BBLR cenderung meningkat pada ibu-ibu yang mempunyai riwayat kehamilan buruk. Ibu dengan riwayat obstetrik yang buruk BBLR, abortus, kelainan genetik, lahir
mati sebelumnya cenderung akan berulang pada kehamilan berikutnya.
30
Dari hasil penelitan Ginting 2002 di RSU Pirngadi Medan, kejadian BBLR lebih sering dialami oleh ibu dengan riwayat obstetrik yang buruk 86,8.
23
e. Komplikasi Kehamilan
Beberapa komplikasi dari kehamilan yaitu hiperemis gravidarum, preeklamsi dan eklamsi, kehamilan ektopik, kelainan plasenta previa, solusio plasenta,
oligohidromnion, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, anemia. Komplikasi- komplikasi pada kehamilan ini dapat mengganggu kesehatan ibu dan pertumbuhan
janin dalam kandungan sehingga meningkatkan risiko bayi dengan BBLR.
26
Pada penelitian Elizawarda 2003 di RSU Pirngadi Medan, didapatkan hasil bahwa pada ibu yang mengalami preeklamsieklamsi mempunyai risiko melahirkan
bayi BBLR sebesar 6,947 lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mengalami preeklamsieklamsi.
31
f. Kadar Hb
Hendaknya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung jumlah dan mutu gizi yang baik dan cukup. Bila makanan ibu sewaktu hamil tidak mencukupi
kebutuhannya baik secara kuantitas maupun kualitas, akan berakibat pada kemunduran kesehatan janin. Kekurangan zat gizi yang diperlukan saat pertumbuhan
dapat mengakibatkan semakin tingginya kehamilan prematur atau BBLR dan cacat bawaan.
16
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil, antara lain dengan mengukur kadar Hb. Pengukuran kadar Hb dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi seorang ibu apakah mengalami anemia gizi. Batas ambang
kadar Hb normal adalah ≥ 11 gr.
18
Penelitan oleh Syarifuddin 2011 dengan menggunakan desain Case Control menunjukkan bahwa ibu hamil yang anemia berisiko melahirkan bayi BBLR 3,21
kali lebih besar dengan ibu hamil yang tidak anemia.
33
g. Pemeriksaan Kehamilan Antenatal Care ANC
Ibu hamil rentan terhadap risiko kehamilan. Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care ANC adalah salah satu cara untuk menyiapkan fisik maupun mental
ibu di dalam masa kehamilan sehingga mampu mehadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Pemeriksaan rutin saat hamil merupakan salah satu cara mencegah terjadinya bayi lahir dengan BBLR. Kunjungan ANC dilakukan 4 kali selama masa kehamilan. Satu
kali dalam trimester pertama sebelum 14 minggu, satu kali dalam trimester kedua antara minggu 14-28 dan dua kali dalam trimester ketiga antara minggu ke-36 dan
pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu. Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian baik
ibu maupun janin, juga memantau berat badan janin.
34
Hasil penelitian Ernawati, dkk 2010 dengan menggunakan desain Case Control, hasil analisis statatistik menunjukkan bahwa ibu yang melakukan
kunjungan ANC minimal 4 kali selama kehamilan mempunyai peluang untuk tidak
Universitas Sumatera Utara
melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 1,8 kali dibandingkan ibu yang melakukan ANC kurang dari 4 kali.
35
Sejalan dengan penelitian Purmono dan Putro 2009, menunjukkan bahwa ibu yang tidak memeriksakan kehamilannya mempunyai persentase lebih tinggi
9,1 untuk terjadi BBLR dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya 4,6.
20
h. Rokok