Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Teori

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan Ideologi dan Dampak dari Gerakan Mahasiswa Indonesia tahun 1998 dan Gerakan Mahasiswa Perancis tahun 1968 2. Mengetahui dan menjelaskan perbandingan dari Gerakan Mahasiswa Indonesia tahun 1998 dan Gerakan Mahasiswa Perancis tahun 1968

D. Manfaat Penelitian

1. Mengenal lebih jauh mengenai gerakan mahasiswa khususnya gerakan mahasiswa di Indonesia tahun 1998 dan gerakan mahasiswa di Perancis tahun 1968 dalam porses sejarah , tujuan dan hasil yang dicapai. 2. Diharapkan dapat sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang concern dalam gerakan, khususnya mahasiswa dalam membangun dan melakukan sebuah gerakan mahasiswa untuk perubahan sosial kearah yang lebih baik. 3. Perngembangan Ilmu pengetahuan dalam hal ini Ilmu Politik secara mendalam dan lebih terspesialisasi, serta untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan berpikir dan menulis bagi penulis secara akademis dan ilmiah dalam sebuah penulisan ilmiah.

E. Kerangka Teori

Dalam menyusun sebuah karya tulis ilmiah, kerangka teori memegang peranan penting , karena kerangka teori berisi pokok-pokok pikiran yang menjadi titik tolak atau landasan dalam menyoroti masalah, sehingga menggambarkan juga Universitas Sumatera Utara dari sudut mana masalah penelitian disoroti. Selain itu, kerangka teori berfungsi juga sebagai tolok ukur untuk menguji kondisi variabel dan gejala didalamnya yang sama berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data. 19 Teori dapat didefenisikan sebagai sebuah seperangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksis yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis atau dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati dan juga berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. 20 Dalam sejarahnya, gerakan sosial pasti memiliki alasan untuk melakukan sebuah gerakan. Ted Robert Gurr menyatakan bahwa dasar gerakan sosial adalah the basic frustration, yaitu gerakan sosial dimulai oleh rasa frustrasi atas keadaan yang menimpa diri seseorang atau sekelompok orang. Rasa frustrasi yang dimiliki oleh seseorang pada awalnya tidak menimbulkan reaksi apapun, seperti diam saja terhadap persoalan yang ada disekitarnya. Sikap ini sudah merupakan pembangkangan paling awal terhadap kondisi yang sudah ada dan sudah merupakan bentuk yang paling dasar dari gerakan social. Setelah orang-orang yang frustrasi ini bergabung, maka kumpulan orang-orang ini memiliki potensi besar untuk memunculkan sebuah konflik, gerakan ataupun pemberontakan. Tentu Berikut ini teori yang akan digunakan dalam penelitian ini: Teori Gerakan Sosial 19 H. Hadari Nawawi dan H.M Martini Hadari. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. 1995. hal 32 20 L. Boleong Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. 2002. hal. 34-35 Universitas Sumatera Utara saja ini harus memenuhi berbagai persyaratan lainnya seperti Ideologi, isu dan tokoh. 21 Alasan lain yang dapat dikemukakan mengenai timbulnya gerakan sosial selain alasan dasar di atas, ternyata juga memiliki defenisi yang luas karena beragam ruang lingkup yang dimilikinya. Anthony Giddens menyatakan bahwa gerakan sosial adalah suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif collective action di luar ruang lingkup lembaga-lembaga yang mapan. 22 Adapun menurut Mansour Fakih, secara harfiah gerakan sosial dapat diartikan sebagai kelompok yang terorganisir secara tidak ketat dalam rangka tujuan sosial terutama dalam usaha merubah struktur maupun nilai sosial. 23 Defenisi yang hampir sama juga di ungkapkan oleh Tarrow yang menempatkan gerakan sosial sebagai politik perlawanan yang terjadi ketika rakyat biasa bergabung dengan para kelompok masyarakat yang lebih berpengaruh menggalang kekuatan untuk melawan para elit, pemegang otoritas dan pihak- pihak lawan lainnya. Ketika perlawanan ini didukung oleh jaringan sosial yang kuat dan di gaungkan oleh resonansi kultural dan simbol-simbol aksi, maka perlawanan mengarah ke interaksi yang berkelanjutan dengan pihak lawan, dan hasilnya adalah gerakan sosial. 