Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS kelas III SD Kanisius Ganjuran dengan menerapkan metode Role Play.

(1)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS KELAS III SD KANISIUS GANJURAN DENGAN MENERAPKAN

METODE ROLE PLAY

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1-PGSD

Disusun Oleh :

Margareta Ika Restyaningsih 091134128

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segenap hati yang paling dalam, karya ini kupersembahkan kepada :

TUHAN YESUS KRISTUS YANG TERKASIH Bapak dan Ibuku terkasih:

Bapak Ignatius Sudiyono dan ibu Agustina Dwi Wahyuningsih yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang, doa, membiayai kuliahku sampai sekarang, dan segala sesuatu tanpa pamrih.

Keluarga Besarku:

Keluarga besar mbah Kariyo Rejo, mbah Kasiman, Kakak sepupu Danny Heryawan, om Harry, Pakdhe Giyono terimakasih atas segala doa, bimbingan, nasehat, beserta dukungan yang berupa moril, maupun finansial yang telah diberikan tanpa pamrih.

Sahabat Terbaikku:

Eka Pras, Agnes, Nana, Reno, Shelly, Tyas , Dian, teman teman seperjuangan bimbingan pak Rusmawan, dan Seluruh keluarga besar PGSD S1 khususnya kelas C Terimakasih atas segala semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang telah kalian berikan Almamaterku: Universitas Sanata Dharma


(5)

v

MOTTO

“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan jangalnlah bersandar kepda pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan

meluruskan jalanmu” (Amsal 3 : 5-6 )

“Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu” “Serahkan hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan

bertindak” (Mazmur 37: 5)

“Bersukacitalah dalam pengharapan sabarlah dan kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma 12 : 12)

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka, Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 01 Agustus 2013 Penulis


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Margareta Ika Restyaningsih

NIM : 091134098

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA

KELAS III SD KANISIUS GANJURAN DENGAN MENERAPKAN METODE ROLE PLAY’

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 01 Agustus 2013 Yang menyatakan


(8)

viii

ABSTRAK

Restyaningsih, Margareta Ika. 2013. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas III SD Kanisius Ganjuran Tahun Ajaran 2012/2013 dengan Menerapkan Metode Role Play.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui bagaimana penerapan role play dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas III SD Kanisius Ganjuran, (2) mengetahui apakah ada peningkatan minat belajar siswa dalam pelajaran IPS dengan menerapkan metode role play pada siswa kelas III SD Kanisius Ganjuran, dan (3) mengetahui apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPS dengan menerapkan metode role play pada siswa kelas III SD Kanisius Ganjuran

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model penelitian Kurt Lewin. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Ganjuran yang berjumlah 32 siswa dengan 21 siswa perempuan dan 11 siswa laki laki. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal evaluasi yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa dan lembar observasi yang digunakan untuk mengukur minat belajar siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis dekriptif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) penerapan metode role play dilakukan dengan langkah: membuat skenario pembelajaran, memberitahukan kepada siswa, membagi siswa kelompok, memberikan penjelasan tentang aturan main, memberitahukan skenario, melaksanakan role play, pembahasan dan diskusi mengenai pembelajaran, evaluasi, refleksi; (2) penerapan metode role play dapat meningkatkan minat siswa terbukti dari skor siswa yaitu kondisi awal 62,90 meningkat pada siklus I menjadi 70,40 dan meningkat lagi pada siklus II sebesar 85,80; (3) penerapan metode role play dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, terlihat pada rata-rata nilai hasil evaluasi dari kondisi awal 65,00 meningkat pada siklus I menjadi 82,00 dan meningkat lagi menjadi 90,90, persentase siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan dari kondisi awal 48,00% meningkat pada siklus I menjadi 93,75% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 96,80%. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode

role play dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas III SD

Kanisius Ganjuran.


(9)

ix

ABSTRACT

Restyaningsih, Margareta Ika. 2013. The improvement of learning social

study subject’s interest and achievement by implementing the role play method for 3rd grade students of Kanisius Ganjuran Elementary School Year 2012/2013

The aims of this research were: (1) to know how the implementation of role play to improve the interest and the achievement of learning social study subject for third grade students of Kanisius Ganjuran Elementary School (2) to know if there was an improvement of the interest on social study subject by implementing the role play method to the third grade students of Kanisius Ganjuran Elementary School, and (3) to know if there was an improvement of the achievement on social study subject by implementing the role play method to the t/hird grade students of Kanisius Ganjuran Elementary School.

