Posisi Tawar PSK dalam Pemakaian Kondom sebagai Upaya Mencegah Bahaya HIV/AIDS.

(1)

Posisi Tawar PSK dalam Pemakaian Kondom

Sebagai Upaya Mencegah HIV/AIDS

(Studi Antropologi di Warung Bebek, Desa Firdaus

Kecamatan Sei Rampah)

D I S U S U N

Oleh:

Triono Pakpahan 020905010

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena melalui penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Judul skripsi ynag diambil penulis yaitu “ Posisi Tawar PSK dalam Pemakaian Kondom sebagai Upaya Mencegah Bahaya HIV/AIDS”. Penulis menyadari isi dari skripsi ini tidaklah sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Selama penulisan skripsi, penulis telah banyak diberi bimbingan dan dibantu oleh berbagai banyak pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Yang terhormat Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A, selaku Dekan

FISIP USU.

2. Yang terhormat Bapak Drs. Zulkifli Lubis, Ma selaku Ketua Departemen Antropologi FISIP USU, atas bimbingan selama masa perkuliahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Yang terhormat Bapak Drs. Agustrino selaku dosen wali peneliti, atas kesabaran, nasehat dan kebaikan selama masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Yang terhormat kepada Ibu Dra. Sri Emiyanti, M.Si, selaku dosen pembimbing peneliti atas waktu, kemurahan hati, kritik, saran dan kesabaran yang diberikan kepada peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(3)

5. Seluruh staf pengajar departemen antropologi dan pendidikan Antropologi FISIP USU yang telah membantu peneliti dalam kelancaran proses perkuliahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

6. Kepada keluarga penulis. Penghargaan setingi-tigginya penulis berikan kepada kedua orang tua, kedua kakak dan adik penulis atas kesabaran, kasih saying yang dicurahkan dari penulis kecil hingga sampai sekarang. 7. Kepada Kepala Dusun Pak Muler Lubis Dusun I Warung Bebek, atas

kesediaan diwawancarai dan memberikan informan dalam melengkapi data skripsi ini.

8. Kepada Kepala Desa Pak Edi Jon Sinulingga dan seluruh pegawai Serdang Bedagai, atas informasi, data statistik dalam melengkapi data skripsi ini. 9. Kepada teman-teman penulis yang telah membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10.Seluruh pihak yang telah membantu selama penyelesaian skripsi ini yang tak dapat disebut kan oleh peneliti.

Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila, terdapat kekurangan dan kesalahan dalam isi skripsi ini. Semoga segala kebaikan pihak yang membantu penulis akan dibalas oleh yang diatas sesuai dengan kebaikan yang diberikan.


(4)

ABSTRAKSI

Penelitian ini adalah penelitian yang memiliki judul Posisi Tawar PSK dalam Pemakaian Kondom di Warung Bebek. Penelitian ini mengambil lokasi di Dusun I, Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah kabupaten Serdang Bedagai. Tidak dapat dipungkiri dari zaman dahulu kala sudah ada PSK. Seseorag memiliki profesi sebagai PSK dikarenakan berbagai macam alasan. Penelitian ini mengungkapkan permasalahan, bagaimana posisi tawar PSK dalam pemakaian kondom, pengetahuan mengenai bahaya HIV/AIDS dan strategi apa yang dipakai dalam meningkatkan posisi tawar. Penelitian ini memakai metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Penulis dalam melakukan penelitian menggunakan teknik observasi dan deep interview untuk melengkapi data dilapangan. Di Desa Firdaus terdapat pihak yang peduli terhadap PSK Warung Bebek. Pihak tersebut memiliki tugas untuk memantau dan memberi bimbingan dalam hal pencegahan HIV/AIDS. Pihak tersebut berasal dari pihak pemerintah dan non pemerintah. Pihak pemerintah terdiri dari KPA dan Dinas Sosial sedangkan dari pihak non pemeritntah antara lain SP2S dan YPA. Penelitian yang diperoleh adalah posisi tawar PSK Warung Bebek rendah, walaupun mereka mengetahui bahaya HIV/AIDS dan memiliki strategi dalam meningkatkan posisi tawar. Penelitian ini sekiranya dapat menambah wawasan bagi kita semua mengenai bahaya HIV/AIDS dan dapat menjadi pertimbangan bagi segala kalangan pihak untuk mengambil kebijakan dalam menghindari bahaya HIV/AIDS.


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Ruang Lingkup Masalah ... 15

1.3 Lokasi Penelitian ... 16

1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 17

1.5 Tinjauan Pustaka ... 17

1.6 Metode Penelitian ... 27

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 30

2.1 Demografi Lokasi Penelitian... 30

2.2 Komposisi Penduduk di Desa Firdaus ... 33

2.2.1 Berdasar Jenis Kelamin ... 33

2.2.2 Berdasar Golongan Umur ... 33

2.2.3 Berdasar Mata Pencarian ... 34

2.2.4 Berdasar Agama ... 34

2.2.5 Berdasar Etnis ... 35

2.3 Sumber Daya Alam ... 35

2.4 Prasarana dan Sarana ... 36

2.5 Sejarah Warung Bebek ... 36

2.5.1 Latar Belakang PSK Warung Bebek ... 40

2.5.2 Umur PSK ... 41

2.5.3 Barak Warung Bebek ... 42

2.5.4 Pola Penempatan Tanah di Warung Bebek ... 43

2.6 Prosedur Penyewaan Kamar di Warung Bebek ... 43

2.7 Tempat Penjualan Kondom ... .48

2.8 Pihak Yang Peduli Terhadap Warung Bebek... .50

BAB III PENGETAHUAN PSK MENGENAI HIV/AIDS DAN KONDOM ... 54

3.1 Pengetahuan Psk Mengenai HIV/AIDS ... 54

3.2 Sikap Psk Terhadap HIV/AIDS ... 58

3.3 Pengetahuan Psk Terhadap Kondom ... 60

3.4 Sikap Psk Terhadap Pemakaian Kondom ... 61

BAB IV POSISI TAWAR PSK ... 64

4.1 Prosedur Tawar-Menawar PSK dengan Pelanggan dalam Pemakaian Kondom ... 64

4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Posisi Tawar PSK ... 65

4.3 Strategi yang digunakan PSK dalam Tawar-menawar... 67


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 KESIMPULAN ... 70

5.2 SARAN ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

PARAMETER POSISI TAWAR PSK ... 75

DAFTAR INFORMAN ... 84

LAMPIRAN: SURAT IZIN PENELITIAN ... 86


(7)

Daftar Tabel

2.1 Luas Tanah di Desa Firdaus………....32

2.2.1 Berdasar Jenis Kelamin………...33

2.2.2 Berdasar Golongan Umur………...33

2.2.3 Berdasar Mata Pencarian……….34

2.2.4 Berdasar Agama………..34

2.2.5 Berdasar Etnis……….35

2.5.1 Latar Belakang Menjadi PSK……….40

2.5.2 Umur PSK………..41


(8)

ABSTRAKSI

Penelitian ini adalah penelitian yang memiliki judul Posisi Tawar PSK dalam Pemakaian Kondom di Warung Bebek. Penelitian ini mengambil lokasi di Dusun I, Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah kabupaten Serdang Bedagai. Tidak dapat dipungkiri dari zaman dahulu kala sudah ada PSK. Seseorag memiliki profesi sebagai PSK dikarenakan berbagai macam alasan. Penelitian ini mengungkapkan permasalahan, bagaimana posisi tawar PSK dalam pemakaian kondom, pengetahuan mengenai bahaya HIV/AIDS dan strategi apa yang dipakai dalam meningkatkan posisi tawar. Penelitian ini memakai metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Penulis dalam melakukan penelitian menggunakan teknik observasi dan deep interview untuk melengkapi data dilapangan. Di Desa Firdaus terdapat pihak yang peduli terhadap PSK Warung Bebek. Pihak tersebut memiliki tugas untuk memantau dan memberi bimbingan dalam hal pencegahan HIV/AIDS. Pihak tersebut berasal dari pihak pemerintah dan non pemerintah. Pihak pemerintah terdiri dari KPA dan Dinas Sosial sedangkan dari pihak non pemeritntah antara lain SP2S dan YPA. Penelitian yang diperoleh adalah posisi tawar PSK Warung Bebek rendah, walaupun mereka mengetahui bahaya HIV/AIDS dan memiliki strategi dalam meningkatkan posisi tawar. Penelitian ini sekiranya dapat menambah wawasan bagi kita semua mengenai bahaya HIV/AIDS dan dapat menjadi pertimbangan bagi segala kalangan pihak untuk mengambil kebijakan dalam menghindari bahaya HIV/AIDS.


(9)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

PSK (Pekerja Seks Komersial) adalah salah satu bagian dari dunia pelacuran yang didalamnya termasuk gigolo, waria, mucikari. Fenomena PSK sangat menarik untuk dikaji, dikarenakan fenomena ini dari dulu hingga sekarang tetap berlansung. Fenomena PSK yang bertentangan dengan nilai, hukum, agama tidak terlepas dari latar belakang sulitnya mencari pekerjaan dengan pendidikan yang rendah, ketrampilan yang tidak memadai dari seseorang, adalah beberapa factor terjadinya fenomena pelacuran dewasa ini. Seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai PSK, apabila berhubungan seksual tidaklah dengan orang (pelanggan) yang sama. Akibat dari pelanggan yang dilayani berganti-ganti orangnya, menyebabkan PSK dapat terkena virus HIV. Virus HIV dapat menyebabkan seseorang terkena AIDS dan IMS (Infeksi Menular Seksual). PSK merupakan kelompok resiko tinggi yang dapat tertular HIV/AIDS dan IMS.

Istilah pelacur berasal dari kata lacur. Kata lacur memiliki arti: malang, celaka, gagal, sial atau tidak jadi. Melacur berarti hubungan badan yang terjadi di luar norma resmi dari agama dan Negara (Koentjoro,2004:26). Pelayan seks dalam kerangka budaya menyebabkan perempuan (pelakunya) memperoleh kehormatan luhur, seperti gadis-gadis (temple maidens) yang mempersembahkan keperawanannya dalam upacara agama pada masyarakat purba (Truong,1992:170). Pelacuran merupakan sejenis praktik perbudakan perempuan yang memanfaatkan seks sebagai alat utamanya. Pelacuran dikarenakan masih dianggap masyarakat sebagai prilaku manusia yang berada di luar norma, maka persoalan pelacuran berhubungan dengan


(10)

moralitas. Seperti, perlakuan orang tua yang memiliki rasa kebanggaan PSK yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi dalam keluarga dan pengaruh lingkungannnya. Seseorang yang mejadi PSK dapat meningkatkan status sosial dan kebanggan baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Seseorang yang berprofesi sebagai PSK dapat meningkatkan status sosial dan kebanggaan, maka menimbulkan kesulitan bagi anak perempuan untuk membedakan mana hal yang dianggap baik dan buruk menurut norma sosial dan agama.

Melihat perkembangan istilah-istilah tersebut, semakin bisa dipahami bahwa bahasa milik masyarakat. Perluasan dan penyempitan pemahaman sebuah bahasa selalu berkembang seiring perkembangan masyarakat. Seperti akhir-akhir ini, istilah pelacur menemukan istilah barunya, yakni pekerja seks komersial (PSK) sebagaimana kerap dipakai oleh para pakar, praktisi, dan pejabat dari contoh di atas.

Selain istilah PSK, di Indonesia juga berkembang istilah Wanita Tuna Susila (WTS). Istilah WTS lebih dikenal daripada istilah perempuan pelacur, itu terjadi mungkin untuk membedakan dengan laki-laki pelacur yang disebut gigolo. Secara legal, pemerintah Indonesia mengeluarkan surat Keputusan Mentri Sosial No.23/HUK/96 yang menyebut kata pelacur dengan istilah PSK (Koentjoro, 2004:27)

Definisi lain menempatkan pelacuran di bawah kebudayaan patriarki. Kebudayaan patriarki dikarenakan mendefinisikan seksualitas perempuan didalam wilayah dominasi pria, yakni untuk melayani kebutuhan pria, tak ada PSK dan perempuan lain. Hubungan antar jenis kelamin dikonseptualisasikan sebagai hubungan dominasi. Hubungan ini disebut “patriarki” dan beroperasi dengan mengikuti dua rangkaian prinsip: bahwa pria harus mendominasi perempuan, dan pria lebih tua harus mendominasi pria lebih muda. (Millet dalam Truong, 1992:20).


