antara  right-hand  side  variables  dengan  disturbance.  Gujarati  2008  mengatakan bahwa  dalam  persamaan  simultan  sangat  besar  kemungkinan  variabel  endogen
berkorelasi  dengan  error  term.  Dengan  kondisi  tersebut  maka  analisis  dengan menggunakan regresi biasa OLS sangat potensial untuk menghasilkan taksiran yang
bias  dan  tidak  konsisten.  Selanjutnya  dikatakan  bahwa  metode  Two  Stage  Least Square  2  SLS  lebih  tepat  digunakan  untuk  analisis  simultan,  mengingat  dalam
analisis ini semua variable diperhitungkan sebagai suatu system secara menyeluruh. Two  Stage  Least  Square  2  SLS  adalah  alat  khusus  dalam  instrumental
variables regression. Seperti namanya, metode ini melibatkan 2 tahap OLS.
Stage 1. Untuk menghilangkan korelasi antara variabel endogen dengan  error term,
dilakukan  regresi  pada  tiap  persamaan  pada  predetermined  variables  saja  reduced form. Sehingga didapat estimated value tiap-tiap variabel endogen.
Stage  2.  Melakukan  regresi  pada  persamaan  aslinya  structural  form,  dengan
menggantikan variabel endogen dengan estimated value-nya didapat dari Stage 1.
3.9   Identifikasi Simultanitas
Untuk  melihat  hubungan  antara  variabel  endogen  maka  langkah  pertama dilakukan  adalah  identifikasi  persamaan.  Identifikasi  ini  dimaksudkan  untuk
mengetahui  apakah  persamaan  tersebut  berada  dalam  salah  satu  kondisi  berikut  ini: under  identified  tidak  bisa  diidentifikasi,  exactly  identified
tepat  diidentifikasi, atau over identified Koutsoyiannis, 1977.
Disamping  itu,  metode 2SLS memiliki prosedur antara  lain: tidak ada korelasi residual  terms  endogenous  variables,  Durbin  Watson  test  menyatakan  tidak  ada
Universitas Sumatera Utara
variabel di sisi kanan yang berkorelasi dengan error terms. Akibat dari auto-korelasi terhadap penaksiran regresi adalah:
a. Varian residual  error terms akan diperoleh lebih rendah daripada semestinya
yang mengakibatkan R2 lebih tinggi daripada yang seharusnya. b.
Pengujian  hipotesis  dengan  menggunakan  statistic  t  dan  statistic  F  akan menyesatkan.
Disamping  harus  dipastikan  bahwa  tidak  ada  heteroskedastisitas,  untuk  itu dilakukan  uji  asumsi  klasik  untuk  menemukan  apakah  ada  autokorelasi  dan
heteroskedastisitas.  Hasil  uji  asumsi  klasik  menyatakan  bahwa  korelasi  nilai  sisa residual  value  antar  variable  endogen  sangat  kecil  atau  dapat  dikatakan  tidak  ada
autokorelasi  serta  dibuktikan  bahwa  tidak  ada  heteroskedastisitas,  sehingga  metode 2SLS diaplikasikan.
Kondisi  over  identified  menyatakan  bahwa  untuk  persamaan  yang  akan diidentifikasi  selisih  antara  total  variable  dengan  jumlah  variable  yang  ada  dalam
satu  persamaan  endogen  dan  eksogen,  harus  memiliki  jumlah  yang  minimal  sama dengan jumlah dari persamaan dikurangi satu.
Sebelum  memasuki  tahap  analisis  2SLS,  setiap  persamaan  harus  memenuhi persyaratan  identifikasi. Suatu persamaan dikatakan  identified  hanya  jika persamaan
tersebut  dinyatakan  dalam  bentuk  statistic  unik  Sumodiningrat,  2007.  Berdasarkan hal  ini,  Gujarati  2008  mengatakan  bahwa  untuk  memenuhi  syarat  tersebut  maka
suatu variable pada persamaan satu harus tidak konsisten dengan persamaan lain. Dalam hal ini identifikasi persamaan dapat dilakukan dengan memasukkan atau
menambah,  atau  mengeluarkan  beberapa  variable  eksogen  atau  endogen  ke  dalam
Universitas Sumatera Utara
persamaan  Sumodiningrat,  2007.  Kondisi  identified  dibagi  menjadi  dua,  yaitu  : exactly identified dan over identified. Penentuan kondisi    exactly identified maupun
over identified dilakukan dengan rumus sebagai berikut: K – k  m – 1 : disebut under identification.
K – k = m – 1 : disebut exactly identification. K – k  m – 1 : disebut over identification.
Dimana: K = jumlah variable eksogen predetermined dalam model.
m = jumlah variable endogen dalam persamaan. k = jumlah variable eksogen predetermined dalam persamaan.
Berdasarkan  kriteria  diatas  maka  identifikasi  persamaan  dalam  penelitian  ini adalah sebagai berikut:
Log DEP =   C + C Log PDB + C Log SBD + C Log INF +
Log KRD =   C + C Log PDB + C Log SBK + C Log INF +
Log SBD =   C + C Log SBI + C Log SBPU + C Log DEP +
Log SBK =   C + C Log SBI + C Log SBPU + C Log KRD +
Log SBPU =   C + C Log GWM + C Log SBI + C Log KRD +
Log KURS =   C + C Log INF + C Log JUB +
Log INF =   C + C Log KURS + C Log SBPU +
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan persamaan diatas, keempat persamaan dapat diuji  identifikasinya, sebagai berikut:
Tabel 3.1.   Uji Identifikasi Persamaan Persamaan
K – k m – 1
Hasil Identifikasi
DEP 4 – 1
3 – 1 3  2
Over Identified KRD
4 – 1 3 – 1
3  2 Over Identified
SBD 4 – 1
3 – 1 3  2
Over Identified SBK
4 – 1 3 – 1
3  2 Over Identified
SBPU 4 – 2
2 – 1 2  1
Over Identified KURS
4 – 1 2 – 1
3  1 Over Identified
INF 4 – 0
3 – 1 4  2
Over Identified Sumber : Lampiran 3 Hal 131
3.10   Metode Analisis