Pengetahuan PSK mengenai HIVAIDS

kondom pada pelanggan dalam mencegah HIVAIDS. Pendidikan gender dilakukan pada hari senin jam 2 siang di posko Warung Bebek. Kegiatan Pereducator Education PE atau pendidikan untuk sebaya. PE dilakukan oleh SP2S, kepada PSK Warung Bebek. PSK Warung Bebek diberi penjelasan mengenai HIVAIDS, setelah itu PSK Warung Bebek dipilih selama PE dilakukan siapakah yang bisa menjadi PE di Warung Bebek. Fungsi PE bagi PSK Warung Bebek, adalah pengganti SP2S apabila ada rekan-rekan PSK Warung Bebek ingin berduskusi mengenai HIVAIDS dan selain itu, PE oleh PSK Warung Bebek dapat menggantikang staff SP2S apabila tidak dapat melakukan kegiatan di Warung Bebek. Kegiatan pendampingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh SP2S, pendampingan hampir sama dengan penyuluhan, yakni merupakan kegiatan pemberian informasi kepada PSK Warung Bebek. Sedangkan dari YPA adalah kegiatan terapi pendidikan seks. Kegiatan ini adalah kegiatan yang mana, PSK Warung Bebek dapat berdiskusi seputar masalah seks yang sehat, seks yang aman dan hal-hal yang mengenai seks lainny yang berpengaruh terhadap penyakti menular dan HIVAIDS. Dari kegiatan diatas tersebut, maka PSK Warung Bebek mendapat pengetahuan yang tersimpan di otak dan dapat menjadi ilmu bagi PSK Warung Bebek dalam menghadapi pelanggan. Umumnya pengetahuan yang dimiliki PSK Warung Bebek berbagai macam. Pengetahuan mereka juga dilatar belakangi dari pendidikan, dikarenakan mereka berasal dari darerah pedesaan. Maka pendidikan mereka tidak tinggi dibandingkan dengan pendidikan di kota.Mereka diWarung Bebek pernah mengikuti kegitatan dari pihak pemerintah ataupun non pemerintah. Tetapi tidak semua PSK Warung Bebek rutin mengikuti kegiatan tersebut. Ada beberapa hal yang menyebabkan mereka tidak mengikuti kegiatan tersebut, Dikarenakan waktu yang dimiliki oleh PSK tidak sesuai dengan kegiatan tersebut. Waktu yang dimaksud, apabila hari sabtu, minggu, hari libur maka PSK banyak didatang pelanggan. Untuk itu, apabila PSK telah kedatangan banyak tamu, sulit bagi PSK untuk beristirahat. Waktu adalah jawaban dari sulitnya PSK untuk mengikuti kegiatan yang ada. Sementara kegiatan sekolah dilakukan pada siang hari. Sehingga apabila mereka mengikuti kegiatan sekolah, mereka tidak dapat beristirahat dengan cukup. Kadang kala pelanggan datang ke Warung Bebek pada siang hari, walaupun mereka mulai beraktivitas pada sore hari. Mereka yang memiliki banyak pelanggan merasa lelah apabila, ada kegiatan di pagi hari ataupun di siang hari yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak non poemerintah. Alasan ini seperti yang dituturkan oleh Rosida: “Saya kadang kalo ada pelanggan yang datang dan pelanggan saya banyak, saya merasa lelah. Jadinya kegiatan seperti kegiatan sekolah tidak saya ikuti, tapi apabila saya punya waktu saya akan mengikuti kegiatan sekolah. Kalo boleh jujur, saya ingin mengikuti semua kegiatan yang ada di Warung Bebek.” Tetapi, terdapat juga PSK Warung Bebek yang selalu mengusahakan untuk ikut kegiatan dari pihak pemerintah ataupun non pemerintah. Mereka salah satunya yaitu Dwi, ia selalu mengusahakan untuk ikut, walaupun kadang ia tidak bisa. Sebagaimana yang ia katakan: “Saya selalu usahin untuk ikut kegiatan pendidikan gender, terapi pendidikan seks, sekolah dan penyuluhan. Memang kalo hari libur, sabtu dan minggu banyak pelanggan yang datang, walaupun saya capek, saya maunya tetap usahain untuk ikut”. Dari pernyataan informan diatas, dapat diketahui bahwa PSK Warung Bebek menginginkan untuk ikut kegiatan dari SP2S dan YPA. Waktu yang merupakan factor penghambat, yang menyebabkan PSK tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut. PSK Warung Bebek memiliki berbagai ragam pengetahuan. Pengetahuan mereka yakni berupa, pengertian, gejala, cara mencegah, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan bahaya HIVAIDS. Umumnya mereka mengetahui bagaimana bahayanya HIVAIDS. Ada dua tipe pengetahuan yang diketahui mereka yaitu: 1. Mereka memiliki pengetahuan hanya sedikit saja mengenai bahaya HIVAIDS. 2. Mereka memiliki banyak tahu atau mengerti mengenai bahaya HIVAIDS. Informan yang mengetahui hanya sedikti saja mengenai bahaya HIVAIDS adalah Kasminah. Seperti yang dituturkannya: “Yang saya tahu, kalo HIVAIDS itu bahaya dan bisa buat orang mati. HIVAIDS bisa kena siapa aja, mulai dari anak bayi sampe kakek-kakek ataupun nenek-nenek. Kalo udah kena HIVAIDS ngak nampak gejalanya, malah kita terlihat sehat sama dengan mereka yang sehat. Sampai sekarang HIVAIDS ngak ada obatnya, maka bahaya kalo udah kena tinggal nunggu kapan dipanggil aja ama Tuhan”. Dari wawancara dengan Kasminah, dapat diketahui ia adalah sebagian kecil yang ia tahu bagaimana bahayanya HIVAIDS. Untuk tipe yang kedua yaitu, tipe dimana banyak hal yang diketahui mengenai bahaya HIVAIDS. Pengetahuan banyak diketahui, karena PSK Warung Bebek rutin melakukan kegiatan sekolah. Mereka rutin melakukannya, walaupun memiliki waktu istirahat yang cukup. Salah satunya ,yang dikatakan oleh Dwi: “Saya tahu bahaya kali kalo udah kena HIV, karena obat untuk menyembuhkan belum ada tapi cuma untuk memperlambat aja yang ada, yaitu ARV. Karena AIDS dapat membuat orang mati. Virus HIV terjadi kalo kita ngak pake kondom, terus ganti-ganti pasangan dan pake jarum suntik yang tidak steri. Kalo penyebarannya hanya melalui darah, ibu hamil pada anak yang dikandungnya, dan cairan sperma ataupun cairan vagina. Kalo kena HIVAIDS kita nampak sehat trus siapa aja bisa kena HIVAIDS, ngak pandang umur, golongan dan suku. Saya usahin ikut kegiatan sekolah, penapisan”. Dwi adalah sebagian dari informan yang mengetahui akan bahaya HIVAIDS. Ia selalu mengusahakan untuk mengikuti kegiatan sekolah, pendidikan gender, terapi seks gender, penyuluhan dan PE. Ia mengikuti kegiatan ini, agar semakin banyak yang ia tahu tentang bahaya HIVAIDS. Ia juga saling mengingatkan kepada teman seprofesinya untuk mengikuti kegiatan sekolah dan untuk menghindari bahaya HIVAIDS. Seperti yang ia katakan diatas, khusus kegiatan penapisan yang dilakukan oleh YPA dan SP2S, dan yang dipantau oleh KPA. Pernyataan dari informan di atas, mewakili PSK Warung Bebek. Dapat diketahui ,bahwa mereka semua mengetahui bagaimana pengaruh, pengertian, gejala dan hal lainnnya mengenai HIVAIDS. Hanya saja pengetahaun antara mereka yang berbeda , yaitu dari tingkat banyak atau sedikit mereka ketahui mengenai HIVAIDS.