(11)

Satu definisi menempatkan pelacur dibawah isu pekerjaan, kelangkaan akan pelayanan dan ketrampilan seksual, serta hasrat promiskuitas. Definsi lain menempatkan pelacuran dibawah kebudayaan patriarki. Kebudayan patriarki ialah, seksualitas perempuan di dalam wilalyah dominasi pria, yakni untuk melayani kebutuhan pria (Truong,1992:19). Hubungangan patriarki adalah cenderung lelaki yang memegang kendali atau kekuasaan dalam segala hal. Seperti dalam suatu keluarga, lelaki yang diutamakan dalam memberi pendapat, lelaki yang muda harus menghargai lelaki yang tua. Situasi budaya yang mengutamakan laki-laki atau dikenal budaya patriarki menjadi suatu pisau analisis di dalam melihat peran laki-laki dan perempuan. Peran tradisional dulu menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah (sector public) dan perempuan melakukan aktivitas rumah tangga (sector domestic). Dalam perkembangannya, masyarakat tidak bisa menghindari telah terjadinya pergeseran peran di mana sebagian perempuan juga aktif di aktivitas kerja (public) ataupun aktivitas social lainnya. Contoh kebudayaan patriarki yaitu, perginya seorang laki-laki ke tempat pelacuran bukan untuk membeli seks, tetapi ingin menunjukkan kekuasaan kepada mereka (Heberlt dan Millet dalam Koentjoro,2004:39-40).

Bentuk pelacuran tertua ditemukan di negara-negara kuno seperti: India dan Babilonia Kuno. Menurut Lerner dalam Truong (1992:20) di Babilonia Kuno, seksualitas dikaitkan dengan kesucian fertilitas dan mistisme tentang kelahiran dan kehidupan manusia, praktek-praktek pelacuran berkaitan erat dengan ritus keagamaan.

Pelacuran sudah terjadi di Indonesia sejak kerajaan Majapahit, diketahui dari penuturan kisah-kisah perselingkuhan dalam kitab Mahabrata dan pada zaman Mataram semakin meningkat. Meningkatnya permintaan akan pelayanan seks, yaitu PSK pada abad ke-19 menurut Ingleson dalam Koentjoro (2002:61-62). Banyak


(12)

remaja ditipu dan dipaksa menjadi PSK untuk melayani tentara Jepang pada tahun 1941-1945. Menurut Ingleson dan Jones dkk, pelacuran di Indonesia telah ada sejak tahun 1870-an dan berkembang pesat tahun 1880-an ketika banyak didirikan industri gula, jalan dan rel kereta api disepanjang Pulau Jawa. Pelacuran telah ada jauh sebelum ada pancasila digunakan sumber utama hukum di Indonesia. Ini berarti bahwa jauh sebelum Indonesia merdekapun pelacuran telah merebak luas.

Tetapi anehnya, setelah Indonesia merdeka dan pancasila serta Keputusan Menteri Sosial RI diberlakukan, pelacuran justru malah terus berlangsung dan bahkan setiap tahun populasinya cenderung meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pelacur yang terdaftar pada tahun 1989/1990 sebanyak 64.445 orang dan meningkat menjadi 71.281 ditahun 1994/1995. Dengan demikian, pelacuran di Indonesia paling tidak sudah berusia satu abad atau empat generasi. Perjalanan waktu yang cukup panjang ini memungkinkan terjadinya perubahan psikobudaya masyarakat sehingga memungkinkan sebuah daerah berkembang menjadi pusat penghasil pelacur. Ini berarti pelacuran telah merasuk komunitas tersebut dan terus diwariskan dari pelacur sebelumnya ke pelacur penerusnya. (Jones dalam Koentjoro, 2002:237-238))

Menurut Koentjoro (2004):134-136), faktor yang menyebabkan pelacuran (termasuk didalamnya) menjadi meningkat antara lain:

1. Materialisme. Materialisme adalah seseorang yang memiliki tolak ukur keberhasilan diperoleh dari materi. Maka, karena tolak ukurnya itu, ia mau bekerja sebagai PSK. Ia bekerja sebagai PSK agar dapat menjadi kaya dalam hal memenuhi kebutuhan hidup. Adanya rasa kebanggan yang ditunjukkan pada orang lain, bekerja sebagai PSK. Bekerja sebagai PSK dapat memenuhi kebutuhan hidup dan berhasil dalam mencukupi kebutuhan hidup.


(13)

2. Orang setempat yang menjadi ‘model’ pelacur yang sukses. Seseorang yang memiliki aspirasi yang tinggi terhadap materi. Ia akan mewujudkan aspirasinya demi materi yang didapatnya. Salah satunya yakni bekerja. Pekerjaan yang paling mudah, yaitu sebagai model. Seorang PSK, ia akan memenuhi materi dengan menjadi model. Salah satu pekerjaan menjadi model dilakukan karena, adanya perasaan bangga yang dapat ditunjukkan pada orang lain. Menjadi model selain wajah yang cantik dan tubuh yang tinggi, akan membuat orang lain tertarik, sehingga banyak yang menginginkan dia untuk dikontrak jadi model. Pekerjaan menjadi model dapat menjadi kaya dan terpenuhi kebutuhan hidup.

3. Sikap permisif dari lingkungan. Lingkungan sekitar yang terdapat banyak PSK, menyebabkan seseorang mengikuti cara bekerja dengan menjadi PSK. PSK yang tinggalnya bersama dengan warga, maka warga secara tidak langsung mengizinkan pekerjaan PSK dan PSK dapat bersosialisasi dengan warga sekitar.

4. Dukungan orang tua. Setiap orang tua yang memiliki anak, mereka pasti menginkan anaknya berhasil. Anak mereka berhasil agar, dapat mengumpulkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat orang tua yang memiliki ekonomi yang rendah dalam keluarga. Satu sisi orang tua mempunyai aspirasi untuk mengumpulkan materi yang banyak, namun sisi lain orang tua tidak mempunyai kemampuan untuk mewujudkan. Inspirasi dari orang tua tersebut agar dapat terwujud, maka terpaksa anak mereka di beri izin untuk bekerja. Salah satu alternatif untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga yakni, menjadi PSK.


(14)

5. Faktor ekonomi. Seseorang bekerja seperti menjadi PSK adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seseorang yang memiliki ekonomi yang rendah, sementara biaya kebutuhan banyak dan tuntutan kebutuhan hidup semakin meningkat. Untuk mengantisipasi factor ekonomi yang rendah dan untuk meningkatkan ekonomi yang tinggi, sehingga kebutuhan dapat terpenuhi maka alternatifnya bekerja. Kebanyakan seseorang bekerja sebagai PSK dikarenakan factor ekonomi, agar dapat bertahan hidup.

HIV ialah Human Immuno Deficiency Virus. HIV merupakan sejenis parasit obligat yang dapat hidup didalam cairan media hidup. HIV hidup dan berkembang dalam sel darah putih manusia, dimana terdapat dalam cairan yang mengandung sel darah putih, seperti: darah, cairan sperma cairan vagina, sum-sum tulang belakang dan lain-lain.

Penularan HIV dapat terjadi bila:

1. Hubungan sex yang berganti-ganti pasangan. Hubungan sex yang dilakukan dengan orang yang berbeda. Setiap orang yang berbeda saat melakukan hubungan sex belum tentu diketahui apakah ia sehat jasmani, melainkan bisa saja ia punya penyakit. Apabila berhubungan intim dengan orang yang berbeda dan terkena virus HIV, maka dapat tertular virus tersebut.

2. Jarum suntik. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril dapat meyebabkan seseorang tertular HIV. Termasuk dalam transfusi darah, apabila seseorang memiliki darah yang tertular HIV, maka orang yang mendapat transfusi darah tersebut dapat terkena HIV juga.

3. Ibu hamil yang terkena AIDS pada bayinya. Ibu hamil yang sudah terkena HIV, maka anak yang dikandungnya juga akan terkena AIDS.


(15)

Tertular HIV dimulai dengan masa jendela. Masa jendela yakni, dilakukannya tes darah dan didalam darah terdapat positif HIV. Masa Jendela kemudian berlanjut ke masa tanpa gejala yang tampak. Masa tanpa gejala, orang terdapat positif HIV tidak memiliki tanda-tanda sakit, malahan orang tersebut terlihat sehat. Masa tanpa gejala yang tampak kemudian berlanjut ke AIDS. Penderita mulai tampak gejala AIDS dan penderita bertahan 6 bulan sampai 2 tahun, lalu akan meninggal.

AIDS memiliki kepanjangan Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS adalah sindroma atau kumpulan gejala menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Secara umum, tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai pada tahapan AIDS adalah:

 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat.  Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari 1 bulan)

 Diare berkepanjangan (lebih dari satu bulan) Sedangkan gejala tambahan antara lain:  Batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan)  Kelainan kulit dan iritasi (gatal)

 Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan

 Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh, seperti dibawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha.

Perbedaan antara penderita HIV positif dengan penderita AIDS adalah:  Penderita HIV positif adalah seseorang telah terinfeksi virus HIV, dapat

menularkan penyakitnya walaupun nampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun


(16)

 Penderita AIDS adalah seseorang yang menunjukkan tanda-tanda dari sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan, setelah sekian waktu terinfeksi

 Perjalanan waktu sejak seorang penderita tertular HIV hingga menderita AIDS dapat berlangsung lama antara 5 sampai 10 tahun.

Untuk saat ini ditemukan ARV yaitu Anti Retrovirus. ARV merupakan obat untuk menurunkan kadar virus HIV dalam tubuh seseorang. Penderita yang mengonsumsi obat ini, kadar virus HIV dalam darahnya menurun, namun darahnya tetap mengandung HIV. Selain harganya mahal, tidak semua orang dapat diberi obat ARV. Obat ARV diberikan apabila memenuhi kriteria tertentu. Setelah dites kadar daya tahan tubuhnya, kalau muncul gejala ke AIDS, akan diberikan. Obat ini harus diminum seumur hidup tidak boleh berhenti. Obat ini apabila berhenti mengonsumsinya, virusnya akan lebih ganas dan makin banyak.

HIV/AIDS pertama sekali ditemukan oleh ahli kesehatan di Los Angeles, Amerika Serikat pada tahun 1981. Ia melakukan penelitian terhadap empat mahasiswa, pada tubuh mereka ditemukan penyakit Peneumonia atau yang disebut dengan Pneumoic Carini, yang disertai dengan penurunan kekebalan tubuh atau imunitas. Hasil penelitian para ahli kesehatan menemukan jalan untuk penemuan penyakit AIDS. HIV diketahui virusnya pada tahun 1983, oleh Lug-Montaigneur seorang ahli mikrobiologi Perancis. Setahun setelah penelitian Lug, seorang ahli mikrobiologi asal Amerika Serikat yaitu Robert Gallo menemukan HIV. Pada tahun 1962, beberapa ilmuwan mengangap HIV menyebar dari monyet ke manusia dalam kurun waktu tahun 1962-1946.

Pada tahun 1982, para ilmuwan menemukan sindrom yang dikenal sebagai GRID (Gay Related Immune Deficiency). GRID yakni penurunan kekebalan tubuh


(17)

yang dihubungkan dengan kaum gay (menyukai sesama jenis lelaki). Ada 2 tipe HIV yaitu, HIV-1 dan HIV-2. Kekebalan tubuh menjadi hilang menyebabkan, penderita mudah terkena berbagai penyakit mematikan dan tidak lazim yang akhirnya. Tahun 1983, Dokter di Institut Pasteur Perancis, memisahkan virus baru penyebab AIDS. Virus itu terkait dengan Limfadenopati (Lymphadenopathy-Associated Virus-LAV). Pada tahun 1984, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan Dr.Robert Gallo dari NCI (National Cancer Institute) memisahkan retrovirus penyebab AIDS dan diberi nama LAV dan HTLV III. Nama LAV dan HTLV III adalah sama, sehingga nama virus itu diganti menjadi HIV.

