Sumber-sumber Kepercayaan terhadap Teknologi Informasi Tekanan Sosial
18
b. Fungsi Mengatur Regulator Regulerend disebut juga sebagai fungsi mengatur, sebagai alat untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, misalnya bidang ekonomi, politik, budaya, dan pertahanan keamanan mengadakan
perubahan-perubahan tarif dan memberikan pengecualian-pengeculian, keringanan-keringanan atau sebaliknya yang ditujukan kepada masalah
tertentu. 3. Teknologi Informasi Perpajakan
Haan dan Keen 1996 dalam Kadir dan Triwahyuni 2005 mendefinisikan teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu
ketika melakukan pekerjaan dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan data. Administrasi perpajakan modern
tidak akan efisiens tanpa adanya dukungan yang kuat dari penggunaan teknologi informasi. Hal ini sangat penting mengingat kemajuan teknologi
begitu cepatnya, sehingga apabila dukungan teknologi yang dimiliki oleh DJP tidak bisa mengimbangi kemajuan teknologi, maka yang akan terjadi adalah
tertinggalnya informasi yang dimiliki oleh DJP. Data perpajakan saat ini dirasakan cukup memadai dalam memenuhi
ketentuan yang berlaku. Namun yang perlu dipikirkan adalah bagaimana data tersebut dapat digunakan untuk masa mendatang dengan tanpa ada masalah
yang berarti. Masalah yang menyangkut TI sering muncul apabila terdapat kebijakan baru. Jika kebijakan baru muncul, sistem administrasi secara
elektronik tidak serta merta dapat langsung mengikutinya, sering terjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
tertinggalnya sistem informasi atas kebijakan-kebijakan baru tersebut. Begitu juga perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, dan pemeliharaannya perlu
diantisipasi mengingat perkembangan teknologi tidak bisa terbendung. Rekayasa pelayanan perpajakan, penggunaan transaksi perpajakan secara
elektronik dan model dokumentasi paperless sangat penting dalam administrasi pajak yang semakin beragam dan selalu dituntut terkini. Hal
tersebut juga sangat dipengaruhi pada kemampuan dan keterampilan pegawai dalam penguasaan di bidang teknologi Irianto, dkk, 2013: 41-42.
4. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Pengembangan teknologi informasi Direktorat Jenderal Pajak dimulai
awal tahun 1990-an yaitu dengan penerapan NPCS New Payment Control System yang berfungsi untuk mengawasi dan mengevaluasi pembayaran
pajak. Untuk menggantikan NPCS, pada awal 1994 mulai diperkenalkan Sistem Informasi Perpajakan SIP yang berfungsi sebagai sarana
pengawasan SPT sekaligus untuk mengawasi dan mengevaluasi pembayaran pajak. Secara bertahap Sistem Informasi Perpajakan SIP di Direktorat
Jenderal Pajak dikembangkan kepada Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak SI-DJP yang menggunakan database yang tersentralisasi untuk
mendukung seluruh kegiatan. SIDJP dikembangkan dalam dua desain yaitu OLTP dan OLAP. OLTP
atau Online Transaction Processing adalah desain yang digunakan untuk merekam data registrasi, pembayaran, pelaporan oleh Wajib Pajak.
Sedangkan OLAP Online Analysis Processing adalah desain yang akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menyediakan kapasitas analisis secara sistemik untuk kepentingan pengawasan dan pengambilan keputusan pimpinan Direktorat Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak adalah salah satu institusi yang mempunyai database informasi terbesar di Indonesia karena memiliki otoritas untuk
mengakses data seluruh Wajib Pajak. Tujuan utama dibentuknya sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak yaitu agar dapat menghasilkan profil
Wajib Pajak yang bisa menjadi alat pendukung terciptanya data Wajib Pajak yang akurat dengan mengerahkan partisipasi berbagai pihak dalam
melakukan monitoring terhadap data Wajib Pajak. Proses menuju modernisasi Direktorat Jenderal Pajak dapat dilihat melalui berbagai macam
program yang sudah dijalankan seperti e-reg, e-spt, e-filling, serta e-billing yang sedang dalam penyempurnaan, baik sistem maupun kerjasama dengan
bank penerima pembayaran Irianto, dkk, 2013: 182. 5. Sumber Daya Manusia Perpajakan
Sumber daya manusia perpajakan adalah setiap orang yang bekerja atau melaksanakan tugas di bidang perpajakan, baik secara langsung maupun tidak
langsung menangani perpajakan untuk keperluan perpajakan diri sendiri pribadi serta untuk keperluan perpajakan pihak lain. Dengan demikian,
SDM merupakan unsur yang sangat penting dan menentukan karena sebagai pelaksana, pelaku, dan motor penggerak utama dari suatu organisasi atau
kegiatan. Dalam pengelolaan perpajakan, faktor SDM sangat penting karena selain harus menguasai ketentuan atau peraturan pajak juga harus mengetahui
dan memahami berbagai hal terkait seperti pola bisnis serta pola transaksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI