Convention on the Right of Child Sebagai Acuan Internasional Dalam

C. Convention on the Right of Child Sebagai Acuan Internasional Dalam

Perlindungan Hak Anak Konvensi Hak-hak anak ditetapkan oleh Majelis Umum PBB dengan Resolusi No. 4425 tertanggal 20 November 1989. Peristiwa ini merupakan akhir dari suatu proses yang telah dimulai dengan persiapan bagi Hari Anak Internasional 1979. Pada tahun tersebut dimulailah diskusi tentang rancangan konvensi yang disampaikan oleh Pemerintah Polandia. Sebelumnya, masalah tentang anak-anak telah didiskusikan oleh masyarakat internasional. Deklarasi tentang hak-hak anak telah ditetapkan baik oleh Liga Bangsa-Bangsa 1924 maupun oleh PBB 1959. Juga, ketentuan khusus mengenai anak-anak telah dimasukkan ke dalam sejumlah perjanjian tentang hak asasi manusia dan hukum humaniter. Walaupun demikian, beberapa Negara menyatakan bahwa dibutuhkan adanya pernyataan yang menyeluruh mengenai anak-anak, yang akan mempunyai kekuatan mengikat di bawah hukum internasional. Pandangan ini dipengaruhi oleh laporan tentang ketidakadilan yang serius yang diderita oleh anak-anak: tingginya tingkat kematian anak, perawatan kesehatan yang buruk, terbatasnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar. Ditemukan pula berbagai kasus yang mencemaskan mengenai anak-anak yang disiksa dan dieksploitasi sebagai pekerja seksual atau dalam pekerjaan- pekerjaan yang membahayakan, mengenai anak-anak dalam penjara atau dalam keadaan yang lain, serta mengenai anak-anak sebagai pengungsi dan korban konflik bersenjata. Universitas Sumatera Utara Perancangan Konvensi berlangsung dalam suatu Kelompok Kerja yang didirikan oleh Komisi Hak Asasi Manusia PBB. Wakil-wakil Pemerintah membentuk inti kelompok perancang ini, akan tetapi perwakilan badan-badan PBB dan badan-badan khususnya, termasuk Kantor Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi UNHCR, Organisasi Buruh Internasional ILO, Dana Bantuan bagi Anak-Anak PBB UNICEF dan Organisasi Kesehatan Dunia WHO, sebagaimana juga sejumlah organisasi non-pemerintah, mengambil bagian dalam perbincangan mengenai hal ini. Rancangan pertama yang disampaikan oleh Pemerintah Polandia kemudian diubah dan diperluas secara ekstensif melalui diskusi yang panjang. Penetapan Konvensi secara aklamasi oleh Majelis Umum telah membuka jalan pada tahap berikutnya: ratifikasi oleh Negara-negara dan pembentukan komite pengawasan. Dalam waktu kurang dari satu tahun, pada September 1990, telah ada 20 Negara yang secara sah telah menandatangani Konvensi ini, dan kemudian memberlakukannya. Pada bulan yang sama, Pertemuan Puncak Dunia mengenai Anak diselenggarakan di New York atas inisiatif UNICEF dan enam negara Kanada, Mesir, Mali, Meksiko, Pakistan dan Swedia. Pertemuan ini menghimbau Negara- negara untuk meratifikasi Konvensi tersebut. Pada akhir 1990, terdapat 57 Negara yang telah melakukan ratifikasi, sehingga mereka menjadi Negara-negara Pihak. Pada 1993, Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia yang diselenggarakan di Wina, menyatakan bahwa tujuannya adalah meratifikasi Konvensi ini secara universal pada akhir 1995. Pada 31 Desember 1995, tidak kurang dari 185 Negara Universitas Sumatera Utara telah meratifikasi Konvensi ini. Jumlah seperti ini belum pernah tercapai sebelumnya di bidang hak asasi manusia. Sampai saat ini sudah 193 negara meratifikasi Konvensi Hak-hak anak ini. Konvensi Hak-hak anak memiliki makna yang sama bagi semua orang di semua belahan dunia. Selain meletakkan standar yang sama, Konvensi ini juga memperhatikan realita adanya perbedaan budaya, sosial, ekonomi dan politik dari setiap Negara, sehingga setiap Negara dapat menemukan caranya masing-masing untuk menerapkan hak-hak yang sama pada semua orang. Dalam Konvensi ini terdapat empat prinsip umum yang dimuliakan. Prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk membentuk interpretasi atas Konvensi ini secara keseluruhan, dan dengan demikian memberikan arahan bagi program penerapan dalam lingkup nasional. Keempat prinsip ini khususnya dirumuskan dalam Pasal 2, 3, 6 dan 12. 