IV. II.2 Analisis Data Komik “Naruto”
Sama halnya dengan komik “Samurai X”. komik Naruto juga tidak sekedar menampilkan pahlawan yang baik hati dan kuat secara fisik saja. Jika “Samurai
X” lebih menekankan kepada karakter pahlawan yang baik hati, menyenangkan dan disukai banyak orang, komik Naruto justru lebih menggali kepada proses
pertumbuhan para tokohnya hingga akhirnya mereka menjadi kuat, baik secara fisik dan mental.
Penekanan pada proses ini dilakukan oleh Kishimoto untuk mendekatkan karakter-karakter ciptaannya kepada pembaca, tidak hanya sekedar menyukai
tetapi juga mengagumi bahkan menciptakan harapan bahwa para pembaca juga bisa sekuat Naruto dan kawan-kawannya. Ini sejalan dengan apa yang dikatakan
Gerbner, bahwa injeksi dari sebuah media yang berlangsung secara terus menerus dapat menciptakan “citra palsu” akan apa yang disampaikan oleh media tersebut.
Tidak hanya berhenti sampai di situ, karena sifatnya tidak memaksa, para pembaca kemudian akan mengganggap dirinya adalah bagian dari citra palsu
tersebut. Pada komik Naruto, tokoh yang digunakan adalah para remaja lelaki dan
remaja perempuan, ini disesuaikan dengan sasaran pembacanya. Agar lebih dekat ke pembaca, para karakter yang diciptakan Kishimoto dalam komik ini merupakan
tokoh-tokoh yang masih “hijau”, masih dalam tahap belajar dan berkembang. Tokoh utamanya, Naruto, diceritakan sebagai remaja yatim piatu yang suka
berbuat onar demi mencari perhatian penduduk desa Konoha, sama sekali bukan karakter elit yang jenius dan berkarisma. Karakter ini cepat melekat ke hati
Universitas Sumatera Utara
pembaca, karena Naruto menyentuh pembaca bukan dengan kekuatan fisik semata melainkan dengan perjuangannya untuk diakui oleh orang lain.
Untuk mendukung perjuangan Naruto, Kishimoto menciptakan sebuah karakter yang sangat berlawanan dengan Naruto. Karakter elit, berkarisma, jenius
dan berbakat, Uchiha Sasuke. Cerminan yang ingin ditampilkan Kishimoto disini adalah golongan masyarakat yang secara turun temurun merupakan keluarga
terpandang, sukses dan disegani masyarakat. Seolah memberi kritikan pada golongan ini, Sasuke pun diceritakan sebagai seorang remaja bermasalah.
Namun, sasaran Kishimoto tidak hanya menjadikan Sasuke sebagai rival Naruto semata. Kishimoto juga ingin menciptakan persaingan antara pendukung
Sasuke dan Naruto. Disinilah letak keunikan komik Jepang. Para manga-ka biasanya tidak menciptakan sebuah tokoh hanya sebagai pendukung semata.
Mereka mengharapkan setiap tokohnya memiliki basis penggemar tersendiri, termasuk tokoh antagonisnya. Itu sebabnya tidak jarang sebuah karakter dalam
komik Jepang diceritakan seolah-olah wajar menjadi jahat akibat masa lalunya yang kejam. Demikian pula dengan Sasuke, Kishimoto menciptakan Sasuke
sebagai karakter pembalas dendam. Seseorang yang hidup hanya dengan tujuan membunuh kakak kandungnya, Itachi, karena telah membantai seluruh klan
Uchiha termasuk kedua orangtua Sasuke. Masa lalu yang kelam, menyaksikan kematian kedua orang tuanya tepat di depan matanya, ditambah kenyataan bahwa
kakak yang sangat dikaguminya adalah pelaku pembunuhan tersebut menjadikan Sasuke manusia berhati dingin dan bersedia melakukan apapun demi pembalasan
dendamnya.
