1
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
PSK Pekerja Seks Komersial adalah salah satu bagian dari dunia pelacuran yang didalamnya termasuk gigolo, waria, mucikari. Fenomena PSK sangat menarik
untuk dikaji, dikarenakan fenomena ini dari dulu hingga sekarang tetap berlansung. Fenomena PSK yang bertentangan dengan nilai, hukum, agama tidak terlepas dari
latar belakang sulitnya mencari pekerjaan dengan pendidikan yang rendah, ketrampilan yang tidak memadai dari seseorang, adalah beberapa factor terjadinya
fenomena pelacuran dewasa ini. Seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai PSK, apabila berhubungan seksual tidaklah dengan orang pelanggan yang sama. Akibat
dari pelanggan yang dilayani berganti-ganti orangnya, menyebabkan PSK dapat terkena virus HIV. Virus HIV dapat menyebabkan seseorang terkena AIDS dan IMS
Infeksi Menular Seksual. PSK merupakan kelompok resiko tinggi yang dapat tertular HIVAIDS dan IMS.
Istilah pelacur berasal dari kata lacur. Kata lacur memiliki arti: malang, celaka, gagal, sial atau tidak jadi. Melacur berarti hubungan badan yang terjadi di luar
norma resmi dari agama dan Negara Koentjoro,2004:26. Pelayan seks dalam kerangka budaya menyebabkan perempuan pelakunya memperoleh kehormatan
luhur, seperti gadis-gadis temple maidens yang mempersembahkan keperawanannya dalam upacara agama pada masyarakat purba Truong,1992:170. Pelacuran
merupakan sejenis praktik perbudakan perempuan yang memanfaatkan seks sebagai alat utamanya. Pelacuran dikarenakan masih dianggap masyarakat sebagai prilaku
manusia yang berada di luar norma, maka persoalan pelacuran berhubungan dengan
moralitas. Seperti, perlakuan orang tua yang memiliki rasa kebanggaan PSK yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi dalam keluarga dan pengaruh lingkungannnya.
Seseorang yang mejadi PSK dapat meningkatkan status sosial dan kebanggan baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Seseorang yang
berprofesi sebagai PSK dapat meningkatkan status sosial dan kebanggaan, maka menimbulkan kesulitan bagi anak perempuan untuk membedakan mana hal yang
dianggap baik dan buruk menurut norma sosial dan agama. Melihat perkembangan istilah-istilah tersebut, semakin bisa dipahami bahwa
bahasa milik masyarakat. Perluasan dan penyempitan pemahaman sebuah bahasa selalu berkembang seiring perkembangan masyarakat. Seperti akhir-akhir ini, istilah
pelacur menemukan istilah barunya, yakni pekerja seks komersial PSK sebagaimana kerap dipakai oleh para pakar, praktisi, dan pejabat dari contoh di atas.
Selain istilah PSK, di Indonesia juga berkembang istilah Wanita Tuna Susila WTS. Istilah WTS lebih dikenal daripada istilah perempuan pelacur, itu terjadi
mungkin untuk membedakan dengan laki-laki pelacur yang disebut gigolo. Secara legal, pemerintah Indonesia mengeluarkan surat Keputusan Mentri Sosial
No.23HUK96 yang menyebut kata pelacur dengan istilah PSK Koentjoro, 2004:27
Definisi lain menempatkan pelacuran di bawah kebudayaan patriarki. Kebudayaan patriarki dikarenakan mendefinisikan seksualitas perempuan didalam
wilayah dominasi pria, yakni untuk melayani kebutuhan pria, tak ada PSK dan perempuan lain. Hubungan antar jenis kelamin dikonseptualisasikan sebagai
hubungan dominasi. Hubungan ini disebut “patriarki” dan beroperasi dengan mengikuti dua rangkaian prinsip: bahwa pria harus mendominasi perempuan, dan pria
lebih tua harus mendominasi pria lebih muda. Millet dalam Truong, 1992:20.
Satu definisi menempatkan pelacur dibawah isu pekerjaan, kelangkaan akan pelayanan dan ketrampilan seksual, serta hasrat promiskuitas. Definsi lain
menempatkan pelacuran dibawah kebudayaan patriarki. Kebudayan patriarki ialah, seksualitas perempuan di dalam wilalyah dominasi pria, yakni untuk melayani
kebutuhan pria Truong,1992:19. Hubungangan patriarki adalah cenderung lelaki yang memegang kendali atau kekuasaan dalam segala hal. Seperti dalam suatu
keluarga, lelaki yang diutamakan dalam memberi pendapat, lelaki yang muda harus menghargai lelaki yang tua. Situasi budaya yang mengutamakan laki-laki atau dikenal
budaya patriarki menjadi suatu pisau analisis di dalam melihat peran laki-laki dan perempuan. Peran tradisional dulu menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah
sector public dan perempuan melakukan aktivitas rumah tangga sector domestic. Dalam perkembangannya, masyarakat tidak bisa menghindari telah terjadinya
pergeseran peran di mana sebagian perempuan juga aktif di aktivitas kerja public ataupun aktivitas social lainnya. Contoh kebudayaan patriarki yaitu, perginya seorang
laki-laki ke tempat pelacuran bukan untuk membeli seks, tetapi ingin menunjukkan kekuasaan kepada mereka Heberlt dan Millet dalam Koentjoro,2004:39-40.
Bentuk pelacuran tertua ditemukan di negara-negara kuno seperti: India dan Babilonia Kuno. Menurut Lerner dalam Truong 1992:20 di Babilonia Kuno,
seksualitas dikaitkan dengan kesucian fertilitas dan mistisme tentang kelahiran dan kehidupan manusia, praktek-praktek pelacuran berkaitan erat dengan ritus
keagamaan. Pelacuran sudah terjadi di Indonesia sejak kerajaan Majapahit, diketahui dari
penuturan kisah-kisah perselingkuhan dalam kitab Mahabrata dan pada zaman Mataram semakin meningkat. Meningkatnya permintaan akan pelayanan seks, yaitu
PSK pada abad ke-19 menurut Ingleson dalam Koentjoro 2002:61-62. Banyak
remaja ditipu dan dipaksa menjadi PSK untuk melayani tentara Jepang pada tahun 1941-1945. Menurut Ingleson dan Jones dkk, pelacuran di Indonesia telah ada sejak
tahun 1870-an dan berkembang pesat tahun 1880-an ketika banyak didirikan industri gula, jalan dan rel kereta api disepanjang Pulau Jawa. Pelacuran telah ada jauh
sebelum ada pancasila digunakan sumber utama hukum di Indonesia. Ini berarti bahwa jauh sebelum Indonesia merdekapun pelacuran telah merebak luas.
Tetapi anehnya, setelah Indonesia merdeka dan pancasila serta Keputusan Menteri Sosial RI diberlakukan, pelacuran justru malah terus berlangsung dan bahkan
setiap tahun populasinya cenderung meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pelacur yang terdaftar pada tahun 19891990 sebanyak 64.445 orang dan meningkat
menjadi 71.281 ditahun 19941995. Dengan demikian, pelacuran di Indonesia paling tidak sudah berusia satu abad atau empat generasi. Perjalanan waktu yang cukup
panjang ini memungkinkan terjadinya perubahan psikobudaya masyarakat sehingga memungkinkan sebuah daerah berkembang menjadi pusat penghasil pelacur. Ini
berarti pelacuran telah merasuk komunitas tersebut dan terus diwariskan dari pelacur sebelumnya ke pelacur penerusnya. Jones dalam Koentjoro, 2002:237-238
Menurut Koentjoro 2004:134-136, faktor yang menyebabkan pelacuran termasuk didalamnya menjadi meningkat antara lain:
1. Materialisme. Materialisme adalah seseorang yang memiliki tolak ukur
keberhasilan diperoleh dari materi. Maka, karena tolak ukurnya itu, ia mau bekerja sebagai PSK. Ia bekerja sebagai PSK agar dapat menjadi kaya dalam
hal memenuhi kebutuhan hidup. Adanya rasa kebanggan yang ditunjukkan pada orang lain, bekerja sebagai PSK. Bekerja sebagai PSK dapat memenuhi
kebutuhan hidup dan berhasil dalam mencukupi kebutuhan hidup.
