Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu usaha sadar dan terencana dalam rangka memberdayakan segala potensi yang ada dalam setiap individu melalui proses-proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumber daya manusia. Wismanto dalam Derap Guru 2013:3 memaparkan bahwa guru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sungguh besar dan sangat menentukan, guru merupakan salah satu faktor yang strategis dalam dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang meletakkan dasar serta turut mempersiapkan pengembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa. Selanjutnya pada pasal 1 ayat 1 UU nomor 14 tahun 2005 yang berbunyi, guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berhubungan dengan pendapat-pendapat diatas, maka peranan guru sangatlah penting didalam menyelenggarakan kegiatan belajar bagi siswanya. Sebab, hal ini sangat berpengaruh pada pencapaian dari tujuan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam rangka 1 mencapai tujuan belajar yang optimal, banyak dipengaruhi komponen- komponen dalam pembelajaran. Sebagai contoh bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang ditetapkan, media yang digunakan oleh guru. Guru menempati posisi yang strategis dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Gagne dan Briggs dalam Warsita 2008:266 memaparkan mengenai pengertian pembelajaran, pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam memfasilitasi belajar siswa. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru diharapkan memiliki kreatifitas dalam mengajarkan materi yang akan diajarkan dengan memodifikasi cara pengajarannya atau mengubah metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi sehingga akan mempermudah siswa untuk belajar. Mengingat tahap perkembangan anak sekolah dasar masih pada tahap berpikir kongrit maka guru harus menuntun belajar siswa dengan melibatkan siswa secara langsung kedalam masalah-masalah sosial yang akan dipelajari. Dengan keterlibatan itu maka secara tidak langsung guru sudah melibatkan siswa secara aktif serta merangsang keingintahuan siswa saat pembelajaran. Guru harus menyediakan dan menciptakan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa serta membantu mereka mengekspresikan gagasan-gagasannya, menyediakan sarana yang merangsang siswa untuk berpikir secara produktif, serta memberi semangat belajar Hernawan, 2010:6.32. Melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang berkualitas, diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar sehingga akan berpengaruh positif pada prestasi belajar siswa. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menggunakan sebuah tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna sebab dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Sehubungan dengan pengertian tersebut maka dalam melaksanakan pembelajaran tematik, guru harus mampu menerapkan metode yang mampu menjembatani siswa untuk belajar aktif dan belajar secara langsung mengenai masalah- masalah yang sedang dipelajari. Untuk dapat meningkatkan keaktifan siswa, guru harus memiliki kemampuan dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga siswa dapat memiliki minat untuk aktif dalam pembelajaran dan dapat mewujudkan interaksi pembelajaran yang kondusif antara guru dan siswa. Guru perlu merencanakan pembelajaran yang dapat mendukung proses penyampaian materi pembelajaran dengan metode pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat agar siswa dapat terangsang untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Akan tetapi pada kenyataannya pembelajaran tematik di SD terkait masih sangat didominasi oleh metode ceramah, informasi ini peneliti peroleh saat wawancara dengan guru kelas di SD tersebut. Metode ceramah merupakan metode dimana guru lebih banyak memberikan informasi pada siswa, sehingga siswa lebih pasif saat pembelajaran Devi, 2010:8. Penerapan metode ceramah ini mengakibatkan siswa kurang aktif saat pembelajaran dimana, siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan dari guru dan hal ini sangatlah membosankan terlebih bagi anak usia sekolah dasar. Sesuai observasi yang dilakukan penulis pada hari Jumat, 23 November 2013 dan hari Senin, 26 November 2013, penulis mencatat beberapa hal yang dapat menjadi gambaran keadaan saat pembelajaran tematik dengan menerapkan metode ceramah. Saat itu siswa kadang terlihat tenang memperhatikan, akan tetapi terkadang siswa sibuk mengobrol dengan teman-temannya sehingga suasana ramai saat pembelajaran. Sewaktu diadakan latihan soal banyak siswa yang kesulitan dalam menjawab soal-soal pertanyaan, hal ini terlihat saat siswa sibuk bertanya pada teman atau bahkan bertanya langsung pada guru. Sesuai dengan hasil pengamatan pada pembelajaran tematik yang mengkaitkan antara mata pelajaran IPS dengan Bahasa Indonesia. Terdapat 24 siswa yang menunjukkan indikator mengajukan pertanyaan 30,77; 24 siswa menunjukkan indikator mengemukakan pendapat 30,77; 159 siswa menunjukkan indikator memperhatikan pembelajaran 67,95; 79 siswa menunjukkan indikator mengajukan pertanyaan 60,77; 25 siswa menunjukkan indikator berpartisipasi dalam pembelajaran 32,05. Dari keseluruhan persentase tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran tematik hanya mencapai 52,06 . Selain tingkat keaktifan, peneliti juga melihat ada 11 siswa dari 24 siswa yang nilainya belum mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata kelas sebesar 69,50. Nilai ini peneliti lihat dari hasil ulangan harian yang pernah dilakukan. Kriteria Ketuntasan Minimal KKM dalam mata pelajaran IPS di SD Negeri Kledokan adalah 75. Atas dasar nilai yang diperoleh tersebut, peneliti menilai bahwa prestasi siswa masih tergolong rendah sebab masih ada 11 siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan mencoba menerapkan metode role play dalam pembelajaran tematik pada tema keluarga untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Peneliti berkeyakinan bahwa pembelajaran tematik dengan menerapkan metode role play mampu meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Penggunaan metode role play ini bertujuan untuk menumbuhkan minat siswa sebab pembelajaran akan lebih menarik, menyenangkan, melibatkan siswa kedalam masalah sosial yang sedang dipelajari dan juga mampu memperjelas makna materi pelajaran sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Roestiyah 2001:93 dengan teknik ini siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran, karena masalah-masalah sosial sangat berguna bagi mereka. Selain itu Roestiyah 2001 juga menjelaskan, karena siswa bermain peran sendiri maka akan mudah memahami masalah sosial tersebut.

B. Batasan Masalah Penelitian

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENERAPKAN MODEL WORD SQUARE PADA SISWA KELAS V SD NEGERI II Peningkatan Motivasi Belajar Dalam Pembelajaran IPA Dengan Menerapkan Model Word Square Pada Siswa Kelas V SD Negeri II Sempukerep, S

0 0 15

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran PKN menggunakan media audio-visual untuk siswa kelas II SD N Kledokan.

0 0 2

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran PKn siswa kelas IIB menggunakan metode Role-Play di SD Kanisius Sorowajan.

0 0 282

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar dalam pembelajaran tematik pada siswa kelas II SD Negeri Kledokan dengan menerapkan metode Role Play.

0 4 274

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS menggunakan metode Role Play pada siswa kelas IV SD Negeri Daratan tahun ajaran 2012/2013.

0 1 285

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS menggunakan metode role play siswa kelas 3 SD Negeri Mentel II tahun ajaran 2012/2013.

0 0 2

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS kelas III SD Kanisius Ganjuran dengan menerapkan metode Role Play.

0 1 220

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS menggunakan metode Role Play pada siswa kelas IV SD Negeri Daratan tahun ajaran 2012 2013

0 0 283

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS kelas III SD Kanisius Ganjuran dengan menerapkan metode Role Play - USD Repository

0 10 218

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS menggunakan metode role play siswa kelas 3 SD Negeri Mentel II tahun ajaran 2012/2013 - USD Repository

0 1 310