1. Non-diskriminasi Pasal 2: Negara-negara Pihak harus memastikan bahwa semua anak dalam wilayahnya menikmati hak-hak mereka. Tidak seorang anak pun akan menderitamengalami diskriminasi. Hal ini berlaku untuk semua anak, “tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lainnya, kewarganegaraan, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kecacatan, kelahiran atau status lain dari orang tua atau wali yang sah dari anak tersebut.” Pesan penting Pasal ini adalah persamaan kesempatan. Anak perempuan harus diberikan kesempatan yang sama seperti halnya anak laki-laki. Pengungsi anak, Universitas Sumatera Utara anak-anak yang berasal dari negara lain, anak-anak kelompok penduduk asli atau kelompok minoritas, harus memperoleh kesempatan yang sama untuk menikmati standar kehidupan yang memadai. 2. Kepentingan terbaik bagi anak Pasal 3: Apabila penguasa suatu Negara mengambil keputusan yang mempengaruhi anak-anak, pertimbangan pertama haruslah didasarkan pada kepentingan yang terbaik bagi anak. Prinsip ini berkenaan dengan keputusan pengadilan, pejabat administratif, badan legislatif dan juga lembaga kesejahteraan sosial pemerintah maupun swasta. Hal ini tentu saja merupakan pesan mendasar dari Konvensi ini, dan penerapan prinsip ini merupakan suatu tantangan yang besar. 3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan mengembangkan diri Pasal 6 Pasal mengenai hak untuk hidup mencakup rumusan mengenai hak untuk bertahan dan hak untuk mengembangkan diri, yang harus dijamin “semaksimal mungkin”. Istilah “mengembangkan diri” dalam konteks ini harus ditafsirkan dalam arti luas, dengan menambahkan dimensi kualitatif: bukan hanya dimaksudkan untuk perkembangan kesehatan jasmani, akan tetapi juga perkembangan mental, emosional, kognitif, sosial dan budaya. 4. Pandangan anak Pasal 12 Anak-anak harus dibebaskan untuk mempunyai pendapat tentang semua hal yang bersangkutan dengan diri mereka, dan pandangan ini harus diperhatikan “sesuai dengan usia dan kematangan si anak”. Ide yang mendasar adalah bahwa anak-anak mempunyai hak untuk didengar dan hak agar pendapatnya Universitas Sumatera Utara diperhatikan dengan serius, termasuk prosedur hukum atau administratif yang bersangkutan dengan diri mereka. Secara umum, Hak-hak anak dibagi dalam 4 empat bagian besar, yaitu : 1. Hak Hidup Kelangsungan Hidup Hak kelangsungan hidup berupa hak-hak-hak anak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya. Untuk mencapainya, negara harus menjamin kelangsungan hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan anak Pasal 6. Negara juga berkewajiban untuk menjamin hak atas taraf kesehatan tertinggi yang bisa dijangkau, dan melakukan pelayanan kesehatan dan pengobatan, khususnya perawatan kesehatan primer Pasal 24. Dalam penerapannya, negara berkewajiban untuk melaksanakan program- program: a. melaksanakan upaya penurunan angka kematian bayi dan anak, b. menyediakan pelayanan kesehatan yang diperlukan, c. memberantas penyakit dan kekurangan gizi, d. menyediakan pelayanan kesehatan sebelum dan sesudah melahirkan bagi ibu, e. memperoleh imformasi dan akses pada pendidikan dan mendapat dukungan pada pengetahuan dasar tentang kesehatan dan gizi, f. mengembangkan perawatan kesehatan pencegahan, bimbingan bagi orang tua, serta penyuluhan keluarga berencana, dan, Universitas Sumatera Utara g. mengambil tindakan untuk menghilangkan praktik tradisional yang berprasangka buruk terhadap pelayanan kesehatan. Terkait dengan itu, hak-hak anak akan kelangsungan hidup dapat berupa: 1 hak-hak anak untuk mendapatkan nama dan kewarganegaraan semenjak dilahirkan Pasal 7, 2 hak untuk memperoleh perlindungan dan memulihkan kembali aspek dasar jati diri anak nama, kewargnegaraan dan ikatan keluarga Pasal 8, 3 hak-hak anak untuk hidup bersama Pasal 9, dan hak-hak anak untuk memperoleh perlindungan dari segala bentuk salah perlakuan abuse yang dilakukan orang tua atau orang lain yang bertangung jawab atas pengasuhan Pasal 19, 4 hak untuk mmemperoleh perlindungan khusus bagi anak- anak yang kehilangan lingkungan keluarganya dan menjamin pengusahaan keluarga atau penempatan institusional yang sesuai dengan mempertimbangkan latar budaya anak Pasal 20, 5 adopsi anak hanya dibolehkan dan dilakukan dem kepentingan terbaik anak, dengan segala perlindungan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang Pasal 21, 6 hak-hak-hak anak penyandang cacat disabled untuk memperoleh pengasuhan, pendidikan dan latihan khusus yang dirancang untuk membantu mereka demi mencapai tingkat kepercayaan diri yang tinggi Pasal 23, Universitas Sumatera Utara 7 hak-hak anak menikmati standar kehidupan yang memadaidan hak atas pendidikan Pasal 27 dan 28. 