24 21 dikutip dari Drs. Zaiyardam Zubir, M. Hum op.cit hal 40 22 dikutip dari Fadillah Putra dkk. Gerakan Sosial, Konsep, Strategi, Aktor dan Hambatan dan Tantangan Gerakan Sosial di Indonesia. Malang. PlaCID’s dan Averroes Press. 2006. hal 1 23 dikutip dari Drs. Zaiyardam Zubir, M. Hum op.cit hal xxiv 24 Ibid hal. 1-2 Sedangkan Robert Mirsel menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara gerakan sosial didefenisikan sebagai seperangkat keyakinan dan tindakan yang tak terlembaga yang dilakukan sekelompok orang untuk memajukan atau menghalangi perubahan di dalam masyarakat. 25 Menurut Charles Tilly, Revolusi adalah kasus khusus dari aksi kolektif dimana kelompok-kelompok yang bersaing, berjuang untuk mendapatkan kedaulatan politik tertinggi atas masyarakat, dan kasus dimana kelompok- kelompok penentang berhasil, sekurang-kurangnya dalam beberapa hal tertentu, menggantikan para pemegang kekuasaan yang ada. Menurut konsepsi ini, faktor- faktor penyebab situasi revolusioner dari kedaulatan yang terpecah-pecah multiple soverignty. Sekurangn-kurangnya ada sejumlah perkembangan yang dapat diidentifikasikan munculnya revolusi menurut Charles Tilly, pertama kecenderungan jangka panjang masyarakat untuk mengalihkan sumber daya dari beberapa kelompok dalam masyarakat kepada kelompok lain nya, kedua adanya peristiwa perantara seperti berkembangbiaknya ideologi revolusi atau meningkatnya ketidakpuasan masyarakat. Ideologi revolusi ini bisa dikatakan sebagai suatu sistem nilai yang dominan dan mulai memiliki makna emosional yang kuat bagi seseorang atau sekelompok orang. Peran utama ideologi dalam suatu revolusi adalah mempersatukan berbagai penderitaan dan kepentingan di bawah simbol oposisi yang sederhana dan memikat. 26 25 Robert Mirsel. Teori Pergerakan Sosial. Ygyakarta. Resist Book. 2004. hal 6 26 dikutip dari Theda Skocpol. Negara dan Revolusi Sosial. Satu Analisis Komparatif tentang Perancis, Rusia dan Cina. Jakarta. Penerbit Erlangga. 1991. hal 25 Universitas Sumatera Utara Revolusi juga dianggap berhasil ketika pembentukan koalisi antara anggota masyarakat politik dengan kelompok-kelompok penentang yang mengajukan klaim-klaim alternatif yang eksklusif untuk menguasai pemerintahan. Dan juga tergantung dari besarnya kekuatan yang dimiliki oleh koalisi revolusioner. 27 Pada dekade 1960-an, para akademisi baik di Amerika Utara dan Eropa menguji bentuk-bentuk ketegangan politik, seperti gerakan sosial, revolusi, nasionalisme dan demokratisasi, mempergunakan beberapa mekanisme. Salah satunya adalah Political Opportunity Structure POS atau struktur kesempatan politik. Mekanisme POS berupaya menjelaskan bahwa gerakan sosial terjadi karena disebabkan oleh perubahan dalam struktur politik, yang dilihat sebagai kesempatan. Hubungan teori gerakan sosial maupun revolusi diatas dengan perumusan masalah adalah adanya suatu benang merah bahwa inti dari sebuah gerakan sosial adalah menginginkan terjadinya perubahan atau menghalangi perubahan dengan beberapa tujuan, teroganisir maupun tidak terorganisir secara rapi dan memiliki tindakan kolektif serta bertindak diluar saluran-saluran yang mapan diidentikkan dengan suatu tindakan revolusi atau pemberontakan dari mereka yang merasa kondisinya mengalami ketertindasan. Political Opportunity Structure 28 27 Ibid hal 26 28 dikutip dari Abdul Wahib Situmorang. Opcit hal 3 Universitas Sumatera Utara Peter Eisinger di dalam artikelnya di American Political Science Review menjadi akademisi pertama yang mempergunakan mekanisme POS dalam menjelaskan kasusu-kasus gerakan sosial, revolusi dan nasionalisme. Eisinger mengadopsi pandangan Tocqueville yang mengatakan bahwa revolusi terjadi tidak ketika kelompok masyarakat tertentu dalam kondisi tertekan. Tetapi, aksi kolektif berupa revolusi muncul kepermukaan ketika sebuah sistem politik dan ekonomi tertutup mengalami keterbukaan. 