Epidemi HIV/AIDS di dunia melewati 3 tahapan yaitu:

a. Silent Epidemic. Epidemi HIV sebenarnya sudah ada di masyarakat secara diam-diam tanpa disadari dan tanpa diketahui.

b. Kasus HIV baru muncul beberapa tahun kemudian dan teridentifikasi pertama kalinya pada tahun 1981 di Amerika Serikat. Setelah itu kasus HIV merangkak cepat dan menyebar ke seluruh dunia.

c. Epidemi reaksi merupakan reaksi dan respon masyarakat terhadap masalah HIV/AIDS sebagai akibat dari dua epidemi sebelumnya. Reaksi ini mulai Nampak pada pertengahan 1980-an dan menimbulkan dampak di bidang sosial, ekonomi, psikologi dan juga politik.

Dampak yang timbul di masyarakat akibat epidemi AIDS adalah :

a. Menurunnya kualitas dan produktivitas SDM mengingat jumlah terbesar yang terinfeksi justru berada pada usia produktif (84%).

b. Meningkatnya kasus penularan pada bayi, anak dan orang tua yang mengakibatkan angka kematian yang tinggi.


(18)

c. Masih kuatnya stigma buruk bagi penderita AIDS, keluarganya dan orang-orang yang berisiko tinggi tertular HIV sehingga mengakibatkan ketimpangan dalam kehidupan sosial.

Sifilis dan HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi organisme. Hal ini dalam penyebarannya, sangat dipengaruhi oleh pola perilaku dan gaya hidup seseorang. Secara tidak langsung sifilis dan HIV/AIDS juga merupakan penyakit perilaku. IMS ialah Infeksi Menular dan sering juga disebut penyakit kelamin. IMS adalah infeksi menular seksual infeksi yang ditularkan terutama melalui hubungan seks.

Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) antara lain, yaitu:

1. Sifilis. Sifilis disebut dengan raja singa. Sifilis memiliki gejala apabila muncul luka yang tidak terasa sakit.

2. Kutu bayur. Kutu bayur, memiliki gejala rasa gatal di bulu kemaluan, bisa menyerang bulu dada, ketiak, bulu mata dan alis.

3. Herpes. Herpes, memiliki gejala muncul bintik berisi cairan (terasa panas dan sakit) dan bersifat kambuhan.

4. Jengger ayam. Jengger ayam atau kutil kelamin, memiliki gejala muncul kutil (daging).

5. Klamida. Klamida, memiliki gejala keluar cairan bening dan bau.

6. Kencing nanah (Gonore/GO). Kencing nanah (Gonore/GO), memiliki gejala sakit saat kencing dan keluar nanah dari alat kelamin.

7. dan lain-lain.

Orang yang mengidap IMS memiliki resiko lebih besar untuk terinfeksi HIV, karena luka yang terbuka memberi jalan masuk bagi HIV.


(19)

Konon kondom sudah ada dalam jaman Mesir kuno. Sebenarnya kondom yang kita kenal sekarang dikembangkan oleh dokter kerajaan Inggris, The Earl of Condom, atas perintah Raja Charles II, sebagai upaya perlindungan raja dari penularan sifilis. Pertama kali, dikembangkan dari usus halus domba yang dilumuri dengan cairan pelicin. Temuan kondom Raja Charles II disambut meriah dan juga bikin heboh. Mulailah timbul isu kontroversial yang dikaitkan dengan moralitas. Debat kondom dan moral sudah dimulai sejak kondom tersebut ditemukan. Semakin populer penggunaan kondom saat ini, maka timbul kecemasan peningkatan perilaku seks sebelum menikah, peningkatan kunjungan ke penjaja seks, dan kondom dapat dianggap meruntuhkan nilai-nilai keagungan perkawinan.

Sejak awal abad 19, kondom sudah dibuat dengan bahan karet alam, kuat dan elstis. Sehingga kondom dapat dipakai ulang oleh kaum lelaki setelah dicuci, pakai ulang sampai kondomnya bocor atau rusak sehingga tak dapat dipakai lagi. Pada awal perkambangan kondom, memang manfaat perlindungannya terhadap kehamilan dan infeksi masih rendah, karena cara pakai ulang tersebut, sehingga higienis juga tidak terjaga. Sekitar tahun 1930 an, kondom dibuat dari bahan lateks, terciptalah kondom yang lebih tipis, kuat dan lebih murah dan sekali pakai. Persis seperti kondom yang kita kenal sekarang. Peningkatan penggunaan kondom melonjak pada jaman perang dunia ke dua, permintaan konsumen terhadap kondom yang bermutu, semakin tipis, mudah dipakai dan harga terjangkau. Pada tahun 1950-an, kondom yang tipis dan sesuai dipakai serta ada tonjolan kantung diujungnya, bertambah populer sebagai alat untuk mencegah ejakulasi dini. Ketika ancaman perluasan penularan HIV - virus penyebab AIDS-mendorong kondom sebagai salah satu alat pecegahan yang utama, tidak mencegah kehamilan yang tidak diinginkan tetapi juga punya kemampuan penangkal terkena HIV.


(20)

Berdasarkan fenomena gunung es 1 (satu) orang HIV positif sebenarnya mewakili 100 orang HIV positif yang belum terdeteksi tes darah HIV di masyarakat. Kenyataan ini membuktikan bahwa kasus HIV/AIDS, sebenarnya sudah mulai meluas ke masyarakat umum. Infeksi HIV memang terus merangkak naik, namun cara penyebarannya masih menunjukkan pola yang tetap. Hal ini dapat terbukti dari riset Departemen Kesehatan RI pada tahun 2001 yang memperlihatkan bahwa perilaku seksual tetap menduduki peringkat teratas dalam penularan HIV/AIDS (61,7%), disusul dengan Intra Drug User (IDU) (20,3%), homoseksual-biseksual (15,7%), perinatal (1,6%), transfusi darah (0,5%) dan hemofili (0,2%). (www.health.Irc.or.id).

Kasus AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia di Bali pada tanggal 15 April 1987, yakni seorang turis asal Belanda (Edward Hop, 44 tahun). Ia meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. 31 April 2007. Dua tahun kemudian tercatat 13 orang positif terinfeksi HIV dan dari tahun ke tahun, jumlah ini terus mengalami peningkatan

Jumlah kasus AIDS di Indonesia adalah 8988 orang. Penderita HIV+ sebanyak 5640 orang. Kasus AIDS terdapat di 32 Provinsi, dengan kasus tertinggi dimulai dari DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Bali, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan. Penderita yang meninggal akibat AIDS adalah sebanyak 1.994 orang.

Di Sumatera Utara, data yang diperoleh sejak tahun 1994-2007 January lebih banyak warga negara Indonesia, dibandingkan dengan warga negara Indonesia asing. WNI (Warga Negara Indonesia) yang mengidap HIV adalah 445 orang. AIDS diderita oleh 330 orang. Jumlah keseluruhannya yaitu 775 orang. WNA (Warga Negara Asing) yang mengidap HIV adalah 25 orang, yang mengidap AIDS adalah 1


(21)

orang, dan jumlah keseluruhannya yaitu 26 orang. Jumlah keseluruhan yang mengidap AIDS pada WNA dan WNI adalah 331 orang. Akibat dari AIDS terdapat 80 orang meninggal.

Kasus dimulai dari kota Medan yang berjumlah 226 orang, Pematang Siantar berjumlah 14 orang, Tanjung Balai 1 orang, Tebing Tinggi 6 orang, Sibolga 1 orang, Deli Serdang 20 orang, Langkat 4 orang, Karo 5 orang, Simalungun 9 orang, Asahan 5 orang, Labuhan Batu 7 orang, Tapanuli Utara 4 orang, Tapanuli Tengah 1 orang, Tapanuli Selatan 3 orang, dan Samosir 1 orang. Jumlah keseluruhan di Sumatera Utara ialah 331 orang yang terkena HIV/AIDS.

Sementara April 2007, penderita HIV+ sebanyak 531 orang. Sebanyak 377 orang berjenis kelamin laki-laki dan 135 orang berjenis kelamin perempuan dan 19 orang yang tidak diketahui. Penderita AIDS sebanyak 56 orang berjenis kelamin perempuan, sebanyak 307 orang berjenis kelamin laki-laki dan yang tidak diketahui ada 5 orang. Jumlah penderita AIDS sebanyak 368 orang. Jumlah keseluruhan penderita HIV+ dan AIDS adalah sebanyak 899 orang.

Berdasarkan kasus di atas, masih terdapat masyarakat Indonesia yang tidak mau menggunakan kondom saat berhubungan intim. Oleh karena PSK memiliki resiko tinggi terhadap bahaya HIV/AIDS dan IMS lainnya, mereka harus memiliki kesadaran untuk menghindari penyakit ini. Seharusnya PSK berusaha dan selalu menawarkan kondom kepada setiap pelanggan yang datang. Walaupun kenyataannya, pelanggan yang memegang peranan ataupun kunci dalam proses tawar-menawar kondom. Pelanggan dikarenakan, memiliki uang dan pelanggan merupakan pembeli. Maka, pelanggan adalah raja dan pelanggan yang berhak menentukan apakah memakai kondom atau tidak dalam berhubungan intim. Pelanggan juga bebas memilih PSK mana yang disukainya. Apabila, PSK mengetahui


(22)

bahaya HIV/AIDS dan memiliki kesadaran untuk mencegahnya, akan tetapi hukum pasar berlaku antara pelanggan dan PSK. Hukum pasar, dimana permintaan akan meningkat sesuai dengan penawaran. Melalui kasus diatas, dapat diketahui permintaan pelanggan untuk tidak memakai kondom lebih banyak dibandingkan dengan yang mau memakai kondom. Maka PSK dalam menawarkan kondom, akan mengikuti permintaan pelanggan. Penggunaan kondom memberi pengaruh besar, bila digunakan pada saat berhubungan intim. Fungsi kondom sendiri dapat mencegah penularan penyakit serta mencegah kehamilan. Ini satu-satunya teknologi pencegahan yang mampu mencegah dengan daya proteksi lebih dari 90%.

PSK sendiri memilih solusi untuk mencegah penyakit ini, yaitu dengan menawarkan kondom kepada pelanggan. Kasus HIV/AIDS masih terjadi di Deli Serdang, sementara lokasi penelitian memiliki tempat penjualan kondom, alasan inilah yang menjadi latar belakang penulis dalam ketertarikan untuk mengambil judul penelitian mengenai posisi tawar PSK dalam pemakaian kondom untuk mencegah bahaya HIV/AIDS.

Hubungan yang tercipta antara PSK dan pelanggannya merupakan hubungan yang nemiliki latarbelakang berdasar aspek ekonomi, aspek sosial, yang bersifat pribadi seperti: nilai malu, harga diri. Menurut Szanton dalam Sjafri (2002:206), pembeli mengharapkan harga yang baik, kualitas yang baik, layanan dan bantuan pribadi (kredit jika memungkinkan) sesuai dengan balasannya.

Bagi sebagian orang, pendidikan seks mengacu pada seks yang aman dan pendidikan seks dinilai kearah dalam penggunaan kondom. Maksudnya, sebagian orang dalam berhubungan seksual ada keinginan melakukan hubungan seksual untuk terhindar dari penyakit. Hubungan seksual adalah hubungan yang aman, dimana tidak merugikan dan dirugikan antara pihak yang melakukan hubungan seksual. Sebagian


(23)

orang ini memiliki pemikiran bahwa pendidikan seks yang diingikan dan yang dilakukan merupakan hubungan yang mengacu kedalam pemakaian kondom. Jawaban dari hubungan seks yang aman dan sehat adalah pemakaian kondom. Pemakaian kondom sangatlah tepat untuk mencegah resiko bahaya HIV/AIDS. PSK sebagai pembujuk ataupun orang yang menawarkan kondom kepada pelanggan memiliki suatu posisi tawar. Posisi tawar, yakni keberadaan ataupun kedudukan PSK dalam menawarkan kondom kepada pelanggan yang datang. PSK dalam posisinya menawarkan kondom terhadap pelanggan berupaya dalam hal mencegah bahaya HIV/AIDS. PSK memiliki posisi tawar yang tinggi dan posisi tawar yang rendah. Posisi tawar PSK yang tingggi ataupun rendah dipengaruhi oleh berbagai factor. Factor tersebut dapat berasal dari dalam ataupun luar lingkungan PSK. Dikarenakan PSK yang diteliti berada di daerah pedesaan, maka PSK tersebut memiliki keterbatasan akan pendidikan, ekonomi dalam kehidupannya. Sehingga PSK melakukan penawaran kondom dalam mencegah bahaya IMS dan HIV/AIDS kepada pelanggan, agar posisi tawar PSK tersebut ada.

