4
- Perencanaan produksi jangka menengah perencanaan
agregrat. Perencanaan ini mempunyai horizon waktu antara 1 sampai 2 tahun, dan pada umumnya menangani keputusan-
keputusan yang bersifat taktis, misalnya perencanaan tenaga kerja.
-
Perencanaan produksi jangka pendek. Perencanaan produksi jangka pendek mempunyai horison waktu
≤ 1 tahun, dan pada umumnya menangani keputusan-keputusan yang bersifat teknis operasional misalnya membuat
jadwal produksi.
b. Berjenjang Pembuatan rencana produksi tidak bisa dilakukan hanya
sekali dan digunakan untuk selamanya. Perencanaan produksi harus dilakukan secara bertahap dan berjenjang. Artinya, perencanaan
produksi akan bertingkat dari perencanaan produksi level tinggi sampai perencanaan produksi level rendah.
c. Terpadu
Perencanaan produksi melibatkan banyak faktor, seperti bahan baku, mesinperalatan, tenaga kerja, dan waktu, oleh karena itu
harus dilakukan secara terpadu.
d. Berkelanjutan
Perencanaan produksi disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap rencana sebelumnya, oleh karena itu perencanaan produksi
haruslah merupakan kegiatan yang berkelanjuta.
e. Terukur
Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan, maka rencana produksi harus menetapkan ukuran sehingga mudah untk
mengevaluasinya.
5
f. Realistik
Rencana produksi yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di perusahaan, sehingga target yang ditetapkan
realistik bisa dipenuhi.
g. Akurat
Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi- informasi yang akurat tentang kondisi internal dan eksternal sehingga
angka-angka yang dimunculkan dalam target produksi dapat dipertanggungjawabkan.
h. Menantang
Meskipun rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal ini bukan berarti rencana produksi harus menetapkan target yang
dengan mudah dapat dicapai. Rencana produksi yang baik harus menetapkan target produksi yang hanya dapat dicapai dengan usaha
yang sungguh-sungguh.
1.4 RUANG LINGKUP PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
Ruang lingkup perencanan dan pengendalian produksi secara umum meliputi :
a. Peramalan permintaan
b. Perencanaan produksi, baik secara agregat maupun
disagreagat c.
Pengelolaan persediaan dan kebutuhan bahan d.
Penyeimbangan lintasan produksi e.
Penjadwalan masin dan fasilitas f.
Pengelolaan beban kerja dan kapasitas produksi