2.6 Pencegahan BBLR
2.6.1 Pencegahan Primer
14,41
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat mencegah kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum terjadi. Upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah kejadian BBLR : a.
Meningkatkan pengetahuan calon ibu mengenai kehamilan yang sehat.
b. Makan-makanan yang bergizi guna menjaga gizi ibu maupun janin yang
dikandung. c.
Setiap ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan antenatal minimal sebanyak empat kali yaitu satu kali pada trisemester I, satu kali pada
trisemester II dan dua kali pada trisemester III. Dengan melakukan pemeriksaan antenatal segala bentuk kelainan ataupun gangguan pada ibu dan
janin dapat dideteksi sedini mungkin. d.
Menghindari perilaku berisiko tinggi seperti merokok, minum-minuman beralkohol karena dapat mengganggu pertumbuhan janin.
2.6.2 Pencegahan Sekunder a.
Menegakkan diagnosa pada bayi BBLR
18
Menegakkan diagnosa BBLR adalah dengan dilakukan pemeriksaan anamnesis untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
BBLR dan pemeriksaan penunjang. a.1
Pemeriksaan anamnesis Pada anamnesis dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, lahir
mati, pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan, pergerakan janin yang
Universitas Sumatera Utara
pertama terjadi lebih lambat, pertambahan berat badan ibu sangat lambat, dijumpai kehamilan dengan oligohidromnion, hipermesis gravidarum dan perdarahan
antepartum. a.2
Pemeriksaan penunjang a.2.1 Pemeriksaan skor ballard untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir
melalui penilaian neuromuskular dan fisik. a.2.2 Tes kocok shake test, dianjurkan untuk bayi kurang bulan untuk melihat ada
tidaknya sindrom gawat napas. a.2.3 Foto thoraksbaby gram pada bayi baru lahir dengan kehamilan kurang bulan
dimulai pada umur 8 jam atau didapatdiperkirakan terjadi sindrom gawat napas.
a.2.4 USG kepala terutama pada bayi dengan kehamilan kurang bulan dimulai pada
umur 2 hari unutk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intracranial.
b. Penatalaksanaan bayi BBLR