2. Orang setempat yang menjadi ‘model’ pelacur yang sukses. Seseorang yang
memiliki aspirasi yang tinggi terhadap materi. Ia akan mewujudkan aspirasinya demi materi yang didapatnya. Salah satunya yakni bekerja.
Pekerjaan yang paling mudah, yaitu sebagai model. Seorang PSK, ia akan memenuhi materi dengan menjadi model. Salah satu pekerjaan menjadi model
dilakukan karena, adanya perasaan bangga yang dapat ditunjukkan pada orang lain. Menjadi model selain wajah yang cantik dan tubuh yang tinggi, akan
membuat orang lain tertarik, sehingga banyak yang menginginkan dia untuk dikontrak jadi model. Pekerjaan menjadi model dapat menjadi kaya dan
terpenuhi kebutuhan hidup. 3.
Sikap permisif dari lingkungan. Lingkungan sekitar yang terdapat banyak PSK, menyebabkan seseorang mengikuti cara bekerja dengan menjadi PSK.
PSK yang tinggalnya bersama dengan warga, maka warga secara tidak langsung mengizinkan pekerjaan PSK dan PSK dapat bersosialisasi dengan
warga sekitar. 4.
Dukungan orang tua. Setiap orang tua yang memiliki anak, mereka pasti menginkan anaknya berhasil. Anak mereka berhasil agar, dapat
mengumpulkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat orang tua yang memiliki ekonomi yang rendah
dalam keluarga. Satu sisi orang tua mempunyai aspirasi untuk mengumpulkan materi yang banyak, namun sisi lain orang tua tidak
mempunyai kemampuan untuk mewujudkan. Inspirasi dari orang tua tersebut agar dapat terwujud, maka terpaksa anak mereka di beri izin untuk bekerja.
Salah satu alternatif untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga yakni, menjadi PSK.
5. Faktor ekonomi. Seseorang bekerja seperti menjadi PSK adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Seseorang yang memiliki ekonomi yang rendah, sementara biaya kebutuhan banyak dan tuntutan kebutuhan hidup semakin
meningkat. Untuk mengantisipasi factor ekonomi yang rendah dan untuk meningkatkan ekonomi yang tinggi, sehingga kebutuhan dapat terpenuhi
maka alternatifnya bekerja. Kebanyakan seseorang bekerja sebagai PSK dikarenakan factor ekonomi, agar dapat bertahan hidup.
HIV ialah Human Immuno Deficiency Virus. HIV merupakan sejenis parasit obligat yang dapat hidup didalam cairan media hidup. HIV hidup dan berkembang
dalam sel darah putih manusia, dimana terdapat dalam cairan yang mengandung sel darah putih, seperti: darah, cairan sperma cairan vagina, sum-sum tulang belakang
dan lain-lain. Penularan HIV dapat terjadi bila:
1. Hubungan sex yang berganti-ganti pasangan. Hubungan sex yang dilakukan
dengan orang yang berbeda. Setiap orang yang berbeda saat melakukan hubungan sex belum tentu diketahui apakah ia sehat jasmani, melainkan bisa
saja ia punya penyakit. Apabila berhubungan intim dengan orang yang berbeda dan terkena virus HIV, maka dapat tertular virus tersebut.
2. Jarum suntik. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril dapat meyebabkan
seseorang tertular HIV. Termasuk dalam transfusi darah, apabila seseorang memiliki darah yang tertular HIV, maka orang yang mendapat transfusi darah
tersebut dapat terkena HIV juga. 3.
Ibu hamil yang terkena AIDS pada bayinya. Ibu hamil yang sudah terkena HIV, maka anak yang dikandungnya juga akan terkena AIDS.
Tertular HIV dimulai dengan masa jendela. Masa jendela yakni, dilakukannya tes darah dan didalam darah terdapat positif HIV. Masa Jendela
kemudian berlanjut ke masa tanpa gejala yang tampak. Masa tanpa gejala, orang terdapat positif HIV tidak memiliki tanda-tanda sakit, malahan orang tersebut terlihat
sehat. Masa tanpa gejala yang tampak kemudian berlanjut ke AIDS. Penderita mulai tampak gejala AIDS dan penderita bertahan 6 bulan sampai 2 tahun, lalu akan
meninggal. AIDS memiliki kepanjangan Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS
adalah sindroma atau kumpulan gejala menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Secara umum, tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah
sampai pada tahapan AIDS adalah:
Berat badan menurun lebih dari 10 dalam waktu singkat.
