Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peranan kaum Intelektual, dalam hal ini mahasiswa cukup menarik untuk dibahas. Menarik, sebab mahasiswa memiliki peran dan tanggung jawab besar dalam melakukan perubahan terhadap kondisi sosial yang terjadi secara menyimpang, diwujudkan melalui gerakan mahasiswa untuk menuntut perubahan ini dimana saja dia berada. Dalam sejarahnya, peranan gerakan mahasiswa selalu menjadi garda terdepan melakukan perubahan. Peranan ini merupakan suatu peranan yang kompleks dan penting, meski tidak selalu menentukan. Karena merupakan kelompok generasi muda yang kritis dan memiliki intelektualitas sehingga mahasiswa sering dianggap sebagai agent of change dan agent of social control merupakan kelompok yang mampu mengenyam pendidikan sampai taraf tinggi sehingga mampu merepresentasikan barometer yang sangat sensitif dan secara setia merefleksikan animo yang bergerak dalam masyarakat, 1 hal ini selaras dengan apa yang diucapkan Soe Hok Gie, 2 1 Suharsih dan Ign. Mahendra K. Bergerak Bersama Rakyat, Sejarah Gerakan Mahasiswa dan Perubahan Sosial di Indonesia. Yogyakarta. Resist Book. 2007. hal 37-38 2 dikutip dari Dhaniel Dhakidae. Soe Hok Gie;Catatan Seorang Demonstran.Jakarta. LP3ES. 1989. hal 58 bahwa mahasiswa adalah sedikit orang bahagia yang beruntung dan terpilih mendapatkan pendidikan, sehingga mahasiswa harus terjun dalam setiap usaha untuk melakukan perubahan ditengah masyarakat, karena jika masyarakat yang terjun melakukan perubahan ditakutkan Universitas Sumatera Utara yang terjadi adalah kerusuhan chaos, maka diharapkan mahasiswa yang harus menjadi garda terdepan akibat perbedaan pendidikan yang diperoleh. Dalam pernyataannya, Arbi Sanit juga mengemukakan bahwa ada lima faktor yang menjadikan mahasiswa peka dengan masalah kemasyarakatan sehingga mendorong mereka untuk melakukan perubahan. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai pandangan luas untuk dapat bergerak diantara semua lapisan masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama mengalami pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang diantara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup unik melalui akulturasi sosial budaya yang tinggi diantara mereka. Keempat, mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan memiliki kelebihan tertentu dalam masyarakat, dengan kata lain adalah kelompok elit dikalangan kaum muda. Kelima, seringnya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat. 3 Kemunculan gerakan mahasiswa dimulai sejak munculnya universitas- universitas pertama di dunia. Mahasiswa di Bologna dan Paris selama abad pertengahan ádalah sumber utama ketegangan. Kerusuhan ádalah fenomena umum di banyak universitas. Selain itu, mahasiswa-mahasiswa Amerika Latin juga merupakan penyumbang ide-ide bagi gerakan mahasiswa lainnya di belahan 3 Arbi Sanit. Pergolakan Melawan Kekuasaan. Gerakan Mahasiswa Antara Aksi Moral dan Politik. Yogyakarta. Insist Press dan Pustaka Pelajar. 1999. hal 32 Universitas Sumatera Utara dunia lain. Seiring terus berjalannya dunia, gerakan mahasiswa tetap hadir untuk memberikan sentuhan dalam melakukan perubahan terhadap kondisi-kondisi yang mengalami penindasan karena menyadari kodratnya sebagai “pembawa pesan” dan “pemegang amanah”. Pertanyaannya kemudian adalah mengapa timbul sebuah gerakan sosial yang terwujud melalui pemberontakan oleh masyarakat, khususnya mahasiswa? Jika dikaji lebih dalam, asal muasal setiap pemberontakan adalah rasa frustrasi yang dialami oleh setiap anggota masyarakat. Akumulasi frustrasi yang bertumpuk-tumpuk itulah klimaks yang melahirkan pemberontakan Dengan kata lain, muncul pemberontakan sebagai sebuah tindakan kekerasan di awali dengan hadirnya situasi ketidakadilan ditengah–tengah masyarakat. Secara umum kondisi pemberontakan oleh masyarakat ini tercipta akibat atau terkait erat dengan ketidakbecusan pemangku kekuasaan publik dalam memberikan pengayoman yang adil terhadap masyarakat. 