29 Akademisi lain, seperti McAdam dan Sydney Tarrow menjabarkan mekanisme POS secara lebih spesifik. Mereka mengembangkan dan mengindentifikasi variabel-variabel lainnya, disamping variabel yang telah dikemukan oleh Eisinger, tentang bagaimana sebuah gerakan sosial muncul mempergunakan mekanisme POS. Berkaitan dengan variabel- variabel tersebut, pertama, sejalan dengan pemikiran Eisinger, gerakan sosial muncul ketika tingkat akses terhadap lembaga-lembaga politik mengalami keterbukaan. kedua, ketika keseimbangan politik sedang tecerai berai sedangkan keseimbangan politik baru belum terbentuk. ketiga, ketika para elite politik mengalami konflik besar dan konflik ini dipergunakan oleh para pelaku perubahan sebagai kesempatan. keempat, ketika para pelaku perubahan digandeng oleh para elite yang berada di dalam sistem untuk melakukan perubahan. 30 Hubungan antara penelitian yang diangkat dengan teori POS adalah teori POS ini menjelaskankan bagaimana salah satu variabel yang terdapat atau keseluruhannya untuk melihat fenomena gerakan sosial yag dilakukan oleh 29 Ibid hal 3 30 Ibid hal 4 Universitas Sumatera Utara mahasiswa Indonesia dan Perancis. Sebagai contoh, gerakan mahasiswa Indonesia menumbangkan Soeharto. Gerakan ini menguat disebabkan oleh perpecahan di tubuh elite politik, misalnya antara kelompok Harmoko, Wiranto, Akbar Tanjung dan Ginanjar Kartasasmita yang melakukan pembangkangan terhadap Soeharto. 31 Istilah Ideologi pertama kali di ciptakan oleh Filsuf Perancis, Antoine Destutt De Tracy pada tahun 1796 yang berasal dari bahasa Perancis, Ideologie. Antoine Destutt de Tracy menciptakan istilah Ideologi untuk mendukung gerakan pencerahan dalam gerakan Revolusi Perancis tahun 1789. Ideologi 32 De Tracy melihat bahwa ketika revolusi berlangsung, banyak ide atau pemikiran telah menginspirasi ribuan orang untuk menguji kekuatan ide-ide tersebut dalam kancah pertarungan politik dan mereka mau mengorbankan hidup demi ide-ide yang diyakini tersebut. Latar belakang inilah yang mendorong de Tracy untuk mengkaji ideologi. Ideologi, secara etimologis berasal dari kata Idea ide, gagasan dan Ology logos, ilmu. Dalam rumusan de Tracy, Ideologi diharapkan menjadi cabang ilmu pengetahuan yang bertujuan mengkaji serta menemukan hukum-hukum yang melandasi pembentukan serta perkembangan ide-ide dalam masyarakat. 33 Jika melihat awal kata dari Ideologi, banyak yang menganggap bahwa Ideologi itu sama dengan idea atau konsep. Sebenarnya Ideologi tidaklah sama dengan hal di atas. Melainkan Ideologi, lebih bersifat suatu rangkaian ide yang 31 Ibid hal 5 32 dikutip dari Heri Kusmanto, Murianto Amin, dkk. Pengantar Ilmu Politik. Medan. Pustaka Bangsa Press. 2006. hal 73 33 http:www.cml.ui.ac.idRDM2008_GASALUUI110011_2_3FKG_B_HG_6300635 Universitas Sumatera Utara satu sama lainnya secara logis in logical way memiliki keterkaitan. Sebagaimana dijelaskan oleh Roy C. Macridis, ada empat kriteria untuk membedakan antara ide dan ideologi, dan bila tidak termasuk dalam kriteria ini maka tidak bisa digolongkan sebagai ideologi, yaitu Comprehensiveness, Pervasiveness, Extensiveness dan Intensiveness. 34 Defenisi Ideologi dalam terminologi ilmu sosial sangat sukar dipahami. Dalam kehidupan sehari-hari Ideologi cenderung diartikan sebagai sesuatu yang sangat negatif, yang terutama digunakan untuk mengelompokkan ide-ide yang bias dan ekstrem. Bahkan Michael Freeden mengatakan bahwa selama lebih setengah abad ini konsep Ideologi muncul seabagi salah satu ide politik yang paling rumit dan mengundang perdebatan. Ide ini mencolok dalam perdebatan dalam diskusi pada jenjang-jenjang yang tampaknya tidak saling bersinggungan, usaha untuk untuk menyusun fenomena yang tidsk berkaitan dan mengakibatkan kerancuan di kalangan akademisi dan pengamat politik. Namun demikian, ada pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk memahami Ideologi yaitu Ideologi sebagai pemikiran politik, Ideologi sebagai kepercayaan dan norma, Ideologi sebagai bahasa, simbol dan mitos, serta Ideologi sebagai kekuatan elite. 