Demam tinggi berkepanjangan lebih dari 1 bulan
Diare berkepanjangan lebih dari satu bulan Sedangkan gejala tambahan antara lain:
Batuk berkepanjangan lebih dari satu bulan
Kelainan kulit dan iritasi gatal
Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan
Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh, seperti dibawah
telinga, leher, ketiak dan lipatan paha. Perbedaan antara penderita HIV positif dengan penderita AIDS adalah:
Penderita HIV positif adalah seseorang telah terinfeksi virus HIV, dapat
menularkan penyakitnya walaupun nampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun
Penderita AIDS adalah seseorang yang menunjukkan tanda-tanda dari
sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan, setelah sekian waktu terinfeksi
Perjalanan waktu sejak seorang penderita tertular HIV hingga menderita
AIDS dapat berlangsung lama antara 5 sampai 10 tahun. Untuk saat ini ditemukan ARV yaitu Anti Retrovirus. ARV merupakan obat
untuk menurunkan kadar virus HIV dalam tubuh seseorang. Penderita yang mengonsumsi obat ini, kadar virus HIV dalam darahnya menurun, namun darahnya
tetap mengandung HIV. Selain harganya mahal, tidak semua orang dapat diberi obat ARV. Obat ARV diberikan apabila memenuhi kriteria tertentu. Setelah dites kadar
daya tahan tubuhnya, kalau muncul gejala ke AIDS, akan diberikan. Obat ini harus diminum seumur hidup tidak boleh berhenti. Obat ini apabila berhenti
mengonsumsinya, virusnya akan lebih ganas dan makin banyak. HIVAIDS pertama sekali ditemukan oleh ahli kesehatan di Los Angeles,
Amerika Serikat pada tahun 1981. Ia melakukan penelitian terhadap empat mahasiswa, pada tubuh mereka ditemukan penyakit Peneumonia atau yang disebut
dengan Pneumoic Carini, yang disertai dengan penurunan kekebalan tubuh atau imunitas. Hasil penelitian para ahli kesehatan menemukan jalan untuk penemuan
penyakit AIDS. HIV diketahui virusnya pada tahun 1983, oleh Lug-Montaigneur seorang ahli mikrobiologi Perancis. Setahun setelah penelitian Lug, seorang ahli
mikrobiologi asal Amerika Serikat yaitu Robert Gallo menemukan HIV. Pada tahun 1962, beberapa ilmuwan mengangap HIV menyebar dari monyet ke manusia dalam
kurun waktu tahun 1962-1946. Pada tahun 1982, para ilmuwan menemukan sindrom yang dikenal sebagai
GRID Gay Related Immune Deficiency. GRID yakni penurunan kekebalan tubuh
yang dihubungkan dengan kaum gay menyukai sesama jenis lelaki. Ada 2 tipe HIV yaitu, HIV-1 dan HIV-2. Kekebalan tubuh menjadi hilang menyebabkan, penderita
mudah terkena berbagai penyakit mematikan dan tidak lazim yang akhirnya. Tahun 1983, Dokter di Institut Pasteur Perancis, memisahkan virus baru penyebab AIDS.
Virus itu terkait dengan Limfadenopati Lymphadenopathy-Associated Virus-LAV. Pada tahun 1984, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan Dr.Robert Gallo dari
NCI National Cancer Institute memisahkan retrovirus penyebab AIDS dan diberi nama LAV dan HTLV III. Nama LAV dan HTLV III adalah sama, sehingga nama
virus itu diganti menjadi HIV. Epidemi HIVAIDS di dunia melewati 3 tahapan yaitu:
a. Silent Epidemic. Epidemi HIV sebenarnya sudah ada di masyarakat secara diam- diam tanpa disadari dan tanpa diketahui.