Universitas Sumatera Utara
Lewat penciptaan karakter elit dengan masa lalu kelam ini, Kishimoto menggandeng para pembaca yang berasal dari kalangan keluarga elit, atau remaja-
remaja yang merasa elit, dan bermasalah. Kishimoto ingin menunjukkan kepada pembacanya bahwa pada dasarnya yang dibutuhkan kaum elit bermasalah ini
adalah Naruto. Ini disampaikan Kishimoto dengan menceritakan jalinan persahabatan antara Naruto dengan Sasuke. Kedua karakter yang sangat berbeda
ini disatukan dengan satu perasaan yang sama, kesepian. Keduanya dijauhi masyarakat, walaupun dengan alasan yang sangat berbeda, namun penderitaannya
tetaplah sama. Hidup bersama Naruto, mengajarkan Sasuke akan arti kebersamaan dan pentingnya melindungi sesuatu yang berharga. Dan untuk pertama kalinya
Saasuke hampir melupakan pembalasan dendamnya dan menikmati hari-hari bersama Naruto, Sakura dan Guru Kakashi. Dengan sendirinya, Naruto menjadi
pahlawan bagi penggemar Sasuke sekalipun mereka tidak menyukai karakter Naruto.
Seperti diungkapkan sebelumnya, para manga-ka selalu menciptakan karakter secara unik dan spesial agar memiliki penggemar tersendiri. Demikian
pula halnya dengan Masashi Kishimoto dalam komik “Naruto” ini. Tidak hanya Naruto dan Sasuke yang ditonjolkan, namun juga para karakter yang lain. Salah
satunya adalah Shikamaru. Tokoh yang dengan gaya cuek, memiliki ninjutsu yang biasa saja namun pintar mengatur strategi ini, juga memiliki alur cerita tersendiri
dalam komik ini. Dalam salah satu kisahnya, diceritakan tentang bagaimana Shikamaru membalas dendam atas kematian gurunya yang dibunuh oleh salah
satu anggota Akatsuki. Kisah pembalasan dendam ini seolah wajar dan terhormat dilakukan lewat kutipan berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Shikamaru : “Tapi.. dewamu bukan dewa Jashin atau semacamnya sekarang akulah dewamu.. Aku yang akan memberi
hukuman.”
Yang menarik disini adalah bagaimana Kishimoto menjadikan kegiatan pembalasan dendam oleh Shikamaru sebagai tindakan yang wajar bahkan
memang sudah sepantasnya didapatkan si pembunuh tersebut. Kishimoto memilih menggunakan kata “hukuman” daripada pembalasan dendam. Tidak hanya itu,
Kishimoto bahkan menekankan hukuman ini wajar diberikan dengan penggunaan kata “dewa” oleh Shikamaru.
Melalui pilihan-pilihan kata ini, pembaca, khususnya yang menggemari Shikamaru, diarahkan untuk menganggap tindakan Shikamaru bukanlah sebagai
pembalasan dendam semata, melainkan penghukuman oleh dewa. Karakter Shikamaru seolah-olah menjadi pahlawan yang turun ke bumi untuk menghukum
orang-orang yang bersalah. Tindakan Shikamaru ini tidak ditunjukkan sebagai kegiatan individu atau keegoisan semata, melainkan justru demi kebaikan dunia.