The type of this research was classroom action research by using Kurt Lewin’s model. The subjecst of this research were 32 students of 3rd

grade that consisted of 21 female and 11 male students at Kanisius Ganjuran Elementary School. The instrument of this research used evaluation tasks to measure the students’ achievement and observation sheets to measure the students’ interest in learning social study subject. The data analysis tehnique used descriptive analysis. The research result showed that (1) the implementation role play method was conducted by some steps: made learning scenario, told the students, divided the students into groups, gave the explanations about the game rules, told the scenario of doing role play, studied and discussed the learning, evaluation and reflection; (2) the implementation of role play method was able to improve the students’ interest, it was proven from the students’ scores which on initial condition was 62,90 then improving to first cycle became 70,40 and improving again to second cycle to be 85,80; (3) implementation o f role play method was able to improve the students’ achievement, it was proven on average of evalution results from 65,00 of initial condition, became 82,00 on first cycle and became 90,90, the students’ precentage that achieved Criteria of Minimum Completeness improved from 48,00% of initial condition became 93,75% on first cycle and it could be concluded that using role play method was able to improve the interest and achievement of learning social study subject of third grade students at Kanisius Ganjuran Elemantary School.

Key words: role play method, interest and achievement of learning, social study subject.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena limpahan kasih-Nya, skripsi yang berjudul “PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD KANISIUS GANJURAN DENGAN MENERAPKAN METODE ROLE PLAY” dapat selesai sesuai waktu yang diharapkan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dorongan maupun kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Drs. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang memberikan ijin penelitian.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., MA., ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. E. Catur Rismiati S.Pd., M.A. Ed.D. selaku wakaprodi dan dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan dan perhatian selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

4. Rusmawan, S.Pd., M.Pd., dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., dosen pembimbing II yang dengan tulus ikhlas dan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

6. Dosen dan staf PGSD, terimakasih atas bantuan dan saran yang telah diberikan.

7. HY. Budisantosa S.Sos , selaku kepala sekolah SD Kanisius Ganjuran yang memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.


(11)

xi

8. Nungki Perdanani S.Pd., guru kelas SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan ijin, membimbing, dan mengarahkan dalam pelaksanaan penelitian.

9. Siswa-siswi SD Kanisius Ganjuran yang dapat bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian.

10.Orang tuaku tercinta, Ignatius Sudiyono dan Agustina Dwi Wahyuningsih serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dukungan, bantuan, kepercayaan, dan kasih sayang.

11.Kakak dan Adikku sepupu yang telah menjadi motivasi dalam menyelesaikan skripasi ini.

12.Sahabat-sahabatku: Tyas, Nana, Eka Pras, Shelly, Reno, Mbak Tyas, Dian, Mas Petra, terimakasih atas bantuan, perhatian, motivasi yang telah kalian berikan.

13.Teman-teman MUDIKA Ngestiharjo Kidul (NGKID) terimakasih atas bantuan kalian dan motivasi kalian.

14.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya penelitian ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak pihak. Penulis menyadari bahwa karya ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.


(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Batasan Masalah Penelitian... 6

1.3. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

1.4. Batasan Pengertian ... 6

1.5. Tujuan penelitian ... 7

1.6. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1. Kajian pustaka ... 9

2.1.1. Minat ... 9

2.1.2. Belajar ... 12

2.1.3. Prestasi Belajar ... 16

2.1.4. Metode Role play ... 25

2.1.5. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 30


(13)