b. Kasus HIV baru muncul beberapa tahun kemudian dan teridentifikasi pertama kalinya pada tahun 1981 di Amerika Serikat. Setelah itu kasus HIV merangkak cepat
dan menyebar ke seluruh dunia. c. Epidemi reaksi merupakan reaksi dan respon masyarakat terhadap masalah
HIVAIDS sebagai akibat dari dua epidemi sebelumnya. Reaksi ini mulai Nampak pada pertengahan 1980-an dan menimbulkan dampak di bidang sosial, ekonomi,
psikologi dan juga politik. Dampak yang timbul di masyarakat akibat epidemi AIDS adalah :
a. Menurunnya kualitas dan produktivitas SDM mengingat jumlah terbesar yang terinfeksi justru berada pada usia produktif 84.
b. Meningkatnya kasus penularan pada bayi, anak dan orang tua yang mengakibatkan angka kematian yang tinggi.
c. Masih kuatnya stigma buruk bagi penderita AIDS, keluarganya dan orang-orang yang berisiko tinggi tertular HIV sehingga mengakibatkan ketimpangan dalam
kehidupan sosial. Sifilis dan HIVAIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
organisme. Hal ini dalam penyebarannya, sangat dipengaruhi oleh pola perilaku dan gaya hidup seseorang. Secara tidak langsung sifilis dan HIVAIDS juga merupakan
penyakit perilaku. IMS ialah Infeksi Menular dan sering juga disebut penyakit kelamin. IMS adalah infeksi menular seksual infeksi yang ditularkan terutama
melalui hubungan seks. Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual IMS antara lain, yaitu:
1. Sifilis. Sifilis disebut dengan raja singa. Sifilis memiliki gejala apabila
muncul luka yang tidak terasa sakit. 2.
Kutu bayur. Kutu bayur, memiliki gejala rasa gatal di bulu kemaluan, bisa menyerang bulu dada, ketiak, bulu mata dan alis.
3. Herpes. Herpes, memiliki gejala muncul bintik berisi cairan terasa panas dan
sakit dan bersifat kambuhan. 4.
Jengger ayam. Jengger ayam atau kutil kelamin, memiliki gejala muncul kutil daging.
5. Klamida. Klamida, memiliki gejala keluar cairan bening dan bau.
6. Kencing nanah GonoreGO. Kencing nanah GonoreGO, memiliki gejala
sakit saat kencing dan keluar nanah dari alat kelamin. 7.
dan lain-lain. Orang yang mengidap IMS memiliki resiko lebih besar untuk terinfeksi HIV,
karena luka yang terbuka memberi jalan masuk bagi HIV.
Konon kondom sudah ada dalam jaman Mesir kuno. Sebenarnya kondom yang kita kenal sekarang dikembangkan oleh dokter kerajaan Inggris, The Earl of
Condom, atas perintah Raja Charles II, sebagai upaya perlindungan raja dari penularan sifilis. Pertama kali, dikembangkan dari usus halus domba yang dilumuri
dengan cairan pelicin. Temuan kondom Raja Charles II disambut meriah dan juga bikin heboh. Mulailah timbul isu kontroversial yang dikaitkan dengan moralitas.
Debat kondom dan moral sudah dimulai sejak kondom tersebut ditemukan. Semakin populer penggunaan kondom saat ini, maka timbul kecemasan peningkatan perilaku
seks sebelum menikah, peningkatan kunjungan ke penjaja seks, dan kondom dapat dianggap meruntuhkan nilai-nilai keagungan perkawinan.
Sejak awal abad 19, kondom sudah dibuat dengan bahan karet alam, kuat dan elstis. Sehingga kondom dapat dipakai ulang oleh kaum lelaki setelah dicuci, pakai
ulang sampai kondomnya bocor atau rusak sehingga tak dapat dipakai lagi. Pada awal perkambangan kondom, memang manfaat perlindungannya terhadap kehamilan dan
infeksi masih rendah, karena cara pakai ulang tersebut, sehingga higienis juga tidak terjaga. Sekitar tahun 1930 an, kondom dibuat dari bahan lateks, terciptalah kondom
yang lebih tipis, kuat dan lebih murah dan sekali pakai. Persis seperti kondom yang kita kenal sekarang. Peningkatan penggunaan kondom melonjak pada jaman perang
dunia ke dua, permintaan konsumen terhadap kondom yang bermutu, semakin tipis, mudah dipakai dan harga terjangkau. Pada tahun 1950-an, kondom yang tipis dan
sesuai dipakai serta ada tonjolan kantung diujungnya, bertambah populer sebagai alat untuk mencegah ejakulasi dini. Ketika ancaman perluasan penularan HIV - virus
penyebab AIDS-mendorong kondom sebagai salah satu alat pecegahan yang utama, tidak mencegah kehamilan yang tidak diinginkan tetapi juga punya kemampuan
penangkal terkena HIV.
