34
BAB III HAK-HAK ANAK DALAM HUKUM NASIONAL
A. Pentingnya Perlindungan Terhadap Hak-hak anak di Indonesia
Kita pasti sudah sering mendengar ungkapan “anakonhu i do hamoraon di au”anakku merupakan harta yang paling berharga bagiku. Begitulah ucapan
orang Batak dalam sebuah lagu yang menggambarkan seorang tua akan berusaha apa saja demi memenuhi kebutuhan masa depan anak-anaknya. Hal ini
dikarenakan pandangan bahwa seorang anak adalah cerminan dari orang tuanya. Bukan sekedar penerus keturunan, tetapi juga sebagai bukti bahwa Ompung
Mulajadi Nabolon diyakini sebagai manusia pertama yang turun ke dunia kemudian kembali ke alam para dewa memberkati melalui pemberiannya berupa
anak-anak sebagai penerus kehidupan keluarga. Bagi suku Melayu, anak adalah buah hati sibiran tulang. Hal ini
menandakan bahwa masyarakat melayu pun sudah menyadari pentingnya hak-hak anak. Ada banyak ekspresi serupa yang dapat digali pada nilai kultur dan budaya
bangsa Indonesia. Memberikan perlindungan yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman tentunya menjadi keinginan dan sekaligus kewajiban kita.
Bagi masyarakat awam, perlindungan anak ini tentu saja dilakukan dengan mengingat kemampuannya sebagai orang tua si anak dan bukan
melibatkan orang lain di luar keluarga. Setelah tahun 1979, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Secara
Universitas Sumatera Utara
perlahan-lahan masyarakat sebagai warga negara disadarkan akan pentingnya perlindungan terhadap hak-hak anak. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum PBB
menetapkan suatu aturan mengenai perlindungan anak, Pemerintah Indonesia telah lebih dulu mengatur dan memasukkannya dalam hukum nasional di
Indonesia. Tahun 1990 : Indonesia menandatangani KHA di markas besar PBB di New
York dan Indonesia meratifikasi KHA melalui Kepres No. 36 Tahuun 1990 tanggal 25 Agustus 1990. Tanggal 2 September 1990,
seperti telah disepakati bersama bahwa KHA sebagai salah satu sumber hukum international berkekuatan mengikat bagi negara
penandatangannya. Tahun 1997 : Indonesia mengeluarkan UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak. Tahun 1999 : Indonesia mengeluarkan UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM.
Tahun 2002 : Indonesia mengeluarkan UU No. 23 Tahun 2002 Perlindungan Anak yang terdiri dari 14 Bab dan 93 Pasal, inilah yang nantinya
dijadikan sebagai acuan dalam perlindungan anak di Indonesia. Dan sampai saat ini juga telah dibentuk Komisi Perlindungan Anak
Indonesia yang bertugas mengawasi pemerintah maupun masyarakat dalam rangka pemenuhan hak – hak-hak anak.
Disahkannya Konvensi Hak-hak anak dan dibuatnya sejumlah perundang-undangan nasional mengatur pemenuhan hak-hak anak, tidak serta
merta membuat anak-anak terpenuhi haknya. Perjuangannya masih panjang dan
Universitas Sumatera Utara
tidak akan pernah selesai. Masih banyak anak-anak yang belum terpenuhi haknya, bahkan haknya terampas dan terlanggar.
Hak Asasi tidak bisa kita tunggu datang dan diberikan dengan sendirinya, tetapi juga membutuhkan perjuangan. Perjuangan pemenuhan dan pemulihan
Hak-hak anak membutuhkan suatu kekuatan besar yaitu kesatuan masyarakat dalam bentuk organisasi. Perjuangannya juga membutuhkan kesabaran dan
semangat pantang menyerah karena harus melalui proses panjang dan bahkan menelan korban. Organisasi-organisasi masyarakat inilah yang berperan
mengingatkan pemerintah dan semua pihak yang bertanggung jawab bahwa Hak- hak anak harus dipenuhi.
B. Situasi dan Kondisi Anak Indonesia