xiii

2.3. Kerangka Berfikir... 33

2.4. Hipotesis tindakan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Jenis penelitian ... 37

3.2. Setting penelitian ... 38

3.2.1. Lokasi dan waktu penelitian ... 38

3.2.2. Subjek penelitian ... 39

3.2.3. Objek penelitian ... 39

3.3. Rencana tindakan ... 39

3.3.1. Persiapan ... 39

3.3.2. Rencana Siklus... 41

3.3.3. Instrument penelitian ... 49

3.4. Validitas dan Reliabilitas ... 53

3.4.1. Validitas ... 53

3.4.2. Reliabilitas ... 56

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.5.1. Observasi ... 58

3.5.2.Wawancara ... 58

3.5.3. Tes... 59

3.5.4. Dokumentasi ... 59

3.6. Teknik Analisis Data ... 59

3.6.1. Lembar observasi aktivitas siswa ... 60

3.6.2. Tes... 61

3.7. Indikator Keberhasilan ... 62

3.8. Jadwal Penelitian. ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

4.1. Hasil penelitian ... 64

4.1.1.Pra Siklus ... 64

4.1.2. Siklus I ... 66

4.1.3. Siklus II ... 74


(14)

xiv

4.2.1. Penerapan Role Play. ... 80

4.2.2. Peningkatan minat belajar siswa ... 89

4.2.2. Peningkatan prestasi belajar ... 96

BAB V PENUTUP ... 103

5.1. Kesimpulan ... 103

5.2. Saran ... 104

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 105


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 49

Tabel 2 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 50

Tabel 3 Kisi-kisi Rubrik Pengamatan Minat ... 51

Tabel 4 Indikator Wawancara Siswa ... 52

Tabel 5 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Guru ... 52

Tabel 6 Hasil Validitas dan Kriterianya ... 55

Tabel 7 Kriteria Skor Validitas ... 55

Tabel 8 Hasil Validitas dan Kriterianya ... 56

Tabel 9 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 57

Tabel 10 Hasil Perhitungan Reliabilitas Siklus I ... 57

Tabel 11 Hasil Perhitungan Reliabilitas Siklus II ... 57

Tabel 12 Kategori Lembar Pengamatan ... 61

Tabel 13 Indikator Keberhasilan Tiap Siklus ... 62

Tabel 14 Jadwal Penelitian ... 63

Tabel 15 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 64

Tabel 16 Rekapitulasi Data Minat Siswa Kondisi Awal ... 66

Tabel 17 Skor Akhir Minat Siklus I ... 71

Tabel 18 Refleksi Siklus I ... 73

Tabel 19 Kelebihan dan Kekurangan Metode di Siklus I ... 74

Tabel 20 Hasil Skor Akhir Minat Siklus II ... 78

Tabel 21 Data Minat Belajar Siswa ... 95

Tabel 22 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 99


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Siklus PTK Kurt Lewin ... 38

Gambar 2 Grafik Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 96

Gambar 3 Grafik Nilai Rata Rata Kelas ... 100


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Siklus I dan I ... 110

Lampiran 2. RPP Siklus I dan II ... 116

Lampiran 3. Materi Pembelajaran Siklus I dan II ... 128

Lampiran 4. LKS Siklus I dan II ... 131

Lampiran 5. Hasil Mengerjakan LKS Siklus I dan II ... 133

Lampiran 6. Soal Evaluasi Siklus I dan II ... 141

Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I dan II ... 145

Lampiran 8. Hasil Mengerjakan Soal Evaluasi Siklus I dan II ... 147

Lampiran 9. Lembar Observasi Minat Belajar Siswa ... 152

Lampiran 10. Hasil Observasi Minat Siswa ... 154

Lampiran 11. Naskah Role Play ... 157

Lampiran 12. Uji Validitas Evaluasi ... 168

Lampiran 13. Hasil Output SPSS Siklus I ... 172

Lampiran 14. Rekapitulasi Validitas Soal Evaluasi ... 178

Lampiran 15. Hasil Ulangan Semester Lalu ... 180

Lampiran 16. Hasil Prestasi Siklus I dan II ... 181

Lampiran 17. Rangkuman Skor Observasi Minat ... 183

Lampiran 18. Hasil Validitas Perangkat Pembelajaran ... 186

Lampiran 19. Resume Wawancara Guru ... 187

Lampiran 20. Resume Wawancara Minat Siswa ... 190

Lampiran 21. Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 194

Lampiran 22. Surat Keterangan Sudah melakukan Penelitian ... 195


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pendidikan adalah suatu usaha seseorang secara sadar dan terencana dalam rangka memberdayakan segala potensi yang ada dalam setiap individu melalui proses-proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Oleh karena itu menempuh pendidikan dasar 9 tahun di wajibkan oleh negara. Pembangunan dan perkembangan dalam hal pendidikan pun banyak dilakukan. Berbagai hal yang berhubungan dengan pendidikan pun mendapatkan perhatian yang serius baik secara nasional maupun internasional. Pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan bukan hanya sekedar hasil akhir tetapi lebih ditekankan pada proses untuk mengembangan aspek kognitif, psikomotorik, dan juga aspek afektif.

Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dibutuhkan sarana-sarana sebagai pendukung. Salah satunya adalah pembelajaran di sekolah. Tujuan pendidikan secara nasional dapat tercapai apabila tujuan pembelajaran yang diterapkan di sekolah telah terlebih dahulu tercapai. Tercapainya tujuan pembelajaran tidak terlepas pula dari peran guru, siswa dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal tersebut. Guru menempati posisi penting dan utama dalam menentukan keberhasilan


(19)

suatu pembelajaran. Guru yang menentukan strategi atau metode yang akan dipakai untuk menyampaikan suatu materi. Jadi guru ibarat seorang nahkoda yang dapat mengendalikan susasana pembelajaran di dalam kelas tersebut efektif dan kondusif atau tidak. Oleh sebab itu guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam memfasilitasi belajar siswa agar ketercapaian tujuan pembelajaran lebih maksimal. Guru harus menyediakan dan menciptakan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa serta membantu mereka mengekspresikan gagasan-gagasannya, menyediakan sarana yang merangsang siswa untuk berpikir secara produktif, serta memberi semangat belajar. Melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menyenangkan diharapkan siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan dan menjadi lebih bersemangat mengikuti pelajaran. Sebagai seorang guru harus mampu membuat kegiatan yang kreatif, menyenangkan dan komunikatif sehingga mampu menyiapkan suasana kelas menjadi kondusif dan menyenangkan untuk membantu siswa lebih memahami materi yang di ajarkan. Walaupun ada beberapa mata pelajaran yang mempunyai materi yang banyak dengan waktu pengajaran relatif pendek dan memerlukan hapalan, sebagai contoh adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari tentang kehidupan sosial. Materi yang terkandung di dalamnya sangat meluas, meliputi kehidupan sosial bermasyarakat, sejarah, ilmu-ilmu bumi dan masih banyak lainnya. IPS merupakan salah satu mata


(20)

pelajaran yang mengajarkan konsep abstrak. Untuk itu diperlukan media ataupun metode yang menarik yang dapat mengkonkretkan pandangan siswa dalam menerima pelajaran. Sedangkan waktu yang digunakan untuk mengajarkan materi relatif pendek, hanya 3 jam pelajaran saja setiap minggunya. Pada akhirnya, guru sering menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran. Guru mengajarkan materi di kelas, siswa mencatat dan diberi pertanyaan, pemandangan tersebut sudah terjadi bertahun tahun lamanya. Sehingga siswa tidak dapat menerima pengetahuan secara maksimal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Bila guru selalu menggunakan metode pembelajaran yang sama setiap harinya, siswa akan merasa bosan. Untuk itu diperlukan metode metode yang menarik perhatian dan minat siswa.

Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan terhadap sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010). Slameto (2010) menyatakan bahwa seorang siswa dikatakan berminat apabila siswa tersebut menyukai atau tertarik pada suatu hal atau aktivitas tertentu tanpa ada yang menyuruh untuk melakukan itu. Bila seorang anak merasa tertarik untuk melakukan suatu hal atau aktivitas tertentu maka dia akan merasa senang untuk melakukannya. Perasaan senang akan menimbulkan minat yang diperkuat oleh sikap positif. Apabila siswa tersebut tertarik dan mempunyai sikap positif terhadap suatu pelajaran maka dia akan memberikan perhatian yang besar dan meraih prestasi secara maksimal.