4 4 Drs. Zaiyardam Zubir, M. Hum. Radikalisme Kaum Pinggiran: Studi tentang Ideologi, Isu Strategi dan Dampak Gerakan. Yogyakarta. Insist Press. 2002. hal 25 Hal diataslah yang sedikit banyak mempengaruhi terjadinya gerakan sosial yang dilakukan oleh mahasiswa bersama elemen masyarakat lainnya, seperti di Indonesia tahun 1998 yang lebih dikenal dengan peristiwa Reformasi Mei 98’ maupun mahasiswa di Perancis tahun 1968 yang lebih dikenal dengan Pemberontakan Mahasiswa Perancis Mei 68’. Universitas Sumatera Utara Sejarah panjang gerakan mahasiswa di Indonesia ini tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa ketika mulai di terapkannya Politik Etis di Indonesia pada awal abad ke 20 dengan diperbolehkannya orang-orang Indonesia menuntut pendidikan hingga ke negeri Belanda sebagai upaya untuk memerdekakan diri dari penjajahan, yang berlanjut dengan gerakan mahasiswa yang pernah terjadi di Indonesia, seperti gerakan mahasiswa tahun 1965, tahun 1974, tahun 1978 sampai gerakan mahasiswa yang terjadi dari awal 80-an hingga 90-an yang membentuk gerakan Mei 98 ini. Walaupun demikian keunggulan yang dimiliki gerakan mahasiswa Gerakan Mei 98 ini adalah sangat konsisten dan militan dalam melakukan gerakan perlawanan terhadap penguasa yaitu presiden Soeharto dengan Orde Baru nya. Di Indonesia sendiri, cukup menarik melihat gerakan mahasiswa Mei 98’ karena gerakan ini tidak bergandengan dengan militer dan mampu menumbangkan sebuah rezim yang menempatkan Militer, Golkar dan Birokrasi sebagai tiang penyangga kekuasaannya, 5 berbanding terbalik dengan gerakan mahasiswa tahun 1966 yang bergandengan tangan dengan militer. Pramodya Ananta Toer dalam sebuah wawancaranya malah lebih gamblang menjelaskan mengenai perbedaan kedua gerakan itu, seperti berikut 6 5 Suharsih dan Ign. Mahendra K. Op.Cit hal 3 6 Dikutip dari Pramodya Ananta Toer dalam Wawancara Film Dokumenter “Kado Buat Rakyat Indonesia”:Golkar Partai Penguasa Orde Baru : “ Yang menjatuhkan Soekarno itu kan tangan-tangan Imperialis. Nah kalau menjatuhkan Harto itu,..saya hormat...dibunuhi, diculiki, ditembaki, dianiaya…tanpa senjata...toh bisa bikin Harto terjengkang…itu satu-satu kejadian dalam sejarah umat manusia…Jangan lupa itu Universitas Sumatera Utara Banyak pihak yang menganggap mahasiswa adalah “bintang lapangan” ketika proses perlawanan untuk menumbangkan rezim Soeharto ini berlangsung, walaupun diakui perlawanan ini bukan hanya menjadi milik mahasiswa “sendiri”, tetapi juga mendapat dukungan dari berbagai lapisan masyarakat dan kalangan profesi maupun tokoh-tokoh politik di Indonesia. Karena menyadari bahwa predikat mahasiswa bukanlah kelas tersendiri dalam masyarakat. Bahwa perubahan sosial yang sesungguhnya haruslah didorong dari golongan yang paling tertindas dalam masyarakat. Lantas timbul pertanyaan, mengapa gerakan ini memperoleh begitu banyak dukungan? Ternyata hal ini terkait dengan ketidakbecusan pemerintah mengatasi permasalahan yang melanda bangsa akibat krisis moneter yang terjadi tahun 1997, ditandai dengan jatuhnya mata uang Bath Thailand yang kemudian menyapu seluruh Asia Tenggara menuju Asia lalu seluruh dunia, mengakibatkan jatuhnya perekonomian negara yang selama ini diagung-agungkan oleh pemerintahan