IV. II.1 Analisis Data Komik “Samurai X”
Komik “Samurai X” merupakan komik yang terbit pada tahun 1994, di Jepang. Pada masa ini komik Jepang memang sudah dikenal dunia, namun belum
setenar sekarang. Oleh karena itu, komik yang dihasilkan para manga-ka pada masa ini masih terkonsentrasi pada keadaan Jepang itu sendiri. Muatan kritik
sosial maupun politik lebih ditujukan kepada Jepang dan belum terlalu mengukuhkan posisi Jepang di mata dunia. Namun demikian, sebagai salah satu
negara dengan penduduk bernasionalis tinggi, para manga-kanya tetap menampilkan kelebihan negaranya lewat komik-komik mereka. Dan ini juga
terjadi pada komik “Samurai X”. Kekuatan merupakan salah satu poin penting dalam membangun imej
kepahlawanan heroism. Lewat “Samurai X”, Nobuhiro Watsuki menampilkan kekuatan seorang samurai dalam melindungi kebahagiaan orang-orang yang ada
di sekitarnya. Watsuki tidak menyatakan bahwa semua golongan samurai adalah orang baik, karena pada komik ini tokoh penjahatnya sendiri pun diangkat dari
golongan samurai. Yang sangat ditekankan dalam komik ini adalah kekuatan dari samurai itu sendiri. Golongan samurai sendiri sudah tidak ada pada masa sekarang
ini, namun legenda samurai tetap hidup di hati masyarakat Jepang, salah satunya lewat komik “Samurai X” ini.
Imej kuatnya para samurai di kisah ini seolah-olah menunjukkan kekuatan Jepang itu sendiri. Penekanan kekuatan ini bahkan menggunakan kata-kata yang
mendunia. Artinya, ukuran kekuatan para samurai yang digunakan dalam penceritaan komik ini bukan hanya se-Jepang, tetapi sudah sedunia. Ini bisa kita
lihat pada ekspresi berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
“Kenshin : “Gerakan pedang yang dilakukan Battosai si pembantai bukan aliran “Kamiyakasshin” tapi, aliran ilmu pedang
lama yang banyak dianut pada zaman perang saudara, aliran yang mengutamakan saling membantai. Nama alirannya adalah “Hiten
Mitsurugi”. Kalau pedang tidak dalam keadaan terbalik, pasti bisa langsung membunuh orang sekali tebas. Ilmu pedang yang
mengajarkan cara membunuh dengan kecepatan dewa” Samurai X jilid 1 halaman 44”
Penekanan akan sebuah poin tertentu dapat dilakukan melalui ekspresi pada tulisan. Melalui penekanan ekspresi ini, Watsuki ingin menegaskan kekuatan
Kenshin sang Battousai. Kemampuan membunuh Kenshin diibaratkan setara dengan dewa, namun bukan hanya Kenshin yang ditekankan kekuatannya disini.