1.2 Ruang Lingkup Masalah

Permasalahan yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana posisi tawar PSK Warung Bebek terhadap pelanggan dalam pemakaian kondom dan faktor-faktor yang mempengaruhinya? Posisi tawar memiliki makna keberadaan PSK sebagai orang yang menawarkan kondom kepada pelanggan. Apakah penawaran mereka berhasil (posisi tawar tinggi) dan penawaran mereka gagal (posisi tawar rendah), apa saja factor-faktor yang menyebabkan posisi tawar tinggi dan rendah, apakah factor tersebut berasal dari dalam lingkungan atau diluar lingkungan mereka.


(24)

2. Strategi apa yang dipakai PSK dalam meningkatkan posisi tawar sehingga kondom dapat digunakan pelanggan? Strategi yang dimaksud ialah strategi dalam menawarkan kondom kepada pelanggana apabila pelanggan tidak suka memakai kondom, apakah alasan pelanggan tidak mau dan mau memakai kondom, apakah strategi yang digunakan berasal dari dalam atau dari luar lingkungan PSK, strategi yang dipakai ada berapa banyak, strategi apa yang dominan berhasil dan disukai oleh pelanggan dan mengapa strategi ini dapat berhasil.

3. Sejauh mana pengetahuan dan sikap PSK mengenai HIV/AIDS dan manfaat kondom? Pengetahuan PSK termasuk pengertian, gejala, pencegahan, sejarah dan hal lain yang diketahui mengenai bahaya HIV/AIDS, pengetahuan tersebut berasal dari mana, apakah dari dalam lingkungan atau diluar lingkungan PSK. Sikap PSK apakah setuju atau tidak setuju dalam pemakaian kondom, apakah PSK memiliki rasa takut atau malah tidak takut terhadap HIV/AIDS, bagaimana tanggapan mucikari dalam pemakaian kondom di Warung Bebek.

1.3 Lokasi Penelitian

Peneliti memilih lokasi penelitian di Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah, kabupaten Serdang Bedagei. Lokasi penelitian berada di Desa Firdaus yakni Dusun I yang bernama Warung Bebek. Peneliti memilih Lokasi Warung Bebek dengan berbagai pertimbangan antara lain; Warung Bebek merupakan lintas kota Sumatera Utara dan letak lokasi Warung Bebek berada ditengah-tengah masyarakat.


(25)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskripsi, yang bertujuan untuk mengetahui posisi tawar PSK Warung Bebek pada pelanggan dalam hal pemakaian kondom. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang dipakai oleh PSK untuk meningkatkan posisi tawar terhadap pemakaian kondom kepada pelanggan. Penelitian ini bertujuan agar dapat mengetahui pengetahuan yang ada dimiliki PSK dan dari pengetahuan tersebut dapat diketahui sikap PSK terhadap bahaya HIV/AIDS dalam penggunaan kondom.

Secara umum penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengurangi bahaya resiko terhadap masyarakat agar tidak terkena HIV/AIDS. Bermanfaat untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (orang yang terkena HIV/AIDS). Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat secara jelas dan lengkap mengenai HIV/AIDS. Penelitian ini bermanfaat sebagai refrensi pada displin ilmu dan instansi yang terkait dalam hal membuat kebijakan untuk meningkatkan posisi tawar PSK dalam upaya pencegahan bahaya HIV/AIDS.

1.5 Tinjauan Pustaka

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Ide mereka, pengetahuan yang dimiliki termasuk dipublikasikan dalam tindakan dan hasil karya yang disosialisasikan Budaya sendiri, merupakan daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa (Koentjoroningrat,1990:180). Dalam bersosialisasi antara PSK dengan masyarakat akan banyak hal yang di dapat oleh PSK. Seperti, cara pandang masyarakat setempat terhadap mereka, pengetahuan


(26)

mengenai kebiasaan ataupun adat-istiadat masyarakat setempat. Hubungan yang tercipta antara PSK dan warga adalah hubungan yang menghargai dan harmonis. Hal ini, dapat diketahui, bahwa di Warung Bebek adanya sistem peminjaman (mengutang) yang diberikan masyarakat dengan PSK. Antropologi berasal dari kata

anthropology yang berarti: ilmu tentang manusia. Dimana manusia tidak terlepas dari

kebudayaan. Dalam sudut antropologi, penelitian ini erat hubungannya dengan antropologi ekonomi dan antropologi gender. Penelitian ini hubungannya dengan antropologi ekonomi yakni, dilihat dari gejala pasar. Gejala pasar yaitu hukum penawaran dan hukum permintaan dan hubungan antara pelanggan yakni, hubungan penjual dan pembeli beserta factor yang mempengaruhinya. Sementara dalam kaitannnya dengan antropologi gender yaitu, adanya steoritipe yang merupakan bentuk ketidakadilan PSK dalam posisi tawarnya menawarkan kondom kepada pelanggan untuk mencegah bahaya HIV/AIDS.

Kebudayaan memiliki 7 (tujuh) unsur, diantaranya: demografi, bahasa, sistem mata pencarian, sistem religi, sistem pengetahuan, organisasi social, sistem peralatan hidup dan teknologi dan sistem kesenian. Latar belakang seseorang menjadi PSK termasuk dalam salah satu unsur kebudayaan, yakni sistem mata pencarian. Mengenai masalah mata pencarian tentu tidak terlepas dari adanya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini tidak seorangpun ingin bersahabat dengan kemiskinan. Bagi mereka, yang hidupnya bersahabat dengan kemiskinan dan mengharapkan bantuan, apakah solusinya? Bukan hal yang mudah untuk lepas dari kemiskinan, bukan hal yang mudah untuk lari dari tuntutan kebutuhan hidup. Tak lain dan tak bukan, seseorang harus berjuang agar dapat mempertahankan hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masuknya perempuan kedalam dunia pelacuran yakni, bekerja sebagai PSK tidaklah dipandang sebagai pilihan bebas. Bekerja sebagai PSK


(27)

dipandang sebagai hasil dari strategi khusus dari mucikari yang memperdagangkan perempuan kedalam pelacuran dengan memainkan kerentanan ekonomi dan emosi perempuan dewasa ini. Menurut Feldman, seseorang menjadi PSK yang terlibat dalam hubungan seks demi uang sebagai mata pencarian (Fieldman dalam Koentjoro, 2004:31)

Cara yang ditempuh untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan hidup, yakni dengan bekerja. Banyak pekerjaan yang ada dewasa ini, namun semua berdasar pendidikan, pengalaman, penampilan dan hal-hal lainnya. Ketidakmampuan untuk memperoleh pekerjaan yang layak, maka profesi sebagai PSK adalah alternatif untuk bertahan. Beberapa hal yang mempengaruhi kehidupan PSK yaitu:

1. Bayaran. Seorang PSK memberikan kepuasan seks kepada kaum lelaki dianggap sebagai alat pemuas kebutuhan seks. PSK tidak diberi kebebasan dalam memilih pelanggan.PSK memberi jasa seks kepada lelaki, menggunakan tubuhnya sebagai komoditas yang dijual dalam satuan harga tertentu.

2. Perselingkuhan. Dunia pelacuran yang termasuk didalamnya PSK, memiliki karakteristik yang sama dengan hubungan seks diluar pernikahan, karena ditandai dengan perselingkuhan. Perselingkuhan dilakukan karena, untuk memperoleh kesenangan dan berbentuk komersialisme profesionalisme demi tujuan tertentu.

3. Ketidakacuhan emosional. Kebutuhan hidup seseorang salah satunya yaitu memnuhi kebutuhan sex. PSK tidak memilih latar belakang pelanggannya, apabila dalam memenuhi kebutuhan sex


(28)

4. Mata pencarian. Seseorang menjadi PSK sebagai mata pencarian dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Seseorang yang ingin bertahan hidup mencari pekerjaan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup.

Namun, tidak dari empat hal diatas merupakan orang yang berada di dunia pelacuran. Pernyataan ini menjadi benar, fakta dari aktris dan PSK hampir selalu sama karena rela berhubungan seks demi uang, berselingkuh, dan tidak acuh secara emosional Koentjoro (2004:34).

Dari sudut antropologi ekonomi, tidak terlepas dari kekuasaan yang memiliki kekuatan dalam kehidupan PSK. Keamanan yang efektif dan efisien diperlukan untuk PSK, sehingga tidak muncul pandangan mengenai PSK yang selalu menyalahkan PSK dari segala aspek kehidupan. PSK seringkali dianggap membahayakan kepribadian seseorang, memperburuk kehidupan keluarga dan pernikahan, meyebarkan penyakit, dan mengakibatkan disorganisasi social, Kumar dalam Koentjoro (41-42). PSK juga disalahkan karena dianggap sebagai bidang kererakan keluraga. PSK juga dimusuhi kaum agamawan dan dokter karena peran mereka dalam menurunkan derajat moral dan fisik kaum prisa serta menjadi bibit perpecahan anak-anak dari keluarganya Parker dalam Koentjoro (2004:42). Pada prinsipnya di Indonesia, setiap orang berhak mendapat perlindungan dan perlakuan yang sama mengenai hak dan kewajiban didalam hukum.

Pandangan masyarakat yang mengangap rendah dan memojokkan PSK dalam kehidupan sehari-hari. Adanya anggapan, bahwa apabila bersosialisasi dengan seorang PSK dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Apabila ada orang yang berteman dengan PSK, maka ia akan menjadi PSK. Secara tidak langsung PSK yang juga manusia biasa, dalam bergaul dengan yang lain mengalami diskriminasi dalam berteman. Berarti, PSK hanya berteman dengan sesame profesinya yaitu, hanya PSK


(29)

dan PSK saja yang berteman. Selain itu adanya pandangan mengenai PSK bahwa PSK merusak rumah tangga orang dan penyebar penyakit.

Fakta dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tidak mau bergaul dan mengangap rendah pekerjaan PSK, khususnya para istiri. Para istri merasa tidak senang dengan PSK, sebab PSK dianggap sebagai peretak rumah tangga. Apabila suami sudah tidak betah di rumah, maka PSKlah jawabannya. Para istri merasa sisuami selingkuh dengan perempuan lain. PSK juga dianggap masyarakat sebagai penyebar penyakit. Sementara PSK juga tidak ingin terkena penyakit dan tidak ada orang yang ingin menjadi PSK. Satu sisi PSK membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Satu sisi lagi, pelanggan yang memiliki uang dan terdapat pelanggan yang ingin merasakan kenikmatan berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Dalam hal ini, siapakah yang harus disalahkan? Stigma yang buruk ini berpengaruh besar pada PSK. Kasus yang masih terdapat penyakit HIV/AIDS, merupakan bukti masih ada rasa takut dan rasa dikucilkan bagi mereka yang terkena HIV/AIDS. Mereka yang terkena HIV/AIDS tidak memiliki keberanian untuk berbagi cerita. Bagaimana mereka bisa mencegah HIV/AIDS, sementara mereka takut berbagi cerita dengan yang lain. Stigma yang buruk pada PSK haruslah dihilangkan. karena PSK sebagai manusia biasa juga berhak memiliki penghidupan yang layak dan dihargai selayaknya sebagai manusia.

Studi ekonomi personal kebanyakan diarahkan kepada gejala pasar. Pasar merupakan sisi pertukaran dari gejala ekonomi paling nyata terlihat. Adanya hubungan langganan antara penjual dan pembeli, ambil sekarang dan bayarnya nanti. Penjual adalah PSK dan pembeli adalah pelanggan. Seperti hubungan pelanggan dan penjual, apabila setelah berhubungan intim maka pelanggan akan membayar PSK sesuai dengan kesepakatan.


