. Belajar juga harus dilakukan dengan pengulangan untuk memperdalam dan memperluas pemahaman peserta didik melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, maupun kuis. Secara empirik model pembelajaran AIR Auditory, Intellectualy, Repetition dapat meningkatkan hasil belajar, seperti penelitian yang dilakukan oleh Hardiyanti, dkk 2013 dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition AIR Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X. Hasil penelitian yang dilakukan hardiyanti, dkk 2013 membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Laboratorium Undiksha Singaraja yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran AIR Auditory Intellectually Repetition. Widiastuti, dkk 2014 dengan judul pengaruh model auditory intellectualy repetition berbantuan tape recorder terhadap keterampilan berbicara. Hasil penelitiannya membuktikan adanya perbedaan yang signifikan dari hasil analisis data. Diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen 75,43 dan nilai rata-rata kelas kontrol 69,81. Keberhasilan peneliti-peneliti terdahulu yang menggunakan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectualy, Repetition dalam pembelajaran yang dilakukannya, membuktikan model pembelajaran tersebut mempunyai potensi yang baik untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya terutama dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas penggunaan model pembelajaran AIR Auditory, Intellectualy, Repetition dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Kota Tegal. Peneliti mengangkat judul penelitian “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran AIR Auditory, Intellectualy, Repetition Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kota Tegal Tahun Pela jaran 20152016”

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY, INTELECTUALY, REPETITION) TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU GIZI SISWA KELAS X SMK NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR.

0 3 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 PANTAI CERMIN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/ 2016.

0 3 25

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) Peningkatan Tanggung Jawab Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition Pada Bilangan Pecahan Dalam Pembelajaran Matematika (P

0 2 17

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) PADA Peningkatan Tanggung Jawab Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition Pada Bilangan Pecahan Dalam Pembelajaran Matemati

0 1 12

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELECTUALLY REPETITION (AIR) TERHADAP SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GALANG.

0 2 23

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

1 2 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS X DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI PONOROGO.

1 1 17

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 13 SURABAYA.

0 1 131

KEEFEKTIFAN MODEL AUDITORY REPETITION (AIR) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI PEKAUMAN OTA TEGAL

0 0 70

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY , INTELLECTUALY, REPETITION) DAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY PADA SISWA KELAS XI IPA SMA BUDI UTOMO JOMBANG

0 2 14