Yang disebut kuat disini adalah aliran pedang yang dianut Kenshin, bukan Kenshin itu sendiri. Untuk menambah kesan nyata di dalamnya, aliran “Hiten
Mitsurugi” disebut-sebut sebagai aliran ilmu pedang yang banyak dianut pada zaman perang saudara. Jepang sendiri pada kenyataannya memang sempat
mengalami perang saudara beratus-ratus tahun lamanya. Dari sini, pembaca seolah-olah dihadapkan pada kenyataan bahwa aliran “Hiten Mitsurugi” itu
memang ada. Yang menarik disini adalah penekanan yang dilakukan Watsuki, yang justru
lebih menyentuh aliran pedangnya dan bukan pada tokoh utamanya. Berbeda dengan komik barat, kekuatan maupun kesaktiannya justru ditekankan pada
tokoh-tokohnya, sehingga menunjukkan ke-eksklusifan tokohnya. Watsuki sama sekali tidak menampilkan adegan dimana Kenshin menyatakan bahwa dirinya
adalah orang terkuat sedunia. Ini berarti Kenshin bukanlah satu-satunya orang terkuat dalam komik ini. Lewat penekanan pada aliran “Hiten Mitsurugi”,
Watsuki ingin menyampaikan bahwa siapapun bisa menjadi kuat asalkan menguasai aliran ilmu pedang ini. Aliran ini sendiri diceritakan sebagai aliran
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan pada zaman perang saudara, dengan kata lain disini ditekankan bahwa ada lebih dari satu orang di Jepang yang memiliki kemampuan membunuh
setingkat dewa. Kekuatan Kenshin pada komik ini tetap harus ditekankan juga, namun
Watsuki menampilkannya dengan cerdik. Pengakuan kekuatan seseorang oleh orang lain jauh lebih efektif daripada orang itu sendiri yang menyebut dirinya
kuat. Watsuki menampilkan Kenshin sebagai tokoh utama bukan hanya kuat tetapi juga memiliki karakter yang baik. Di dalam komik ini diceritakan bagaimana
Kenshin sangat tidak menyukai masa lalunya sebagai “Hitokiri Battosai”, samurai terkuat di zaman itu. Melalui poin ini, Kenshin ditampilkan sebagai tokoh yang
tidak mengejar kekuatan semata ataupun gelar terkuat melalui ilmu pedangnya, melainkan ingin melindungi kebahagiaan orang-orang disekitarnya dengan ilmu
pedangnya. Dan yang membuat Kenshin semakin berkharisma adalah pengakuan kekuatannya oleh mantan musuhnya yang kemudian berubah haluan menjadi
sahabatnya. Sanosuke : “Rupanya si penyandang bulu ini belum menyadari
hasil perbuatannya. Bahwa dia sedang membangkitkan amarah…seorang laki-laki paling menakutkan di dunia”
Sanosuke Sagara diceritakan sebagai sang pembuat onar yang kemudian bertarung dengan Kenshin dan berhasil dikalahkan oleh Kenshin. Selanjutnya
mereka berdua menjalin persahabatan karena memiliki cita-cita yang sama, yaitu membangun zaman baru yang penuh kedamaian untuk Jepang. Zaman baru penuh
damai ini tentunya menolak keberadaan pedang maupun pendekar yang selalu bertarung. Beberapa golongan samurai tidak setuju dengan hal ini, sehingga
membuat gerakan-gerakan perlawanan terselubung. Salah satunya diceritakan
Universitas Sumatera Utara
pada bab 41 ini, dimana dikisahkan terdapat seorang samurai yang ingin mengembalikan status samurai dan izin menggunakan pedang. Pada
kenyataannya, sejak Jepang mengalami retorasi Meiji, golongan samurai memang dihapuskan dan diberlakukan peraturan tidak boleh membawa senjata kecuali
pihak militer dan kepolisian. Dan karena komik “Samurai X” memang jenis komik sejarah, maka detail-detail yang sebenarnya ditambahkan dalam komik ini
agar terkesan nyata. Si samurai yang ingin membangkitkan kembali kaum samurai tersebut
akhirnya terlibat pertarungan dengan Kenshin. Dan disinilah Sanosuke mengeluarkan pernyataannya tentang Kenshin. Sanosuke menyebut Kenshin
sebagai lelaki paling menakutkan di dunia. Penekanan kekuatan Kenshin kali ini menggunakan pernyataan orang lain sehingga lebih menyentuh pembaca.
Penekanan ini bahkan menggunakan kata “dunia”, sehingga kekuatan Kenshin tidak hanya diakui di Jepang tetapi juga dunia. Kekuatan Kenshin oleh orang lain
memang banyak ditampilkan di komik ini, namun pernyataan Sanosuke ini sedikit spesial, karena selain menjadikan dunia sebagai tolok ukurnya, Sanosuke juga
menggunakan kata “menakutkan” untuk menunjukkan kekuatan Kenshin. Alih- alih kata-kata “terkuat”, kata “menakutkan” justru mengandung penekanan yang
lebih. Siapa pun bisa menjadi kuat, namun belum tentu ditakuti. Tetapi, sebaliknya, orang yang ditakuti pasti memiliki kekuatan tertentu sehingga dia
ditakuti. Dan inilah yang digunakan Watsuki, tidak hanya kuat, Kenshin juga digambarkan sebagai karakter yang berkharisma sehingga pantas ditakuti. Dan
secara implisit, Watsuki menunjukkan bahwa karakter kepahlawanan Jepang bukan hanya kuat dan baik melainkan juga menakutkan.