35 Berbicara mengenai Ideologi, akan begitu banyak pengertiannya. Dalam artian yang luas, ideologi berisi tatanan nilai yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pedoman untuk kehidupan bersama dalam rangka meraih harapan-harapan 34 Efriza S.I.P. Ilmu Politik. Dari Ilmu Politik sampai Sistem Pemerintahan. Bandung. Alfabeta. 2008. hal 80-81 35 Heri Kusmanto, Murianto Amin, dkk Op. cit hal 71 Universitas Sumatera Utara mereka. Tatanan nilai tesebut berasal dari tradisi atau adat istiadat dan dapat pula bersumber dari ajaran suatu agama. Tetapi jika kita berbicara dalam artian khusus, Ideologi mengacu kepada perangkat cita-cita tentang kehidupan masyarakat an negara yang tersusun secara alamiah atau secara sistemik dalam rangka memenuhi kebutuhan segenap warganya. Agama yang di Ideologikan, seperti halnya dengan Demokrasi, Nasionalisme dan Liberalisme termasuk ke dalam ideologi yang tersusun secara alamiah karena proses pembentukannya terjadi secara berangsur dan tanpa melalui suatu prosedur yang diatur secara ketat. Sedangkan Ideologi yang seperti Marxisme, Komunisme dan Marhaenisme yang dirancang secara sistemik oleh pencinta atau penggagasnya. 36 Dalam perjalanannya juga, Ideologi menjadi penting karena Ideologi adalah pembimbing bagi tindakan politik. Ideologi memberi kita ideal untuk diyakini, tujuan untuk diusahakan, dan alasan untuk diperjuangkan. Selain itu juga, Ideologi dapat mengatakan kepada kita kebijakan yang harus kita kejar, menetukan siapa kawan dan siapa lawan, dan mengapa kepercayaan yang bertentangan dengan kita adalah bahaya. Ketika Ideologi dianut oleh sekelompok orang, ia dapat menginspirasi tindakan bersama dan memuaskan aspirasi bersama untuk mencipta atau mempertahankan dunia yang paling mungkin di mana segala sesuatunya, setidak-tidaknya yang paling bernilai, dapat dipenuhi. 37 36 Arbi Sanit. Pergolakan Melawan Kekuasaan. Gerakan Mahasiswa Antara Aksi Moral dan Politik. Yogyakarta. Insist Press dan Pustaka Pelajar. 1999. hal 38 37 Ian Adams. Ideologi Politik Mutakhir. Konsep, Ragam, kritik dan Masa Depannya. Yogyakarta. Qalam. 1994 hal 8 Universitas Sumatera Utara Menurut Antonio Gramsci, Ideologi lebih dari sekedar sistem ide. Bagi Gramsci, Ideologi secara historis memiliki keabsahan yang bersifat psikologis. Artinya Ideologi ‘mengatur’ manusia dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak, mendapatkan kesadaran akan posisi mereka, perjuangan mereka dan sebagainya. 38 Selain itu, menurut Roger Eatwell, Ideologi dapat berfungsi sebagai kekuatan yang menciptakan kestabilan atau kekuatan radikal. Karena memberikan pengesahan kepada pemerintah, Ideologi membenarkan adanya status quo. Tetapi, Ideologi juga bisa digunakan oleh para pembaharu atau pemberontak untuk menyerang status quo. Sekalipun pemerintah bisa menindas warga negaranya dengan menggunakan dalih “hak Ketuhanan raja” atau “kehendak sejarah”, tetapi para pemberontak bisa membenarkan tindakan kekerasan mereka dengan bersandar pada prinsip “hak-hak dasar” atau “kehendak yang kuasa”. Ideologi yang dianggap sarat dengan kepentingan kelas pekerja bukan tidak bisa digunakan untuk menentang kekuasaan negara borjuis, melainkan juga untuk mensahkan kekuasaan diktator terhadap kelas pekerja. Dengan memberikan dasar etika pada pelaksanaan kekuasaan politik, Ideologi juga bisa mempersatukan rakyat suatu negara atau pengikut suatu gerakan yang berusaha mengubah negara. 