Dengan menggunakan pemilihan kata “hukuman” dan “dewa”, pembaca diarahkan untuk lebih mengagumi Shikamaru dan menganggap Shikamaru
sebagai pahlawan yang menumpas orang-orang yang bersalah. Tidak hanya sebagai dewa pemberi hukuman, Shikamaru juga digambarkan
sebagai karakter pelindung masa depan Konoha. Ini dapat kita lihat pada kutipan berikut ini :
Shikamaru : “Anak-anak yang mulai sekarang akan mengemban Konoha.. Itulah Rajanya”
Pembaca yang telah mengikuti komik “Naruto” sejak jilid awal, telah merasa dirinya adalah bagian dari desa Konoha, tempat Naruto dan kawan-
Universitas Sumatera Utara
kawannya bernaung. Oleh sebab itu, kutipan ini memberi makna seolah-olah Shikamaru adalah pahlawan yang mampu mengerahkan seluruh kemampuannya
demi melindungi Konoha, yang kemudian dianggap pembaca sebagai pelindung diri mereka. Kutipan ini juga mampu menambah kekaguman pembaca kepada
Shikamaru, karena digambarkan sebagai karakter yang menggunakan kemampuannya bukan demi diri sendiri tetapi demi melindungi apa yang berharga
bagi dirinya. Tidak selamanya karakter rendah hati menjadi karakter andalan para manga-
ka. Karakter sombong, percaya diri dan terkesan anti sosial pun mampu dijadikan sebagai karakter yang memiliki banyak penggemar. Demikianlah yang terjadi
pada karakter Sasuke. Dengan membeberkan kenyataan hidupnya yang pahit, Kishimoto menarik pembaca untuk simpati dan mengerti betapa sebenarnya
Sasuke sangat menderita dibalik wajah dinginnya. Sifatnya yang angkuh dan tidak peduli pada orang lain sebenarnya merupakan usahanya untuk melindungi dirinya
karena takut kehilangan orang yang disayanginya lagi. Namun, bukan berarti Kishimoto menjadikan Sasuke karakter yang lemah dengan segala penderitaannya
itu. Justru Kishimoto menciptakan Sasuke sebagai tokoh yang sangat kuat dan mampu mengandalkan dirinya sendiri sehingga pembaca kagum kepadanya
karena mampu bertahan dengan penderitaan yang dialaminya. Kebanggaan Sasuke akan dirinya tersebut dapat kita lihat pada kutipan berikut:
Sasuke : “Orang jenius seperti apapun akan turun jadi orang biasa di depan nama Uchiha”
Universitas Sumatera Utara
Dengan segala kelebihannya; jenius, elit dan kuat; para pembaca yang merasa senasib dengan Sasuke; memiliki banyak kelebihan namun tetap merasa
menderita; menjadikan Sasuke sebagai panutannya. Disinilah letak pentingnya menjadikan sebuah karakter tidak hanya kuat secara fisik namun juga mental.
Pembaca tidak akan begitu saja tertarik kepada karakter yang mampu membunuh, tetapi pembaca akan sangat tertarik kepada karakter yang mampu menjadi kuat
bahkan dengan segala apa yang dialaminya. Karakter yang tetap percaya pada dirinya sekalipun memiliki masa lalu kelam seperti Sasuke, seolah menjadi
pahlawan bagi pembacanya dan membawa harapan bahwa mereka juga mampu menjadi “Sasuke”.
Demi menekankan kelebihan Sasuke, Kishimoto tidak hanya mengandalkan kepercayaan diri yang dimiliki Sasuke tetapi juga kemampuannya mengendalikan
orang lain. Ini bisa kita lihat pada kutipan pendek berikut : Sasuke : “Kalian.. mau kubunuh?”
Dengan perkataan sesingkat itu, Sasuke menunjukkan kemampuannya untuk menekan dan mengendalikan orang lain. Perkataannya tersebut seolah-olah
menunjukkan bahwa jika melakukan hal-hal yang tidak disukainya, dia tidak segan-segan membunuh. Sebenarnya, dengan perkataan ini pembaca bisa saja
menganggap Sasuke sebagai karakter arogan dan kejam, namun ini tidak terjadi karena sejak awal pecinta Sasuke memang diarahkan untuk mengagumi
keangkuhannya tersebut dan menganggap Sasuke itu keren. Perkataannya tersebut bagi pembaca justru menekankan kelebihan diri Sasuke dan keyakinan dirinya
bahwa dia mampu mengendalikan siapa pun dengan kekuatannya demi mencapai tujuan balas dendamnya.
Universitas Sumatera Utara
IV. II.3 Analisis Data Komik “Death Note”