(21)

Dalam wawancara pada siswa yang dilaksanakan tanggal 11 Januari 2013 diperoleh data bahwa siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPS yang dilakukan di dalam kelas. Mereka mengatakan bahwa pelajaran IPS yang dilakukan di dalam kelas hanya monoton dan membuat bosan. Suasana kelas tidak menyenangkan dan perhatian yang diberikan oleh guru tidak menyeluruh sehingga membuat siswa tidak minat dalam memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru di depan kelas. Hal ini terbukti dari 32 jumlah siswa, ada 22 siswa yang asyik berbicara dengan teman sebangkunya, ada 5 siswa yang sibuk bermain sendiri dan hanya 7 siswa yang memperhatikan guru. Dari hasil observasi, peneliti menduga bahwa minat anak terhadap pelajaran IPS sangat kurang.

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa minat siswa kelas III pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 2011-2012 rendah. Mereka tidak terlalu menyukai mata pelajaran IPS karena hanya berisi materi teori saja, menurut mereka pelajaran IPS adalah pelajaran tersulit ketiga setelah Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Jawa. Walaupun nilai raport yang mereka dapat sudah melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), tetapi banyak pula di antaranya mengaku kaget dengan nilai yang mereka dapat itu. Dari data hasil observasi dokumen nilai ulangan tengah semester (UTS) tahun 2011/2012 menunjukkan bahwa hasilnya kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 65,00 dari 21 siswa terdapat 52,00 % siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Rendahnya hasil belajar tersebut


(22)

dikarenakan materi pelajaran IPS yang banyak hapalan dan cenderung abstrak sehingga sulit diterima. Sedangkan dalam observasi yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah untuk mengajarkan materi IPS.

Senada dengan siswa, guru kelas 3 juga berpendapat yang sama. Beliau mengeluhkan materi yang sangat banyak, tetapi waktu yang tersedia hanya singkat. Banyak tugas yang harus di ampu oleh guru kelas membuat guru tidak memiliki banyak waktu untuk membuat suatu perencanaan pembelajaran yang menarik. Ada beberapa metode pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan di kelas yang mampu meningkatkan minat belajar siswa, metode role play salah satunya.

Role play adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang

dirancang untuk mencapai tujuan tujuan pendidikan yang spesifik (Zaini, 2008:99). Biasanya role play dikenal sebagai kegiatan bermain peran. Role

play digunakan untuk dapat membuat siswa semakin paham pada materi

yang sedang di ajarkan. Dalam role play, peserta melakukan suatu peran tertentu yang telah ditentukan oleh guru. Role Play sering digunakan untuk mempermudah atau untuk mengajarkan materi materi pelajaran yang bersifat abstrak sehingga mampu memudahkan siswa dalam memahaminya. Berdasarkan pada penjelasan tersebut, maka kelas 3 SD Kanisius Ganjuran perlu mendapatkan perlakuan untuk meningkatkan kualitas minat dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS dalam materi jual beli menerapkan metode role play.


(23)

1.2. Batasan Masalah Penelitian

Karena keterbatasan waktu, pada penelitian ini penulis membatasinya pada:

1) Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas 3 SD K Ganjuran tahun ajaran 2012/2013.

2) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode role play.

3) Hanya diterapkan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 4) Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini termuat dalam

Kompetensi Dasar 3

1.3. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana penerapan metode role play dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas 3 SD K Ganjuran Tahun Ajaran 2012/2013?

2) Apakah penerapan metode role play dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas 3 SD K Ganjuran Tahun Ajaran 2012/2013 ?

3) Apakah penerapan metode role play dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas 3 SD K Ganjuran Tahun Ajaran 2012/2013 ?

1.4. Batasan Pengertian

1) Minat yang dimaksud adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.


(24)

2) Metode role play merupakan suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan tujuan pendidikan yang spesifik. 3) Prestasi belajar adalah hasil belajar akademik siswa yang diperoleh

selama proses pembelajaran setelah melakukan kegiatan belajar yang diukur menggunakan tes.

1.5. Tujuan penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang ada di SD K Ganjuran, penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengetahui bagaimana penerapan role play dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas 3 SD K Ganjuran tahun ajaran 2012/2013.

2) Mengetahui apakah ada peningkatan minat belajar siswa dengan menerapkan metode role play pada siswa kelas 3 SD K Ganjuran Tahun Ajaran 2012/2013.