39 Dalam setiap gerakan sosial yang terjadi, tidak bisa dipungkiri bahwa Ideologi memegang peranan yang penting. Hal yang utama adalah penerapan Ideologi itu secara nyata berpengaruh terhadap kehidupan dan kemudian berdasarkan Ideologi itulah masyarakat melakukan gerakan sosial. Akan tetapi, 38 dikutip dari Roger Simon. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta,.Pustaka Pelajar.1999 hal 10 39 dikutip dari Heri Kusmanto, Murianto Amin, dkk Op. cit hal 72-73 Universitas Sumatera Utara dalam realitasnya adalah kemungkinan bahwa tanpa Ideologi pun suatu gerakan sosial itu dapat berjalan. 40 Teori ini dikemukan oleh Ted Robert Gurr dalam bukunya Why Men Rebel. Konsep dasar yang digunakan oleh Gurr adalah “perampasan” deprivation. Perampasan memicu munculnya resistensi. Resistensi terjadi jika orang merasa sesuatu yang dihargainya, bermanfaat baginya, dirampas. Perasaan terampas inilah yang disebut Gurr dengan “relative deprivation”. Relative Deprivation berarti suatu persepsi perihal kesenjangan antara nilai yang diharapkan value expectation dengan kapabalitas untuk meraih nilai value capabilities. Makna lainnya, relative deprivation ialah gambaran ketimpangan antara yang seharusnya das sollen dan yang senyatanya das sein. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa teori di atas memiliki korelasi dengan permasalahan yang ingin diteliti yaitu Ideologi memiliki peran yang cukup vital dalam suatu gerakan sosial. Peran Ideologi menjadi vital karena ia menjadi sebuah keyakinan, tujuan atau mimpi besar yang ingin diraih hingga menjadi suatu pendorong semangat bagi suatu kelompok atau masyarakat yang diwujudkan melalui gerakan sosial. Teori Relative Deprivation 41 Relative deprivation bisa menyulut ketidakpuasan discontent dalam masyarakat, yang berwujud kemarahan, kemurkaan, atau kejengkelan, tergantung 40 Drs. Zaiyardam Zubir, M. Hum. Op.cit hal 40 41 dikutip dari Munafrizal Manan. Gerakan Rakyat Melawan Elite. Yogyakarta. Resit Book. 2005. hal 24 Universitas Sumatera Utara pada kedalaman rasa terampas. Kadar ketidakpuasan akan berkurang bila tersedia sarana untuk menyalurkannya. Saluran ini disebut “value opportunies”. Apabila ketidakpuasan itu tidak tersalurkan atau berada dijalan buntu, ia dapat bermetamorfosis menjadi pemberontakan dengan kekerasan yang berwujud kekacauan, konspirasi, atau perang dalam negeri. Reaksi ketidakpuasan mudah meningkat, jika rasa tidak puas beranjak kian mendalam. Sasaran akan lebih terarah ketika orang menyadari tentang siapa dan apa yang menyebabkan rasa tidak puas itu. Misalnya, kekerasan bisa tertuju pada simbol-simbol lembaga negara seperti bangunan pemerintahan, pengadilan, akntor polisi atau militer yang dianggap sebagai sumber perampasan hak mereka. 42 Namun, betapa besar dan terarahnya tindak kekerasan itu, titik ledaknya sangat tergantung pada bagaimana reaksi penguasa terhadap ketidakpuasan tersebut dan seberapa besar dukungan politik atas gerakan ketidakpuasan tersebut. Penumpasan terhadapnya justru dapat menambah intensitas ketidakpuasan yang pada saatnya menyulut eskalasi resistensi atau lebih jauh meletupkan kerusuhan dan memicu gerakan revolusi. Makin keras penumpasan dilancarkan makin teguh dan luas reaksi perlawanan. 43 Korelasi teori di atas dengan penelitian yaitu adanya perasaan terampas yang dialami oleh mahasiswa khususnya kelompok masyarakat oleh penguasa. Ketika perasaan ini coba diutarakan dengan sebuah pertanyaan-pertanyaan melalui gerakan sosial, yang terjadi kemudian adalah adanya suatu gerakan 42 Ibid hal 25 43 Ibid hal 25 Universitas Sumatera Utara refresif oleh penguasa dalam meredam gerakan ini. Hal ini lah memicu timbulnya suatu kekerasan yang terwujud dengan bentrokan yang menimbulkan korban diantara kedua belah pihak. Makin keras tindakan yang dilakukan oleh penguasa, makin kuat dan solid dukungan maupun gerakan yang dilakukan oleh kelompok yang merasa terampas haknya.

F. Metode Penelitian