Berdasarkan fenomena gunung es 1 satu orang HIV positif sebenarnya mewakili 100 orang HIV positif yang belum terdeteksi tes darah HIV di masyarakat.
Kenyataan ini membuktikan bahwa kasus HIVAIDS, sebenarnya sudah mulai meluas ke masyarakat umum. Infeksi HIV memang terus merangkak naik, namun
cara penyebarannya masih menunjukkan pola yang tetap. Hal ini dapat terbukti dari riset Departemen Kesehatan RI pada tahun 2001 yang memperlihatkan bahwa
perilaku seksual tetap menduduki peringkat teratas dalam penularan HIVAIDS 61,7, disusul dengan Intra Drug User IDU 20,3, homoseksual-biseksual
15,7, perinatal 1,6, transfusi darah 0,5 dan hemofili 0,2. www.health.Irc.or.id.
Kasus AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia di Bali pada tanggal 15 April 1987, yakni seorang turis asal Belanda Edward Hop, 44 tahun. Ia meninggal
di Rumah Sakit Sanglah, Bali. 31 April 2007. Dua tahun kemudian tercatat 13 orang positif terinfeksi HIV dan dari tahun ke tahun, jumlah ini terus mengalami
peningkatan Jumlah kasus AIDS di Indonesia adalah 8988 orang. Penderita HIV+
sebanyak 5640 orang. Kasus AIDS terdapat di 32 Provinsi, dengan kasus tertinggi dimulai dari DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Bali,
Sumatera Utara, Jawa Tengah, Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan. Penderita yang meninggal akibat AIDS adalah sebanyak 1.994 orang.
Di Sumatera Utara, data yang diperoleh sejak tahun 1994-2007 January lebih banyak warga negara Indonesia, dibandingkan dengan warga negara Indonesia asing.
WNI Warga Negara Indonesia yang mengidap HIV adalah 445 orang. AIDS diderita oleh 330 orang. Jumlah keseluruhannya yaitu 775 orang. WNA Warga
Negara Asing yang mengidap HIV adalah 25 orang, yang mengidap AIDS adalah 1
orang, dan jumlah keseluruhannya yaitu 26 orang. Jumlah keseluruhan yang mengidap AIDS pada WNA dan WNI adalah 331 orang. Akibat dari AIDS terdapat
80 orang meninggal. Kasus dimulai dari kota Medan yang berjumlah 226 orang, Pematang Siantar
berjumlah 14 orang, Tanjung Balai 1 orang, Tebing Tinggi 6 orang, Sibolga 1 orang, Deli Serdang 20 orang, Langkat 4 orang, Karo 5 orang, Simalungun 9 orang, Asahan
5 orang, Labuhan Batu 7 orang, Tapanuli Utara 4 orang, Tapanuli Tengah 1 orang, Tapanuli Selatan 3 orang, dan Samosir 1 orang. Jumlah keseluruhan di Sumatera
Utara ialah 331 orang yang terkena HIVAIDS. Sementara April 2007, penderita HIV+ sebanyak 531 orang. Sebanyak 377
orang berjenis kelamin laki-laki dan 135 orang berjenis kelamin perempuan dan 19 orang yang tidak diketahui. Penderita AIDS sebanyak 56 orang berjenis kelamin
perempuan, sebanyak 307 orang berjenis kelamin laki-laki dan yang tidak diketahui ada 5 orang. Jumlah penderita AIDS sebanyak 368 orang. Jumlah keseluruhan
penderita HIV+ dan AIDS adalah sebanyak 899 orang. Berdasarkan kasus di atas, masih terdapat masyarakat Indonesia yang tidak
mau menggunakan kondom saat berhubungan intim. Oleh karena PSK memiliki resiko tinggi terhadap bahaya HIVAIDS dan IMS lainnya, mereka harus memiliki
kesadaran untuk menghindari penyakit ini. Seharusnya PSK berusaha dan selalu menawarkan kondom kepada setiap pelanggan yang datang. Walaupun
kenyataannya, pelanggan yang memegang peranan ataupun kunci dalam proses tawar-menawar kondom. Pelanggan dikarenakan, memiliki uang dan pelanggan
merupakan pembeli. Maka, pelanggan adalah raja dan pelanggan yang berhak menentukan apakah memakai kondom atau tidak dalam berhubungan intim.