(30)

Hubungan antara PSK dan pelanggan adalah hubungan yang pada intinya ekonomi, namun didasarkan pada hubungan social yang bersifat pribadi dan dijaga oleh nilai-nilai social. Nilai-nilai social seperti; nilai malu dan nilai harga diri. Pelanggan memiliki kekuasaan, yakni uang. Uang yang dimiliki oleh pelanggan menyebabkan pelanggan dapat berkuasa dalam hal memilih PSK. Menurut Szanton, pelanggan dengan kata lain pembeli mengharapkan kualitas yang baik, layanan yang baik, dan harga yang sesuai. Penjual yaitu, PSK sendiri menginginkan pembeli memperoleh kesenangan, pelayanan yang baik, kualitas yang baik. Hubungan yang tercipta antara PSK dan langganan kontak ekonomi, berlangsung diatas hubungan social yang penuh kepercayaan yang tumbuh karena hubungan persahabatan. Hubungan yang tercipta akan membuat pelanggan menjadi pelanggan tetap dengan PSK.

Dalam fenomena PSK, motif berkuasa (power motif) mempunyai peranan penting. Hal ini dapat diketahui dari penelitian McClelland dalam Koentjoro (2004:48), mengatakan “masyarakat sumber penghasil PSK (masyrakat yang berada dilokalisasi PSK) dipengaruhi oleh moti berkuasa. Motif memainkan peranan penting dalam memahami perilaku seseorang. Motif menjelaskan alasan mengapa orang menghabiskan waktu mereka untuk mengerjakan sesuatu yang mereka inginkan. Seseorang yang memiliki motif akan cenderung mengulang-ulang perhatian kepada tujuan yang mendorong, mengorientasikan dan menyeleksi perilakunya. Dengan demikian, pada dasarnya kecenderungan motif mengacu pada pikiran akan suatu tujuan, seringkali muncul sebagai hal yang tengah menjadi perhatian.

Motif social khususnya motif berkuasa, memainkan peranan penting dalam fenomena pelacuran. Kata-kata motive, motivation dan need dalam berbagai literature saling menggantikan. Banyak ahli cenderung menyamakan motive dan motivation.


(31)

McCllelland dalam Koentjoro (2004:49) cenderung menghubungkan motive dengan

need, dan terkadang dia menggunakan istilah motive, namun pada kesempatan lain

menggunakan istilah need. Motivasi adalah dorongan yang menuntut pemenuhan atas kebutuhan dasar sehingga motif dipengaruhi oleh situasi yang bervariasi. Terdapat dua motif utama dalam setiap orang, yaitu motif biologis dan motif social (McCllelland dalam Koentjoro, 2004:49-50). Motif biologis adalah sistem kebutuhan manusia yang paling mendasar. Motif ini termasuk kebutuhan akan makanan, air, seks. Hampir seluruh pakar mengatakan motif mendasar adalah terbebas dari rasa lapar. Motif social ada tiga yaitu, kebutuhan berprestasi, kebutuhan untuk berafliasi, kebutuhan power. Ketiga motif social ini terdapat pada setiap manusia namun dengan proporsi yang berbeda-beda dimana setiap orang akan lebih didominasi oleh satu motif dan tidak oleh motif yang lain.

Motif mendasari perempuan dalam memilih pekerjaan sebagai PSK atau orang tua atau suami untuk menekankan anak atau istri mereka menjadi PSK. Menurut McClleland, 2004:50) menyatakan bahwa dari sudut pandang psikologis, tujuan motif berkuasa adalah untuk merasakan berkuasa. Mempengaruhi orang lain merupakan satu cara di antara banyak cara untuk merasa berkuasa. Orang dengan n

power yang tinggi selalu berpikir untuk mempengaruhi dan responsive terhadap status

dan posisi orang lain.

Disamping status, McClleland dalam Koentjoro (2004:50) juga menemukan bahwa n power mendorong kaum pria untuk mengakumulasikan kepemilikan barang-barang mewah seperti mobil, televisi, berwarna, dan barang-barang material lainnya. Orang dengan power yang tinggi cenderung akumulasikan tanda atau symbol yang membuat prestos di dalam kelompok tempat mereka berada. Pengumpulan kepemilikan berharga, menurut McClelland dalam Koentjoro (2004:51), dapat


(32)

dikategorikan sebagai ciri seseorang yang didominasi motif berkuasa. Dengan demikian, masyarakat sumber penghasil pelacur dipengaruhi oleh motif berkuasa. Kekuasaan menurut Talcott Parsons dalam Hoofewerf (1985:144), yaitu kekuasaan masing-masing sebagai alat tukar-menukar dan alat pembayaran yang unggul dalam politik. Pendekatan politik seksual memandang PSK, sebagai fungsional bagi kekuasaan social pria. Daya tarik dalam dunia pelacuran (termasuk di dalamnya PSK) adalah pengalaman merasa berkuasa dan pengalaman merasakan hubungan majikan dan budak. Hubungan ini yang dimaksud dengan kekuasan maskulin (Koentjoro, 2004:86).

Duncan dan Duncan dalam Koentjoro (2004:51) menemukan bahwa alasan yang paling sering dikemukakan perempuan yang bekerja adalah uang. Bagi perempuan dalam dunia pelacuran, uang bukanlah satu-satunya alasan utama. Hampir seluruh PSK mengirimkan uang secara teratur kepada orang tua dan keluarga mereka. Seperti PSK di Thailand, Filipina dan Indonesia (Murray dalam Koentjoro, 2004:51)

Hubungannnya dengan antropologi ekonomi, yakni fenomena posisi tawar dalam pemakaian kondom untuk mencegah bahaya HIV/AIDS, tidak lepas dari adanya gejala pasar yang berlaku yakni hukum penawaran dan permintaan dalam proses penawaran kondom antara PSK dengan pelanggan. Godelier dalam Sjafri (2002:143-144) berpendapat, bahwa ekonomi ialah suatu bidang dari hubungan sosial yang bersifat eksternal, berada diluar, sekaligus internal, merasuk didalalam, bidang-bidang hubungan sosial lainnya. Menurut Marx dalam Sjafri (2002) pendekatan yang menempatkan kondisi material adalah sebagian faktor dominan kebudayaan, sementara strukturalisme menempatkan struktur berpikir manusia (menerangkan kondisi sosial masyarakat) adalah sebagai faktor determinannya.


(33)

Sedangkan dari sudut antropologi gender, PSK sebagai perempuan ingin memiliki posisi yang diakui oleh orang luar. Pengakuan tersebut, adanya posisi tawar PSK dalam menawarkan kondom kepada pelanggan. PSK mengikuti permintaan pelanggan, karena pelanggan yang memegang kendali dalam memilih dan membayar PSK. Satu sisi PSK ingin terhindar dari bahaya HIV/AIDS dan butuh uang dalam memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan satu sisi lagi tidak semua pelanggan nya menginginkan hubungan seks yang sehat dan aman dengan pemakaian kondom. Sementara PSK dalam melakukan kegiatan seksual berhubungan erat dengan kesehatan. PSK melakukan hubungan seksual dengan orang (pelanggan) yang berbeda-beda. PSK dapat terancam kesehatannya terkena HIV/AIDS, apabila mendapati pelanggan yang terkena virus HIV.

Isu gender sebagai suatu wacana dan gerakan untuk mencapai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan telah menjadi pembicaraan yang cukup menarik perhatian masyarakat. Respon dan pendapat yang beragam bermunculan, mulai dari mendukung, menolak, menerima sebagai wacana teoretis tapi tidak bisa dilaksanakan secara empiris. Kodisi mendukung dan menolak ini bukan hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan. Walaupun isu gender sebagai isu ketidakadilan, yang banyak mendapat ketidakadilan adalah perempuan., tetapi perempuan banyak menerima kondisi ketidakadilan itu sebagai suatu kondisi yang sudah seharusnya diterima (Harmona, 2007:6).

Secara historis, konsep gender pertama kali dikenalkan oleh sosiolog asal Inggris yaitu, Aan Oakley, ia membedakan pengertian antara jenis kelamin (sex) dan gender. Perbedaannya yakni, jenis kelamin (sex) yaitu perbedaan atas ciri-ciri biologis yaitu yang menyangkut prokreasi (menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui). Perbedaan gender adalah perbedaan simbolis atau social yang berpangkal


(34)

pada perbedaan seks tetpi tidak selalu identik dengannya. Konsep gender sangat berhubungan dengan definisi suatu budaya tertentu. Ciri maskulin dan feminisme dengan kata lain, sangat bergantung kepada penafsiran dan kesepakatan sosial dari suatu konteks sosial budaya tertentu. Maskulin sangat identik dengan keperkasaan, bergelut disektor publik, jantan dan agresif. Sedangkan feminism identik dengan lemah lembut, bekerja disekitar domestic (rumah), pesolek, pasif dan lain-lain (Harmona,2007:6).

Gender memiliki pengertian yakni pembedaan peran, perilaku, perangai laki-laki dan perempuan oleh budaya ataupun konstruksi sosial yang mengikat. Dalam hal ini gender tidak diperoleh sejak lahir akan tetapi, gender diperoleh dari sosialisasi atau pembelajaran dari masa anak-anak hingga dewasa. Oleh karena itu, gender dapat disesuaikan dan dapat diubah. Setiap masyarakat mengembangkan identitas gender yang berbeda, tetapi kebanyakan masyarakat membedakan laki-laki dan perempuan dengan maskulin dan feminism (Harmona, 2007:4). Fakih dalam Harmona (2007:4) mengemukakan konsep gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara social maupun cultural. Misalnya, perempuan dikenal lebih lembut, keibuan memiliki sifat penyayang dan cantik. Sementara laki-laki, memiliki sifat rasional, jantan dan perkasa.

Pengertian gender mengacu pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang kelahirannya dan keberadaannya berbeda dalam waktu, tempat, budaya bangsa maupun peradaban. Presepsi terhadap PSK berhubungan dengan pandangan budaya terhadap seksualitas, Truong dalam Koentjoro (2004:42-43). Menurut prespektif feminis, memandang pelacuran (termasuk didalamnya PSK) sebagai tekanan masyarakat patriarkal dan kapitalis. PSK sering sekali dianggap oleh masyrakat sebagai pelaku tindakan criminal yang merendahkan harga dirinya. PSK dianggap


(35)

sebagai peretak rumah tangga orang (menggangu suami orang) dan penyebar penyakit menular. Sementara pelanggan tidak pernah dianggap oleh masyarakat seperti anggapan pada PSK.

Sejumlah stereotipe pun lantas menempel pada perempuan dan laki-laki berdasarkan peran jenis kelamin itu. Stereotipe adalah pelabelan atau ciri-ciri penandaan terhadap suatu kelompok tertentu (Harmona, 2007:83). Seperti; adanya anggapan yang salah dan buruk akan PSK. Stereotype merupakan salah satu bentuk ketidak adailan gender (Fakih dalam Harmona,2007:79). Terdapat pemakluman bahwa perempuan adalah emosional, bodoh, penakut, cengeng dan laki-laki adalah sebaliknya. Perempuan dikatakan harus mampu menyenangkan, mengabdi, menomor–satukan pasangannya, yaitu suaminya, mampu memberikan keturunan dan sekian “keharusan” lain yang bermuara pada penundukkan dirinya oleh kekuasaan laki-laki (kekuasaan maskulin).

Anggapan akan PSK adalah penyebar penyakit dan perusak rumah tangga orang, haruslah dihilangkan. Untuk menghindari adanya pembedaan antara peran, hak, kewajiban antara laki-laki dan perempuan perlu diberi kesadaran. Kesadaran kepada masyarakat untuk menghilangkan anggapan dan stereotip akan PSK.