Orde Baru. Akibatnya pemerintah melakukan serangkaian tindakan yang mengakibatkan beban kehidupan masyarakat bertambah susah yang merembes kepada kepercayaan politik terhadap pemerintahan, seperti kenaikan listrik dan bahan bakar minyak BBM sesuai rekomendasi International Monetary Fund IMF yang diminta bantuannya oleh pemerintah untuk mengatasi krisis tersebut. Mahasiswa menemukan momentum gerakan ini dengan tuntutan awal penurunan harga-harga yang naik akibat kebijakan ekonomi pemerintah. Isu ini berhasil dimajukan dengan isu yang politis yaitu berkembang menjadi tuntutan Universitas Sumatera Utara turunnya Soeharto dan juga pencabutan dwi fungsi ABRI. Ternyata Soeharto menanggapi isu-isu yang digulirkan ini dengan menerapkan Teori Dalang yaitu jika pemimpin gerakan mahasiswa diculik maka gerakan mahasiswa akan menjadi surut, sehingga dimulailah penculikan terhadap belasan aktivis mahasiswa maupun masyarakat yang aktif menentang Soeharto pada periode Januari sampai April 98’. Selain penculikan, peristiwa tragis terjadi tanggal 12 Mei 98’ ketika terjadi aksi penembakan oleh aparat keamanan di Universitas Trisakti, Jakarta, yang mengakibatkan 6 mahasiswa Trisakti tewas diterjang peluru. Peristiwa ini lah yang kemudian menyulut perlawanan lebih hebat dari mahasiswa maupun lapisan masyarakat lainnya. 7 Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI mencoba mengelompokkan gerakan mahasiswa di tahun 1990-an ke dalam dua kategorisasi besar, yaitu Gerakan Anti Orde Baru GAOB dan Gerakan Koreksi Orde Baru GKOB. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gerakan mahasiswa yang bersifat radikal GAOB sangat dipengaruhi oleh aliran kiri gaya PRD Partai Rakyat Demokratik yang sudah membangun jaringan sejak tahun 1980-an. Dengan demikian ada satu kontinuitas yang masih bisa ditelusur akar sejarahnya, antara gerakan mahasiswa zaman sekarang dengan era sebelumnya. 8 7 Suharsih dan Ign. Mahendra K. Op.cit hal 102-109 8 dikutip dari A. Prasetyantoko, S.E, Ign. Wahyu Indriyo, S.E dkk. Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi Di Indonesia. Jakarta. Yayasan Hak Asasi Manusia, Demokrasi dan Supremasi Hukum YHDS. P.T Alumni. 2001. hal 3 Universitas Sumatera Utara Selama tahun 1998, kita menyaksikan meningkatnya militansi gerakan mahasiswa. Dimulai dengan aksi-aksi protes, menyebar di berbagai daerah dengan tuntutan penegakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa pada bulan Mei lalu, gerakan mahasiswa Indonesia mencapai puncaknya saat mereka menduduki gedung MPRDPR dan berhasil memaksa Suharto turun dari jabatan presiden. Pada era sebelumnya tahun 1960-an, dunia menyaksikan sebuah gelombang besar kebangkitan mahasiswa. Mahasiswa di berbagai belahan dunia mengambil alih aksi-aksi radikal dan mengambil peran penting dalam berbagai perubahan politik di negaranya masing-masing. Negara-negara Amerika Latin, Amerika Serikat, hingga negara Eropa seperti Hongaria, Spanyol dan Perancis maupun negara Asia seperti Jepang, China hingga Indonesia dengan isu utama dari gerakan mahasiswa pada era tersebut adalah pendidikan yang kemudian berkembang dengan isu untuk melakukan perubahan terhadap kondisi yang menindas. Majalah Newsweek pada edisi 19 November 2007 menjadikan tahun 1968 sebagai tahun yang membentuk dunia Barat. Pada tahun inilah dibangun atau dihancurkannya fondasi yang menentukan arah demokrasi di negara-negara Barat sehingga kita mengenal Amerika, Jerman, dan Perancis sebagaimana kita kenal hari ini. Ada beberapa hal yang kita bisa lihat dan pelajari mengenai masa tersebut dan membandingkannya dengan pengalaman sejarah