Pelanggan juga bebas memilih PSK mana yang disukainya. Apabila, PSK mengetahui
bahaya HIVAIDS dan memiliki kesadaran untuk mencegahnya, akan tetapi hukum pasar berlaku antara pelanggan dan PSK. Hukum pasar, dimana permintaan akan
meningkat sesuai dengan penawaran. Melalui kasus diatas, dapat diketahui permintaan pelanggan untuk tidak memakai kondom lebih banyak dibandingkan
dengan yang mau memakai kondom. Maka PSK dalam menawarkan kondom, akan mengikuti permintaan pelanggan. Penggunaan kondom memberi pengaruh besar, bila
digunakan pada saat berhubungan intim. Fungsi kondom sendiri dapat mencegah penularan penyakit serta mencegah kehamilan. Ini satu-satunya teknologi pencegahan
yang mampu mencegah dengan daya proteksi lebih dari 90. PSK sendiri memilih solusi untuk mencegah penyakit ini, yaitu dengan
menawarkan kondom kepada pelanggan. Kasus HIVAIDS masih terjadi di Deli Serdang, sementara lokasi penelitian memiliki tempat penjualan kondom, alasan
inilah yang menjadi latar belakang penulis dalam ketertarikan untuk mengambil judul penelitian mengenai posisi tawar PSK dalam pemakaian kondom untuk mencegah
bahaya HIVAIDS. Hubungan yang tercipta antara PSK dan pelanggannya merupakan hubungan
yang nemiliki latarbelakang berdasar aspek ekonomi, aspek sosial, yang bersifat pribadi seperti: nilai malu, harga diri. Menurut Szanton dalam Sjafri 2002:206,
pembeli mengharapkan harga yang baik, kualitas yang baik, layanan dan bantuan pribadi kredit jika memungkinkan sesuai dengan balasannya.
Bagi sebagian orang, pendidikan seks mengacu pada seks yang aman dan pendidikan seks dinilai kearah dalam penggunaan kondom. Maksudnya, sebagian
orang dalam berhubungan seksual ada keinginan melakukan hubungan seksual untuk terhindar dari penyakit. Hubungan seksual adalah hubungan yang aman, dimana tidak
merugikan dan dirugikan antara pihak yang melakukan hubungan seksual. Sebagian
orang ini memiliki pemikiran bahwa pendidikan seks yang diingikan dan yang dilakukan merupakan hubungan yang mengacu kedalam pemakaian kondom.
Jawaban dari hubungan seks yang aman dan sehat adalah pemakaian kondom. Pemakaian kondom sangatlah tepat untuk mencegah resiko bahaya HIVAIDS. PSK
sebagai pembujuk ataupun orang yang menawarkan kondom kepada pelanggan memiliki suatu posisi tawar. Posisi tawar, yakni keberadaan ataupun kedudukan PSK
dalam menawarkan kondom kepada pelanggan yang datang. PSK dalam posisinya menawarkan kondom terhadap pelanggan berupaya dalam hal mencegah bahaya
HIVAIDS. PSK memiliki posisi tawar yang tinggi dan posisi tawar yang rendah. Posisi tawar PSK yang tingggi ataupun rendah dipengaruhi oleh berbagai factor.
Factor tersebut dapat berasal dari dalam ataupun luar lingkungan PSK. Dikarenakan PSK yang diteliti berada di daerah pedesaan, maka PSK tersebut memiliki
keterbatasan akan pendidikan, ekonomi dalam kehidupannya. Sehingga PSK melakukan penawaran kondom dalam mencegah bahaya IMS dan HIVAIDS kepada
pelanggan, agar posisi tawar PSK tersebut ada.
1.2 Ruang Lingkup Masalah