1.6 Metode Penelitian

Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini yakni, metode kualitatif. Penelitian ini akan mencari tahu bagaimana posisi tawar PSK dengan pelanggan dalam hal pemakaian kondom, apakah posisi tawar mereka tinggi atau rendah dalam hal pemakaian kondom. Apa saja factor yang menyebabkan posisi tawar mereka rendah ataupun tinggi, apakah factor tersebut berasal dari internal atau eksternal Warung Bebek. Strategi apa yang dipakai PSK agar pelanggan mau menggunakan


(36)

kondom, apakah strategi yang digunakan berasal dari pihak lain atau dari mereka sendiri, apakah strategi yang dipakai antara mereka dengan yang lain menggunakan strategi yang sama. Termasuk didalamnya pengetahuan apa saja yang diketahui PSK mengenai HIV/AIDS dan kondom. Apakah mereka mengetahui hanya sebatas pengertian, asal-usul, gejala, manfaat atau pencegahan tentang HIV/AIDS dan kondom.

Berikutnya penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi posisi tawar mereka, apakah factor tersebut berasal dari internal atau eksternal, factor apa yang mendominasi dan bagaimana pengaruh factor tersebut bagi PSK dan pelanggan. Melengkapi informasi, peneliti memakai data kuantitatif. Data kuantitatif berupa: data statistik, yakni data mengenai jumlah kasus HIV+ dan AIDS.

Teknik yang dipakai dalam penelitian yaitu:

1. Teknik Observasi. Observasi yang digunakan adalah observasi tidak terlibat. Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui adakah pihak dari pemerintah maupun non pemerintah yang peduli terhadap PSK Warung Bebek, kegiatan apa saja yang dilakukan, kapan dan dimana kegiatan tersebut dilakukan dan apakah kegiatan tersebut dipungut biaya ataupun kegiatan tersebut bersifat gratis, kegiatan sehari-hari yang dilakukan PSK, dan cara PSK memanggil pelanggan. Observasi ini dilakukan agar dapat ditemukan hal-hal yang diperlukan untuk melengkapi data dilapangan.

2. Teknik Wawancara. Peneliti memakai teknik wawancara mendalam (deep interview). Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki PSK mengenai HIV/AIDS, apakah PSK hanya mengetahui pengertian, gejala, cara pencegahan atau hanya sekedar tahu akan HIV/AIDS, apakah PSK mengetahui manfaat kondom, sikap PSK setuju atau tidak setuju


(37)

terhadap pemakaian kondom, sikap PSK takut, biasa atau tidak takut terhadap HIV/AIDS, strategi apa yang digunakan PSK ketika menawarkan kondom kepada pelanggan, strategi tersebut berasal dari luar lingkungan PSK atau dari dalam lingkungan PSK dan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi posisi tawar PSK, fasilitas yang ada di Warung Bebek dan tanggapan mucikari terhadap pemakaian kondom di Warung Bebek.

3. Penentuan Informan. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pelanggan. Pelanggan dikatakan informan kunci, dikarenakan pelanggan yang memiliki pengaruh besar terhadap PSK. PSK walaupun mengetahui bahaya akan HIV/AIDS, tetapi karena hubungan antara pelanggan dan PSK ibarat hubungan antara penjual dan pembeli. Penjual yang mana tidak akan laris jualannya, apabila tidak ada pembeli. Hubungan yang tercipta tidak akan seimbang apabila hanya satu pihak saja. Informan lain yaitu: PSK dan masyarakat sekitar yang memiliki profesi atau status di Desa Firdaus. Mereka antara lain adalah: kepala desa, germo dan masyarakat sekitar yang mengetahui penelitian ini.

4. Analisa Data. Hasil dari penelitian, data yang diperoleh akan dikaji kembali dari hasil observasi tidak terlibat dan wawancara deep interview. Data yang diperoleh dari penelitian termasuk pengetahuan PSK dan pelanggan mengenai HIV/AIDS dan kondom, faktor-faktor yang mempengaruhi posisi tawar PSK, strategi yang digunakan PSK dalam pemakaian kondom terhadap pelanggan dan hal-hal lain yang akan didapat dari penelitian yang dilakukan. Data kemudian disusun secara sistematis dan diklasifikasikan sesuai tujuan penelitian. Data selanjutnya dianalisis secara kualitatif yang sifatnya deskript


(38)

30 Bab II

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

2.1 Demografi Lokasi Penelitian

Desa Firdaus merupakan desa yang terdapat pada Kecamatan Sei Rampah, kabupaten Serdang Bedagei. Kabupaten Serdang Bedagei merupakan Kabupaten Baru yang mengalami pemekaran dari wilayah Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2004. Letak geografis Kabupaten Serdang Bedagei pada posisi 2˚ 57” Lintang Utara, 3˚ 16” Lintang Selatan, 98˚ 33” Bujur Timur, 99˚ 27” Bujur Barat. Kabupaten Serdang Bedagei memiliki luas wilayah 1.900,22 km. Batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, yakni sebagai berikut:

a. Sebelah utara: berbatasan dengan Selat Malaka

b. Sebelah selatan: berbatasan dengan Kabupaten Selat Malaka c. Sebelah barat: berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang d. Sebelah timur: berbatasan dengan Kabupaten Asahan

Kabupaten Serdang Bedagei terdiri dari 11 kecamatan, diantaranya yaitu Kecamatan Sei Rampah dengan 17 Desa yang ada. Desa Firdaus adalah salah satu desa yang terdapat pada Kecamatan Sei Rampah. Batas wilayah Desa Firdaus sebagai berikut:

a. Sebelah utara: berbatasan dengan Desa Pematang Pelintahan b. Sebelah selatan: berbatasan dengan Desa Firdaus Estate c. Sebelah barat: berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu d. Sebelah timur: berbatasan dengan Tebing Tinggi


(39)

(40)

Awal sejarah Desa Firdaus berasal dari kata pordusta. Pordusta artinya pendusta. Hingga kini disebut Desa Firdaus. Hal ini seperti dituturkan oleh Pak Edi Jon Sinulingga:

”Sekitar tahun 1940-an masyarakat Tapanuli Selatan merantau ke Desa Firdaus. Mereka menemukan tanah dan menetap di Desa Firdaus. Mereka saking sayangnya akan tanahnya, mereka tidak mau ada orang yang menetap ditempat itu. Maka mereka punya cara untuk mengusir para pendatang. Ide mereka yaitu,menipu alias berdusta. Mereka berdusta kepada setiap orang asing yang datang ketempat mereka, mereka akan mengatakan ”untuk apa kemari karena percuma jelas-jelas tanah dan tempat tinggal sudah tidak ada lagi”. Anehnya, setiap orang luar yang datang selau percaya dan termakan kata-kata orang Tapanuli Selatan tersebut. Kata pordusta yang artinya berdusta, lama-kelamaan menjadi kata firdaus. Kata pordusta agak susah diucapkan oleh masyarakat sekitar. Kata pordusta lama kelamaan dan lebih enak oleh masyarakat sekitar disebut dengan kata firdaus. Kata firdaus oleh masyarakat sekitar disebut hingga kini.”

Desa Firdaus memiliki luas tanah 339ha. Luas tanah tersebut terdiri dari tanah kering, tanah rawa, perkebunan rakyat dan tanah perkantoran pemerintah.

Tabel 2.1 Luas Tanah di Desa Firdaus

No Jenis Tanah Luas Persentase

1 Tanah kering 310ha 91,4 % 2 Tanah rawa 2ha 0,6% 3 Perkebunan rakyat 23ha 6,8% 4 Tanah perkantoran

pemerintah

4ha 1,2%

Total 339ha 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Firdaus, 2008

Dari tabel di atas menunjukkan di Desa Firdaus lebih banyak memiliki tanah kering dibandingkan dengan tanah perkantoran.


(41)

2.2 Komposisi Penduduk di Desa Firdaus 2.2.1 Berdasar Jenis Kelamin

Desa Firdaus memiliki jumlah penduduk adalah sebanyak 10224 jiwa atau kepala keluarga di Desa Firdaus adalah 2817 kepala keluarga (KK). Komposisi penduduk desa Firdaus menurut jenis kelamin antara lain:

Tabel 2.2.1 Berdasar Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah 1 Perempuan 5448 orang 2 Laki-laki 4776 orang

Total 10224 orang

Sumber: Kantor Kepala Desa Firdaus, 2008

Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih banyak perempuan di Desa Firdaus daripada laki-laki.

2.2.2 Berdasar Golongan Umur

Masyarakat di desa Firdaus memiliki umur dari 0 sampai umur 60 tahun keatas. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah:

Tabel 2.2.2 Berdasar Golongan Umur

No Golongan Umur Jumlah Persentase 1 0-5 tahun 1021 orang 10 %

2 6-12 tahun 2234 orang 21,9 % 3 13-16 tahun 1850 orang 18,1 % 4 17-59 tahun 4660 orang 45,6 % 5 > 60 tahun 459 orang 4,5 %

Total 10224 orang 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Firdaus, 2008

Tabel di atas menunjukkan bahwa, jumlah penduduk di Desa Firdaus berdasar penggolongan umur yang paling banyak adalah umur 17 sampai 59 tahun.


(42)

2.2.3 Berdasar Mata Pencarian

Masyarakat di Desa Firdaus dengan jumlah penduduk 10224 orang mempunyai mata pencarian yang beraneka ragam, terlihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 2.2.3 Berdasar Mata Pencarian

No Jenis Mata

Pencarian

Jumlah Persentase 1 Petani 4082 orang 43,7 %

2 Pegawai Swasta 2113 orang 22,6 % 3 Wiraswasta 817 orang 30,14 % 4 Pegawai Negeri 49 orang 0,52 % 5 Dan lain-lain 286 orang 3,06 %

Total 9347 orang 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Firdaus, 2008

Tabel di atas menunjukkan, bahwa masyarakat di Desa Firdaus lebih banyak mata pencariannya sebagai petani daripada yang lain.

2.2.4 Berdasar Agama

Masyarakat di Desa Firdaus menganut empat agama yang sebagian besar menganur agam islam, kristen katolik, kristen protestan dan budha. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah:

Tabel 2.2.4 Berdasar Agama

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 8840 orang 86,5 % 2 Kristen Khatolik 188 orang 9,8 % 3 Kristen Protestan 1000 orang 1,84 % 4 Budha 196 orang 1,92 %

Total 10224 orang 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Firdaus, 2008

Tabel di atas menunjukkan, bahwa masyarakat di Desa Firdaus lebih banyak menganut agama islam.


(43)

2.2.5 Berdasar Etnis

Masyarakat Desa Firdaus terdiri dari etnis yang beragam, dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 2.2.5 Berdasar Etnis

No Etnis Jumlah Persentase

1 Melayu 1237 orang 12,1 % 2 Batak 1044 orang 10,2 % 3 Karo 186 orang 1,82 % 4 Mandailing 1403 orang 13,7 % 5 Banten 65 orang 0,63 % 6 Jawa 5416 orang 52,9 % 7 Banjar 307 orang 3,0% 8 Minang 244 orang 2,4% 9 Tionghoa 212 orang 2,1% 10 Arab 19 orang 0,2% 11 Dan lain-lain 91 orang 0,9%

Total 10224 orang 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Firdaus, 2008

Tabel di atas menunjukkan bahwa, etnis mayoritas yang dianut oleh masyarakat di Desa Firdaus adalah etnis jawa.

2.3 Sumber Daya Alam

Desa Firdaus memiliki banyak hasil sumber daya alam, yaitu: 1. Pertanian. Antara lain; rambutan, pepaya, durian,.

2. Perkebunan. Antara lain; kelapa sawit, coklat dan karet.

3. Perikanan. Jenis produksi budidaya ikan laut tambak dengan luas 6ha dan budidaya ikan tawar tambak dengan luas 4ha.


(44)

2.4 Prasarana dan Sarana

Masyarakat Desa Firdaus memiliki prasarana antara lain:

1) Prasarana komunikasi. Terdiri dari: telepon, wartel (warung telepon), warnet (warung internet).

2) Parsarana transportasi. Terdiri dari: jalan desa,, jalan antar desa ke kecamatan dan jembatan desa.

3) Prasarana air bersih. Terdiri dari: sumur gali dan perpipaan.

4) Prasarana pemerintahan. Terdiri dari: kantor BPD dan bangunan dinas.

5) Prasarana kesehatan. Terdiri dari: puskesma, poliklinik atau balai pengobatan, posyandu dan tempat praktek dokter.

6) Prasarana olah raga. Terdiri dari: lapangan sepak bola, lapangan bulu tangkis dan lapangan voli.