bangsa kita. Mengapa semuanya meletus di tahun 1968? Hal ini timbul sebagai reaksi tidak terbendung atas ketidakpuasan atas segala hal, seperti diskriminasi ras dan gender, gerakan Universitas Sumatera Utara budaya, anti-komunisme, hingga perang dingin menjadi hal-hal yang mengacaukan benak negara Amerika Serikat di dekade 60-an. Sementara kaum muda Prancis dan Jerman sama-sama muak dengan moralitas generasi tua dengan alasan berbeda. Yang menarik dari gerakan ini adalah pada umumya gerakan ini berpusat pada pelajar atau kalangan yang mengenyam pendidikan tinggi. Sementara yang membedakan gerakan pada tiap negara adalah kedekatannya dengan unsur masyarakat lainnya. 9 Selain alasan yang telah disebutkan diatas, gerakan mahasiswa tersebut mengangkat isu mengenai pendidikan. Di banyak negara gerakan mahasiswa selalu berawal dengan membangun militansi pada isu-isu akademik, baru kemudian bergerak ke isu-isu politik. Gerakan Cordoba di Amerika Latin, yang kemudian membangun gerakan solidaritas dengan para pejuang gerilyawan, adalah salah satu contoh yang jelas. Kemenangan politis SDS Jerman Barat sendiri didasarkan kampanye awal untuk mendemokratiskan kampus. Jadi sama sekali salah kalau menghadapkan pilihan antara tuntutan pendidikan atau tuntutan politis, seakan tuntutan pendidikan tidak mempunyai muatan politis. Sebaliknya, pengalaman menunjukkan bahwa keduanya justru saling membangun. Di Amerika Serikat, hal ini sudah terbukti melalui peristiwa Berkeley. Seperti juga mobilisasi politis nasional besar-besaran Zengakuren di Jepang kemudian juga meledakkan pemberontakan pendidikan lokal seperti yang di Mitada. Isu politis 9 aditthegrat.wordpress.com...1968-tahun-yang-diingat-dunia-barat Universitas Sumatera Utara dan pendidikan tidak bisa dikontraskan dengan dogma-dogma yang abstrak, namun disatukan dengan perjuangan kongkrit. 10 Herbert Marcuse yang pada 1960-an dikenal sebagai nabi gerakan kiri baru melalui serangkaian buku yang ditulisnya seperti Eros and Civilization, Soviet Marxism, One Dimensional Man dan sebagainya, menyatakan bahwa pendidikan memainkan peranan penting dalam memperkenalkan dan mengembangkan refleksi kritis atas masing-masing individu dalam masyarakat. Oleh karena itu, universitas dan lembaga pendidikan lain adalah kaya atas sumber material yang dapat dipergunakan oleh kita karena, karena disana ditemukan salah satu kelompok yang juga menderita dari satu dimensi dan kelompok-kelompok ini relatif mudah diubah dengan gagasan pembebasan baru. Oleh karena itu, tidak mengejutkan bila dalam karya-karyanya Marcuse menyarankan bahwa mahasiswa memiliki kesempatan terbesar memulai pemberontakan melawan tatanan lama. 11 Demikian halnya gerakan mahasiswa Perancis, yang terjadi pada Mei 1968 dengan berangkat pada isu mengenai pendidikan di negara tersebut. Isu pendidikan ini terus menggelinding hingga akhirnya membesar dan mampu menggandeng kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Kondisi saat itu juga turut mempengaruhi yaitu, masyarakat Perancis yang sangat tertutup dan kaku. Tata cara hidup masih diatur sesuai dengan agama Katolik yang keras. Banyak masalah yang tidak bisa untuk 10 Alex Supartono. Mahasiswa Bergerak. Belajar dari Perlawanan dan Perjuangan Internasional 1960-an. Jakarta. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. 1999 hal 65-66 11 dikutip dari Abdul Wahib Situmorang. Gerakan Sosial. Studi Kasus Beberapa Perlawanan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2007. hal 40 dan 51 Universitas Sumatera Utara dibahas secara bebas, dan masalah seks salah satu diantaranya. 