2. Hak Perlindungan Hak perlindungan adalah hak setiap anak untuk mendapatkan perlindungan dari semua hal yang dapat melukai dan menghambat hidup dan tumbuh kembangnya secara sempurna. Hak ini melindungi anak dari terjadinya diskriminasi, kekerasan fisik, kekerasan seksual, perdagangan manusia, pekerja anak, keterlantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga, dan bagi anak pengungsi, dan lain-lain. Hak perlindungan dari diskriminasi, termasuk : a. perlindungan anak penyandang cacat untuk memperoleh pendidikan, perwatan dan latihan khusus, dan b. hak-hak anak dari kelompok masyarakat minoritas dan penduduk asli dalam kehidupan masyarakat negara. Perlindungan dari ekploitasi, meliputi : a. perlindungan dari gangguan kehidupan pribadi, b. perlindungan dari keterlibatan dalam pekerjaan yang mengancam kesehatan, pendidikan dan perkembangan anak, c. perlindungan dari penyalahgunaan obat bius dan narkoba, perlindungan dari upaya penganiayaan seksual, prostitusi, dan pornografi, d. perlindungan upaya penjualan, penyelundupan dan penculikan anak, dan Universitas Sumatera Utara e. perlindungan dari proses hukum bagi anak yang didakwa atau diputus telah melakukan pelanggaran hukum. 3. Hak Tumbuh Kembang Pertumbuhan diartikan sebagai peningkatan secara bertahap dari organ dan jaringan tubuh. Berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Hak Tumbuh Kembang adalah hak yang dimiliki setiap anak untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara sempurna menjadi manusia dewasa. Hak tumbuh berkembang meliputi segala bentuk pendidikan formal maupun non formal dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak. Hak-hak anak atas pendidikan diatur pada Pasal 28 Konvensi Hak-hak anak menyebutkan, negara : a. menjamin kewajiban pendidikan dasar dan menyediakan secara cuma- cuma, b. mendorong pengembangan macam-macam bentuk pendidikan dan mudah dijangkau oleh setiap anak, Universitas Sumatera Utara c. membuat imformasi dan bimbingan pendidikan dana ketrampilan bagi anak, dan d. mengambil langkah-langkah untuk mendorong kehadirannya secara teratur di sekolah dan pengurangan angka putus sekolah. Hak tumbuh kembang juga meliputi : 1. hak untuk memperoleh informasi, 2. hak untuk bermain dan rekreasi, 3. hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan budaya, 4. hak untuk kebebasan berpikir dan beragama, 5. hak untuk mengembangkan kepribadian, 6. hak untuk memperoleh identitas, 7. hak untuk didengar pendapatnya, dan 8. hak untuk memperoleh pengembangan kesehatan dan fisik. 4. Hak Partisipasi Hak partisipasi adalah hak-hak anak untuk terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan yang mempengaruhi kehidupannya. Hak yang terkait dengan itu meliputi: a. hak untuk berpendapat dan memperoleh pertimbangan atas pendapatnya, b. hak untuk mendapat dan mengetahui informasi serta untuk mengekpresikan, c. hak untuk berserikat menjalin hubungan untuk bergabung, dan d. hak untuk memperoleh informasi yang layak dan terlindungi dari informasi yang tidak sehat. Universitas Sumatera Utara Terhadap anak yang melakukan perbuatan pidana, penangkapan dan penahanan anak harus sesuai dengan hukum yang ada, yang digunakan hanya sebagai upaya terakhir. Anak yang dicabut kebebasannya harus memperoleh akses bantuan hukum, dan hak melawan keabsahan pencabutan kebebasan. Perlu diingat, bahwa semua hak-hak tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Semua hak-hak tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Satu tindakan yang melukai salah satu hak akan mengakibatkan terlukainya hak yang lain juga. Kegagalan pemenuhan salah satu hak akan mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam pertumbuh-kembangan anak. Misalnya, kegagalan dalam pemenuhan hak-hak anak untuk mendapatkan asupan makanan yang bergizi akan mempengaruhi hak hidup dan tumbuh-kembangnya. Gangguan terhadap tumbuh kembangnya akan mengurangi tingkat kecerdasan anak dan sekaligus mengurangi kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam kehidupan. Universitas Sumatera Utara 34 BAB III HAK-HAK ANAK DALAM HUKUM NASIONAL

A. Pentingnya Perlindungan Terhadap Hak-hak anak di Indonesia