7) Prasarana peribadatan. Terdiri dari: mesjid dan gereja.

8) Prasarana pendidikan. Terdiri dari: bangunan TK, SD, SlTP dan SLTA.

2.5 Sejarah Warung Bebek

Desa Firdaus terdiri dari lima belas (15) dusun. Lima belas (15) dusun tersebut salah satunya adalah Warung Bebek, yakni dusun I. Lokasi penelitian berada pada dusun I yaitu, Warung Bebek. Untuk menempuh perjalanan dari Medan ke Warung Bebek, dimulai dari Amplas (Medan). Setelah sampai Amplas, menaiki bus rajawali ataupun dirgantara yang tujuannya ke Sei Rampah ataupun Tebing Tinggi. Perjalanan yang ditempuh antara lain, melewati Tanjung Morawa, Pakam, Perbaungan, Perbaungan, kemudian melewati Desa Pematang Sidoarjo, Pasar Bengkel, Desa Sei Sijnggi, Desa Sei Buluh, Simpang Matapao (Teluk Mengkudu) kemdian menuju Desa


(45)

Firdaus. Jarak tempuh dari Amplas ke Desa Firdaus adalah 33km. Waktu untuk menempuh perjalanan dari Amplas ke Desa Firdaus adalah satu setengah jam.

Awalnya Warung Bebek hanya ada satu dan disebut sebagai warung saja. Warung Bebek sampai sekarang menjadi banyak dan dikarenakan letak Desa Firdaus yang merupakan lintas kota Sumatara Utara. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Yakuf:

”Warung bebek sudah ada sejak tahun 1970-an di Desa Firdaus. Warung bebek waktu itu pertama kalinya cuma ada di perbukitan. Warung itu dulu hanya ada satu. Warung itu cuma menjual makanan dan minuman saja. Karena letak warung itu lintas kota Sumatera Utara, maka pemiliknya mau banyak yang singgah ke warungnya. Ia mencari ide dengan menyediakan satu PSK. Cara pemilik warung itu berhasil. Setelah ada satu PSK itu makin banyak saja orang yang singgah ke warungnya. Mereka yang datang kebanyakan memang para supir truk. Warung itu telah diketahui banyak orang disekitarnya, maka orang yang berada disekitar warung itu juga kepinggin mendirikan warung,. Jadi warung diperbukitan bertambah lama kelamaan keberadannya sampai ke desa firdaus hingga sekarang”.

Masyarakat sekitar di Desa Firdaus, menyebut Desa Firdaus dengan sebutan 75, perdus dan komplek. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Ridwan:

“Kami yang tinggal di Desa Firdaus, memang kalau

ngomong biasanya bilangin desa firdaus itu perdus, komplek dan 75 dan semua orang disekitar kami dan diluar daerah kami sudah tahu sebutan untuk Desa Firdaus“.

Menurut Yakuf, masyarakat menyebut Warung Bebek dikarenakan:

”Alasan pertama, karena diperbukitan itu ada satu PSK. PSK itu saking hebatnya dapat melayani 17 sampai 18 laki-laki dalam satu hari. Mereka yang singgah menyebut perempuan itu seperti bebek. Dibilang bebek karena, perempuan tersebut cuma membersihkan alat kelaminnya alias cuma cebok saja, apabila banyak orang yang akan dilayaniya. Yang kedua, karena salah satu


(46)

pemilik dari warung itu orang cina, waktu itu penyakit gondok. Gondoknya karena ukurannya besar maka orang-orang disekitar mengejek ukuran gondoknya dapat masuk seekor bebek. Terakhir alasannya, dikarenakan orang yang tinggal di sekitar warung bebek pelihara bebek, jadi warung yang ada di Desa Firdaus dikenal orang dengan sebutan Warung Bebek.

Selain Warung Bebek diKecamatan Sei Rampah terdapat empat tempat yang menyerupai Warung Bebek, seperti yang dituturkan oleh Samsidar:

”Warung yang menyerupai Warung bebek antara lain; pertama Warung Bergincu. Warung bergincu adalah warung yang menjual durian tetapi penjualnya adalah perempuan yang memakai gincu. Warung bergincu ada PSKnya. Letak warung bergincu di daerah Asahan. Biasany penjual durian berjualan kalo musim durian saja. Kedua Warung Tubruk. Warung yang terletak di tempat parkir anak sekolah atau tempat ojek. Letak warung tubruk di Simpang Teluk Mengkudu. Warung tubruk juga ada PSK, tetapi PSK di warung tubruk termasuk terselubung. Mereka di warung tubruk terdiri dari dua orang. Biasanya setiap sebulan sekali mereka bergantian. Mereka asalnya dari daerah sekitar. Ketiga Warung Bandrek. Warung bandrek terdapat PSK yang terselubung dan biasanya mereka asalnyal dari daerah sekitar. Terakhir adalah warung yang berada di daerah sekitar Sei Rampah. Warung didaerah ini disebut dengan Cafe Terselubung. PSK di warung ini berasal dari daerah sekitar”.

Dari penuturan Samsidar, diketahui daerah sekitar Serdang Bedagai masih terdapat tempat yang menyerupai Warung Bebek. Kajian penelitian penulis hanyalah berfokus pada Warung Bebek saja.


(47)

Desa Firdaus


(48)

2.5.1 Latar Belakang PSK Warung Bebek

PSK Warung Bebek berjumlah 69 orang. Mereka ada yang belum menikah dan ada yang telah janda Jumlah mereka ynag telah janda adalah 47 orang dan jumlah mereka yang belum menikah adalah 22 orang. Pendidikan mereka dimulai dari SD (Sekolah Dasar) sampai tamatan (Sekolah Menengah Atas) SMA. Latar belakang ataupun alasan mereka memilih profesi PSK antara lain sebagai berikut:

Tabel 2.5.1 Latar Belakang menjadi PSK

No Alasan Jumlah

1 Faktor ekonomi 45 orang 2 Faktor trafficking 3 orang 3 Faktor depresi 11 orang 4 Faktor keinginan sendiri 10 orang

Total 69 orang

Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa faktor ekonomi yang menyebabkan mereka memilih profesi sebagai PSK di Warung Bebek.

Mereka yang memiliki anak biasanya dititipkan pada tetangga sebelah ataupun di beri kepada keluarganya. Mereka yang memiliki anak biasanya menitipkan kepada sanak saudaranya, tetapi ada yang sebagian yang menitipkan pada tetangganya di Warung Bebek. Alasan mereka menitipkan anak pada sanak saudara ataupun tetangga antara lain:

1. Dikarenakan mereka malu menjalani profesinya. 2. Agar si anak tidak mengganggu mereka bekerja. Alasan kedua hal diatas, seperti yang dituturkan oleh Ririn:

“Saya kalo kerja malu sama anak, karena saya ngak mau

anak saya tahu. Saya juga takut anak saya nanti jadi mengganggu kalo saya didatangi sama pelanggan, makanya saya titip anak saya sama tetangga dan selain itu saya maunya anak saya lebih baik dari saya”.


(49)

Dari alasan informan, dapat diketahui informan menyayangi anaknya. Informan menyayangi anaknya dengan menitipkan anaknya ke tetangga apabila ada pelanggan yang datang dan agar tidak mengganggu saat informan bekerja.

2.5.2 Umur PSK

umur PSK Warung Bebek dari delapan belas (18) tahun sampai dengan umur empat puluh (40) tahun. Mereka berasal dari berbagai daerah. Mereka ada yang berasal dari daerah Serdang Bedagai dan di luar Serdang Bedagai. Mereka yang berasal dari luar daerah Serdang Bedagei, seperti: Jawa, Kalimantan dan lain-lain. Tabel 2.5.2 Umur PSK

No Umur Jumlah

1 18 tahun 6 orang

2 19 tahun 5 orang

3 20 tahun 8 orang

4 21 tahun 9 orang

5 22 tahun 6 orang

6 23 tahun 4 orang

7 24 tahun 6 orang

8 25 tahun 2 orang

9 26 tahun 5 orang

10 27 tahun 2 orang

11 28 tahun 2 orang

12 29 tahun 3 orang

13 30 tahun 4 orang

14 32 tahun 2 orang

15 33 tahun 1 orang

16 34 tahun 1 orang

17 35 tahun 1 orang

18 38 tahun 1 orang

19 40 tahun 1 orang

Total 69 orang

Dari tabel di atas dapat diketahui, mereka memiliki umur dari 18 tahun sampai 40 tahun. Umur yang dominan di Warung Bebek adalah umur 21 tahun.


(50)

2.5.3 Barak Warung Bebek

Tempat tinggal para PSK disebut dengan barak. Setiap barak terdiri dari dua atau satu PSK, tetapi ada satu barak yang terdiri empat PSK. Setiap barak di Warung Bebek terdiri dua kamar, yaitu satu kamar untuk mucikari dan satu lagi kamar untuk PSK. Ada pengecualian, apabila mucikari adalah suami istri dan memiliki anak maka kamar lebih dari dua. Satu barak ditempai oleh mucikari, PSK dan kasir. Jumlah barak di Warung Bebek adalah 38 barak. Barak disewa oleh setiap mucikari dengan membayar RP600.000,-/ bulan. Pemilik barak tersebut adalah seorang tuan takur atau pembuka tanah yang berasal dari daerah Firdaus juga. Mereka tinggal bersama-sama dengan warga. Umumnya barak di Warung Bebek memiliki gorden yang dipasang di jendela dengan warna merah jambu ataupun berwarna hijau. Setiap barak diluar pintu ada tulisan dan gambar guiness (minuman yang beralkohol). Terdapat pohon besar diluar barak dan letak warung berada di sebelah barak. Ciri khas barak di Warung Bebek, yang dapat di lihat di bawah ini.


(51)

2.5.4 Pola Penempatan Tanah di Warung Bebek

Di Warung Bebek terdapat empat pola penempatan tanah antara lain: Tabel 2.5.3 Pola Penempatan Tanah

No Pemanfaatan Tanah Jumlah

1 Warung makanan dan minuman (*) 18

2 Warung miras (**) 2

3 Tempat penjualan kondom (***) 1

4 Barak (****) 38

Total 59

Keterangan tabel:

*)merupakan warung yang menjual makanan seperti; sarapan dan makanan umum lainnya, sedangkan minuman terdiri dari; aqua, fanta dan lain-lain. Warung ini juga menjual obat-obatan, seperti; obat sakit kepala (panadal) dan sejenisnya. Warung ini juga menjual jenis rokok seperti; Sampoerna, Gudang garam dan lain-lain. Warung ini pemiliknya adalah warga di Warung Bebek.

**)merupakan warung yang menjual minuman keras, dimulai dari minuman yang memiliki alkohol ringan hingga berat. Seperti; bir putih, bir hitam dan lain sebagainya.

***)merupakan tempat penjualan kondom. Berbagai jenis kondom ada disini dengan dari yang gratis sampai kondom yang harus dibayar.

****)merupakan sebutan tempat tinggal PSK Warung Bebek.

Ada satu keunikan di Warung Bebek, mereka di Warung Bebek tidak memiliki pekerjaan sampingan. Mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya untuk makan, apabila pelanggan belum datang mereka dapat makan di Warung yang ada di Warung Bebek. Mereka dapat membayar nanti apabila datang pelanggan. Hubungan mereka dengan warga sekitar terlihat saling menghargai dan saling toleransi.

2.6 Prosedur Penyewaan Kamar di Warung Bebek

Di Warung Bebek, terdapat tiga fasilitas yaitu: fasilitas penyewaan kamar, karokean (dapat bernyanyi sesuai dengan lagu yang disukai) dan adanya penjualan makanan dan minuman. Fasilitas yang diberikan setiap mucikari merupakan suatu pelayanan dalam mencipatkan hubungan yang baik antara pelanggan dan PSK. Fasilitas ini, umumnya dimiliki setiap barak. Fasilitas yang diberikan juga


(52)

bermanfaat membuang jenuh selama beraktivitas dan melepas lelah saat beban mulai mengganggu dalam kehidupan.