12 Mereka menginginkan kebebasan sebagaimana yang dinikmati oleh seluruh bangsa, kebebasan politik untuk berserikat, mendapatkan informasi, dan mengekspresikan diri, sebagaimana halnya kebebasan seksual. Hal diatas merupakan sebagian dari akar kemarahan mahasiswa yang kemudian tumbuh secara keseluruhan menjadi sesuatu yang baru, tantangan politik, bukan hanya kepada universitas borjuis, tetapi juga negara borjuis. 13 Dalam perjalanannya, gerakan mahasiswa ini berhasil membawa kelas pekerja dan kelompok masyarakat lainnya untuk turun ke jalan. Sekitar 10 juta pekerja di Perancis ikut turun ke jalan yang diwakili oleh Confederation Generale du Travail atau CGT yang dikendalikan oleh Komunis, federasi serikat kerja yang paling kuat dipimpin oleh George Seguy dan Confederation Francais et Democratique du Travail atau CFDT yang dipimpin oleh Eugene Descamp Gerakan mahasiswa Perancis ini yang kemudian lebih dikenal dengan Pemberontakan Mahasiswa Perancis atau Revolusi Mahasiswa Perancis. 14 . Juga terdapat kelompok-kelompok profesi seperti dokter, orang-orang hukum, orang-orang gereja, jurnalis dan pembuat film, artis, musisi, pelukis, penulis dan kaum intelektual lainnya 15 Gerakan mahasiswa ini kemudian tidak hanya mengangkat isu pendidikan, tetapi mulai pada isu-isu lainnya seperti kesejahteraan pekerja, kebebasan . 12 Majalah TEMPO, Edisi 9 April 2006 hal 103-104 13 Ibid hal 20 14 Suharsih dan Ign. Mahendra K. Op. Cit hal 39 15 Patrick Seale dan Maureen McConville Op.cit hal 111 Universitas Sumatera Utara berekspresi dan sebagainya yang kemudian memuncak dengan tuntutan yang diinginkan yaitu adanya keinginan merombak sistem-sistem kehidupan yang terdapat di negara tersebut, yaitu suatu kebebasan dalam segala sendi kehidupan tanpa adanya intervensi yang berlebihan dari negara. Dengan menggunakan slogan “KEKUASAAN ADA DI JALANAN BUKAN DI PARLEMEN”, petualangan revolusioner oleh mahasiswa Perancis menghentak negara tersebut dan juga membawa dampak hingga ke negara-negara lain di luar Perancis. Menurut Doug Lorimer, gerakan mahasiswa Perancis ini menjadi sebuah fenomena yang membuat pemerintahan Barat menggigil, ini adalah penolakan atas institusi-institusi politik yang sangat elitis dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua mereka. 16 Tuntutan yang disuarakan oleh gerakan mahasiswa Perancis tersebut memang jauh dari berhasil jika melihatnya an-sich sesuai dengan yang diteriakkan di jalanan saat itu. Tetapi masyarakat dunia sungguh tergoncang saat itu melihat fenomena ini. Dan adanya fenomena mengenai perubahan yang terjadi ini, benar- benar merasuk di masyarakat Perancis. Pemerintahan Charles de Gaulle goyang dan hampir saja menjatuhkan dia. Hal ini bisa disebut sebagai kemenangan gerakan moral, bukan kemenangan politis. 17 Fenomena kedua gerakan mahasiswa di atas cukup menarik untuk diteliti karena mahasiswa di kedua negara tersebut yang melakukan gerakan baik tahun 16 dikutip dari Suharsih dan Ign. Mahendra K. Op. Cit hal 40 17 aditthegrat.wordpress.com...1968-tahun-yang-diingat-dunia-barat Universitas Sumatera Utara 1998 dan 1968 mampu melakukan gerakan yang cukup besar dan istimewa, dengan menggandeng berbagai kelompok masyarakat lainnya untuk turut serta dalam melakukan perlawananpemberontakan terhadap tatanan lama yang selama bertahun-tahun mengungkung segala sendi kehidupan. Selain itu, gerakan mahasiswa ini berjalan dengan banyaknya Ideologi yang turut serta didalamnya hingga memiliki dampak yang cukup besar bagi kedua negara, di mana pasca kedua gerakan di atas belum ada lagi terjadi di kedua negara tersebut.

B. Perumusan Masalah