3.2 Sikap PSK terhadap HIVAIDS

Sikap adalah reaksi dari pengetahuan yang diperoleh. Sikap PSK Warung Bebek adalah pengetahuan yang didapat dari program kegiatan pemerintah maupun non pemerintah. Sikap mereka ada tiga tipe yaitu: 1. Sikap setuju. Sikap setuju berarti, memiliki kepedulian terhadap HIVAIDS. Kepedulian ini tidak lepas dari adanya kesadaran dan rasa takut untuk menghindari bahaya HIVAIDS. Sikap setuju diperoleh dari mereka yang memiliki pengetahuan mengenai bahaya HIVAIDS dan mengikuti kegiatan dari program pemerintah ataupun program non pemerintah. 2. Sikap biasa saja. Sikap biasa adalah; memiliki pengetahuan akan bahaya HIVAIDS, tapi sikap biasa saja dalam menghadapi bahaya HIVAIDS. Seperti kegiatan VCT dan penapisan oleh YPA dan SP2S yang dipantau oleh KPA. Voluntary Conseling and Testing VCT adalah kegiatan yang dilakukan oleh SP2S dan YPA, dimana VCT difasilitasi oleh YPA. Kegiatan VCT yakni berupa, kegiatan yang mengetes darah untuk mengetahui apakah terkena virus HIV. Untuk mengikuti kegiatan VCT dikenakan biaya yang terjangkau yaitu, Rp 10.000,- setiap orang. Untuk kegiatan penapisan dikenakan biaya Rp 30.000,- setiap orangnya. Kegiatan penapisan adalah kegiatan untuk membersihkan alat kelamin perempuan. Kegiatan VCT dan penapisan dilakukan juga oleh para dokter dan puskesmas di Sei Rampah. PSK Warung Bebek umumnya telah mengetahui bagaimana bahayanya HIVAIDS, selain memiliki kesadaran akan ingin tahu mengenai HIVAIDS, terwujud sikap akan HIVAIDS. Salah satu dari mereka yang memiliki sikap setuju untuk menghindari bahaya HIVAIDS yaitu Dwi. Sebagaimana yang ia katakan: “Saya selalu ikut kegiatan penapisan dan VCT. Selain harganya murah, saya juga mau tanya-tanya sama dokter dan orang puskemas tentang kesehatan, seks apalagi tentang HIVAIDS. Tapi kadang waktu juga yang buat saya ngak bisa rutin ikut, cuma saya tetap usahain untuk ikut. Karena saya takut kena HIVAIDS. Kalo ngak saya yang peduli sama diri sendiri siapa lagi, ngak mungkinkan orang lain.” Dari pernyataan Dwi, dapat diketahui mereka selain mengetahui bahayanya HIVAIDS juga memiliki kesadaran untuk mencegahnya. Kesadaran ini menimbulkan sikap, sehingga adanya sikap setuju untuk menghindari bahaya HIVAIDS dengan mengikuti program dari SP2S dan YPA. Sementara terdapat sikap biasa dari PSK Warung Bebek terhadap bahaya HIVAIDS. Sikap biasa yang dimaksud yaitu, mengetahui bahaya HIVAIDS, adanya