Adapun prosedur penyewaan kamar di setiap barak Warung Bebek, antara lain:

1. Pelanggan yang datang ke barak langsung menjumpai PSK. Apabila PSK tersebut masih melayani pelanggan yang lain, maka dapat menunggu terlebih dahulu. Apabila tidak ada pelanggan yang lain, maka pelanggan tersebut dapat memilih PSK mana yang ia mau. Pelanggan langsung berbicara dengan PSK tersebut tanpa ada campur tangan pihak lain.

2. Apabila pelanggan hanya ingin bertemu dan melepas rindu dengan PSK maka, tidak akan diperdulikan dan tidak diperkenankan masuk ke barak. 3. Pelanggan yang datang tidak perlu membawa identitas diri (seperti; ktp

ataupun yang lainnya) dan tidak perlu membayar uang administrasi.

4. Pelanggan yang datang ke barak harus membeli minuman ataupun makanan apabila tidak ingin berhubungan intim atau hanya ingin bercerita dengan PSK. 5. Kesepakatan ditentukan hanya antara PSK dan Pelanggan saja dalam hal

pembayaran, yang disesuaikan dengan peraturan barak.

6. Pelanggan yang datang biasanya berumur diatas tujuh belas (15) tahun hingga lima puluh (50) tahun keatas.

Mereka memiliki harga untuk pelanggan yang datang, sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh setiap barak yaitu:

1. Pelanggan yang datang apabila ingin menyewa kamar tergantung dari waktu yang disepakati. Apabila waktunya hanya sebentar (tidak lebih dari satu jam), maka pelanggan membayar RP 75.000,- sampai dengan RP 150.000,- .


(53)

2. Tetapi bila pelanggan yang datang menyewa kamar menghabiskan waktu yang lama (lebih dari satu jam) maka, pelanggan membayar RP 200.000,- sampai dengan RP 400.000,- .

3. Ada pengecualian yakni, apabila pelanggan yang datang ingin bernyanyi atau karokean tidak membayar, tetapi pelanggan tersebut harus membeli minuman atau makanan.

PSK Warung Bebek membayar sewa kamar, apabila pelanggan datang dengan ketentuan antara lain yaitu:

1. Mereka membayar sewa kamar Rp 20.000,- tetapi ada juga yang membayar RP 10.000,-. Harga ditetapkan oleh peraturan di setiap barak. Peraturan dibuat oleh mucikari.

2. Apabila pelanggan datang pada pukul 18.00 wib sampai 22.00 wib PSK membayar RP 10.000,-.

3. Sementara apabila pelanggan datang dari pukul 22.00 wib sampai 00.00 wib, maka PSK membayar RP 50.000,-.

4. Apabila pelanggan datang dari pukul 00.00 wib sampai pagi wib maka PSK membayar RP 30.000,-.

5. Apabila pelanggan yang datang hanya ingin bernyanyi atau karoekean maka, pelanggan harus membeli makanan atau minuman di setiap barak Warung Bebek.

6. Mereka bukan membayar langsung kepada mucikari, tetapi membayarnya melalui kasir. Kasir di Warung Bebek adalah seorang waria atau banci.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Kasminah:

“Kami disini setahu saya, biasanya setiap barak membayar Rp 20.000,-. Tetapi ada juga peraturan di barak lain bayar RP 10.000,-. Itupun harga berbeda kalo, pelanggan datang jam enam sore sampai jam sepuluh


(54)

malam saya membayar RP 10.000,- sedangkan kalo pelanggan datang dari jam sepuluh malam sampai jam dua belas malam, maka saya bayar Rp 50.000,-. Tetapi kalo pelanggan datang jam duabelas malam hingga pagi, maka saya membayar RP 30.000,- dan kadang kalo ada pelanggan yang baik mereka mau memberi uang tips. Saya bayar sama kasir bukanlah sama mucikarinya. Penyewaan kamar termasuk salah satu fasilitas di Warung Bebek”

Disetiap barak memiliki fasilitas, agar pelanggan yang datang senang dan

ingin berkunjung ke Warung Bebek. Fasilitas tersebut selain ada penyewaan kamar juga ada, karaoke lagu. Maksudnya, apabila pelanggan yang datang dapat berkaroke dengan PSK untuk menghilangkan kejenuhan sejenak. Lagu-lagu yang ada dimulai dari lagu dangdut (seperti; lagu kucing garong dan sejenisnya), lagu daerah (seperti; lagu daerah batak, jawa dan lain-lain), lagu house music (lagu disko, seperti; lagu vengaboys), dan lagu dari dalam dan luar negri. Biasanya pelanggan yang datang adalah anak muda, mereka menyukai lagu house music, mereka yang datang apabila telah berumur menyukai lagu lama versi indonesia ataupun luar negri dan lagu daerah. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Dwi:

“Fasilitas kita disini selain penyewaan kamar, adalah

karokean. Karoekean adalah pelanggan yang datang dapat nyanyi sama kita biar hilang jenuh setelah beraktivitas. Lagu yang ada banyak, dari mulai lagu dangdut, daerah maupun lagu luarnegri. Biasanya kalo pelanggan yang datang anak muda (onces atau brownies) suka lagu yang keras-keras seperti; lagu house music dan lagu barat, tapi kalo pelanggan yang datang sudah berumur sukanya lagu daerah ataupun lagu lama barat atau indonesia”.

Karena letak Warung bebek merupakan jalur lintas kota Sumatera Utara,

maka pada umumnya pelanggan berasal di sekitar Sumatera Utara dan daerah lainnya. Seperti dari Aceh, Medan, Jakarta dan lain-lain. Mayoritas pelanggan berasal dari daerah Serdang Bedagei. Mayoritas pelanggan umumnya memiliki pekerjaan sebagai supir. Pelanggan lain yaitu, orang yang berladang atau memiliki kebun dan ada juga


(1)

Umur PSK Warung

Bebek

Barak PSK Warung

Bebek

Pola Penempatan Tanah

di Warung Bebek

Prosedur Penyewaan

Kamar di Warung Bebek

Identifikasi, umur yang dimiliki PSK

Warung Bebek, asal daerah PSK

Warung Bebek

Identifikasi: sebutan tempat tinggal

PSK Warung Bebek, harga

penyewaan kamar di Warung Bebek,

ciri-ciri umum Barak di Warung

Bebek.

Identifikasi: jumlah pemakaian tanah,

fungsi tanah tersebut di Warung

Bebek.

Identifikasi: fasilitas barak di Warung

Bebek, tata cara penyewaan kamar di

Warung Bebek, ketentuan harga yang

Wawancara

mendalam atau deep

interview dan

pengamatan tidak

terlibat

Wawancara

mendalam atau deep

interview dan

pengamatan tidak

terlibat

Wawancara

mendalam atau deep

interview dan

pengamatan tidak

terlibat

Wawancara

mendalam atau deep

interview dan

pengamatan tidak

Informan

termasuk PSK

Informan

termasuk PSK

Informan

termasuk Kepala

Desa, Data

Statistik Desa

Firdaus

Informan

termasuk PSK


(2)

lxxx

Tempat Penjualan

Kondom di Warung

Bebek

Pihak yang Peduli

terhadap Warung Bebek

dibayar pelanggan apabila ke barak,

tipe pelanggan, cara PSK Warung

Bebek memanggil pelanggan, status

mucikari, peran mucikari.

Identifikasi: jenis kondom, asal

kondom, harga kondom, siapa yang

membagi, siapa yang memonitoring,

cara memonitoring kondom.

I

Identifikasi: pihak yang berasaldari

pemerintah dan non pemerintah, jenis

kegiatan yang dilakukan.

terlibat

Wawancara

mendalam atau deep

interview dan

pengamatan tidak

terlibat

Wawancara

mendalam atau deep

interview dan

pengamatan tidak

terlibat

Informan,

termasuk PSK

Informan

termasuk PSK,

SP2S, YPA,

KPA, Dinas

Sosial


(3)

Pengetahuan PSK

mengenai HIV/AIDS dan

Manfaat Kondom

Pengetahuan PSK

mengenai HIV/AIDS

a

Pengetahuan yang dimiliki

PSK tentang HIV/AIDS.

Identifikasi, pengetahuan

mengenai, tanda-tanda, penularan

dan hal lainnya mengenai

HIV/AIDS.

b

Sikap PSK terhadap

HIV/AIDS. Identifikasi, sikap

setuju, sikap peduli, sikap takut,

sikap biasa saja dan tidak takut

terhadap HIV/AIDS.

c

Pengetahuan PSK terhadap

kondom. Identifikasi, pengetahuan

mengenai manfaat kondom yang

diketahui PSK.

d

Sikap PSK terhadap

pemakaian kondom. Identifikasi,

sikap setuju atau sikap tidak setuju

memakai kondom.

Wawancara

mendalam atau deep

interview

Informan yaitu

PSK

Factor-faktor

yang

mempengaruhi posisi

Factor apa saja yang

mempengaruhi. Mengapa factor

Wawancara

mendalam atau deep

Informan yaitu

PSK


(4)

lxxxii

tawar

tersebut bisa ada. Siapa saja yang

mempengaruhi factor tersebut.

interview

Posisi Tawar PSK

Warung Bebek

Strategi yang digunakan

PSK dalam

tawar-menawar

Proses tawar-menawar

PSK dalam penggunaan

kondom kepada

pelanggan

Faktor yang

mempengaruhi posisi

tawar

Strategi yang digunakan

PSK untuk meningkatkan

posisi tawar

Strategi yang digunakan PSK.

Identifikasi, ada berapa strategi,

strategi apa yang dominan

berhasil dilakukan

Identifikasi: cara PSK

menawarkan kondom kepada

pelanggan

Identifikasi: faktor yang berasal

dari dalam ataupun luar PSK yang

mempengaruhi posisi tawar

Identifikasi: strategi apa yang

dilakukan dan strategi mana yang

lebih berhasil dengan alasannya.

Wawancara

mendalam atau deep

interview

Wawancara

mendalam atau deep

interview

Wawancara

mendalam atau deep

interview

Wawancara

mendalam atau deep

interview

Informan yaitu

PSK

Informan yaitu

PSK

Informan yaitu

PSK

Informan yaitu

PSK


(5)

DAFTAR INFORMAN

A. Perempuan Seks Komersial (PSK) Warung Bebek

1.

Nama

: Rosida

Umur

: 30 Tahun

Alasan menjadi PSK: Dikarenakan kebutuhan ekonomi dalam keluarga.

Lama menjadi PSK: 4 (empat) tahun

2.

Nama

: Dwi

Umur

: 24 Tahun

Alasan menjadi PSK: Dikarenakan kebutuhan ekonomi dalam keluarga

Lama menjadi PSKL: 3 Tahun

3.

Nama

: Kasminah

Umur

: 27 Tahun

Alasan menjadi PSK: Dikarenakan kebutuhan ekonomi dalam keluarga

Lama menjadi PSK: 3 tahun

B. Mucikari Warung Bebek

1. Nama

: Bunda

Umur

: 32 Tahun

Profesi

: Mucikari

C. Pelanggan Warung Bebek

1

Nama

: Pak Keling

Umur

: 40 Tahun

Pekerjaan

: Pegawai

2

Nama

: Adi


(6)

lxxxiv

Pekerjaan

: Kuli Bangunan

D. Informan Yang Mendukung Data Skripsi

1

Nama

: Edi Jon Sinulingga

Umur

: 44 Tahun

Profesi

: Kepala Desa Firdaus

2

Nama

: Ridwan Lubis

Umur

: 27 Tahun

Profesi

: Anak Kepala Desa

E. Pihak Yang Peduli PSK Warung Bebek

1

Nama

: Dedi

Umur

: 28 Tahun

Profesi

: Maneger Kasus YPA Serdang Bedagai

2

Nama

: Rizal

Umur

: 26 Tahun

Profesi

: KPA Serdang Bedagai

3

Nama

: Samsidar

Umur

: 33 Tahun

Profesi

: Direktur/Program Manager SP2S

4

Nama

: Yakuf Khan

Umur

: 30 Tahun

Profesi

: Manager Kasus SP2S

5

Nama

: Nurhayati

Umur

: 30 Tahun

Profesi

: Staff Lapangan SP2S

6

Nama

: Yance Sianturi Spd

Umur

: 50 Tahun

Profesi

: Kasi Resos Dina Sosial Serdang Bedagai