Universitas Sumatera Utara
Seperti diungkapkan sebelumnya, kekuatan yang ditekankan dalam komik “Samurai X” bukanlah kekuatan tokoh utamanya semata, melainkan kekuatan
para samurai yang ada di dalamnya, termasuk tokoh antagonisnya. Menciptakan tokoh antagonis yang sangat kuat pada komik ini memiliki implikasi dua hal,
yaitu menunjukkan tokoh pahlawannya sangat kuat karena akhirnya berhasil mengalahkan musuhnya sekaligus menunjukkan bahwa terdapat banyak orang-
orang kuat di Jepang pada masa itu. Salah satu tokoh antagonis yang dikarakterkan sangat kuat adalah Makoto
Shisio, yaitu seorang samurai di komik ini disebut sebagai ksatria Meiji yang ingin menggulingkan pemerintahan Jepang. Kekuatan karakter ini bisa kita lihat
pada kutipan berikut : “Makoto Shisio : “Orang seperti Kenshin Himura, si Battosai…
Aoshi yang ingin menjatuhkan si Battosai, Ogina yang selama ini selalu ramah dan baik, yang tiba-tiba berubah jadi beringas dan ingin
menghabisi teman lamanya… Lalu, seluruh jajaran pemerintahan Meiji yang ingin menjatuhkan aku untuk menutupi kebobrokan
mereka… semua petarung-petarung yang selalu bertarung dengan mempertaruhkan nyawa di zaman sekarang ini… adalah gejala yang
pantas untuk mengundang neraka datang ke dunia, ya ‘kan?”
Berbeda dengan Kenshin, kekuatan Shisio disini dilukiskan tidak menggunakan kata-kata dewa atau Tuhan yang memiliki makna positif, karena
Shisio adalah tokoh antagonis. Watsuki memilih menggunakan kata “neraka” untuk mewakili kekuatan Shisio. Neraka merupakan unsur yang paling kuat dalam
kejahatan. Disini Watsuki melukiskan bahwa Shisio adalah neraka yang diundang datang ke dunia. Neraka yang datang ke dunia inilah yang nantinya ditaklukan
oleh Kenshin. Dari sini pembaca diarahkan untuk melihat Kenshin sebagai dewa
Universitas Sumatera Utara
yang berhasil memadamkan api neraka yang datang ke dunia. Dengan kata lain, Kenshin tidak hanya dilukiskan kuat tetapi juga penyelamat dunia.
Tidak hanya penggunaan kata neraka, Watsuki juga menggunakan cara lain untuk melukiskan kekuatan Shisio si tokoh jahat.
“Hoji : “Pada saat negara Barat yang kuat datang ke belahan timur untuk menjajah negara-negara yang lemah seperti ini, Jepang
baru yang mulai terbentuk ini tak akan tersisa sedikit pun bila tidak ikut menjadi negara yang kuat Untuk mewujudkannya, hanya satu
orang yang bisa melakukannya… Dialah Makoto Shisio, orang yang sangat dibutuhkan sang zaman” halaman 124”
Masih dengan menggunakan pernyataan orang lain, kali ini Watsuki menggunakan Hoji bawahan Shisio untuk melukiskan kekuatan Shisio. Tidak
secara eksplisit, namun bermakna dalam. Shisio diungkapkan Hoji sebagai orang yang sangat dibutuhkan sang zaman. Ini bermakna Shisio adalah orang yang
paling tepat untuk mengatur Jepang sehingga menjadi negara terkuat nantinya. Penggunaan kata “sang zaman” menunjukkan bahwa bukan hanya Jepang yang
membutuhkan Shisio melainkan seluruh dunia ini.
Universitas Sumatera Utara
IV. II.2 Analisis Data Komik “Naruto”