3) Mengetahui apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa dengan menerapkan metode role play pada siswa kelas 3 SD K Ganjuran Tahun Ajaran 2012/2013

1.6. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penjabaran dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini memiliki beberapa manfaat, sebagai berikut :

1) Sekolah

Penelitian ini bermanfaat untuk sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam menciptakan pendidikan yang lebih kondusif dan efektif.


(25)

2) Guru

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi untuk guru dalam melakukan pembelajaran khususnya, pembelajaran IPS dengan menerapkan metode role play meningkatkan minat dan hasil belajar siswa

3) Penulis

Penelitian ini untuk penulis bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk merancang sebuah pembelajaran yang menyenangkan dengan menerapkan metode role play setelah menjadi guru nantinya.


(26)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II ini dibahas beberapa kajian teori yang terkait dengan penelitian. Kajian ini di bagi menjadi 4 bagian yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan. Kajian pustaka berisi tentang kajian teori yang mendasari penelitian ini dilakukan.

2.1. Kajian pustaka

2.1.1.Minat

2.1.1.1.Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2010) disebutkan bahwa minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan terhadap sesuatu, hampir sepadan dengan apa yang telah Arikunto (1990) tuliskan dalam bukunya bahwa minat adalah merupakan kecenderungan dari seseorang untuk memilih atau menolak sesuatu kegiatan, dapat dikatakan bahwa minat siswa terhadap sesuatu merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui oleh guru. Sedangkan minat menurut Hurlock (1989) merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Seseorang dapat dikatakan berminat terhadap sesuatu atau terhadap pembelajaran apabila tertarik terhadap hal tersebut, mencari tahu tentang hal tersebut dan berusaha memahaminya.

Slameto (2010) menyatakan bahwa seorang siswa dikatakan berminat apabila siswa tersebut menyukai atau tertarik pada suatu hal atau aktivitas tertentu tanpa ada yang menyuruhnya untuk melakukan hal itu. Siswa


(27)

biasanya mengekspresikannya melalui suatu pernyataan. Ketertarikan seorang siswa pada pelajaran dapat dilihat dari segala tingkah laku yang dia lakukan. Seperti yang telah Winkel (1983) katakan bahwa ciri seorang siswa yang tertarik kepada suatu pelajaran tertentu cenderung akan agak menetap dalam subyek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam hal itu. Perasaan senang akan menimbulkan minat yang diperkuat oleh sikap positif. Apabila siswa tersebut tertarik dan mempunyai sikap positif terhadap suatu pelajaran maka dia akan memberikan perhatian yang besar yang akan membantu dia meraih prestasi secara maksimal.

2.1.1.2. Aspek Minat

Hurlock (1978) mengatakan minat merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar. Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu:

1. Aspek kognitif

Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan.

2. Aspek afektif

Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasikan tindakan seseorang.


(28)

2.1.1.3. Ciri-Ciri Minat

Anak dapat dikatakan berminat bila memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri minat anak menurut Hurlock (1989) adalah:

1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental dalam diri anak tersebut.

2. Minat bergantung pada kesiapan belajar

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental.

3. Minat bergantung pada kesempatan belajar

Semakin bertambah luasnya lingkup sosial anak mereka menjadi semakin tertarik pada minat orang di luar rumah yang mereka kenal. 4. Perkembangan minat mungkin terbatas

Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak.

5. Minat dipengaruhi pengaruh budaya

Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua mereka untuk memilih akan mempelajari budaya yang sesuai dengan minat mereka.

6. Minat berbobot emosional

Emosional anak sangat berpengaruh terhadap minat. Bila emosi dari anak sedang tidak baik maka akan melemahkan minat, begitu pula sebaliknya emosi yang baik akan memperkuat minat.


(29)

7. Minat itu egosentris

Minat berlandaskan pada apa yang telah menjadi keyakinan dari seorang anak.

Berdasarkan ciri-ciri minat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa indikator minat antara lain adalah (1) Ekspresi senang terhadap pelajaran; (2) Perhatian dalam belajar; (3) Kemauan untuk mengembangkan diri; (4) Adanya rasa ingin tahu; (5) Keterlibatan siswa dalam pelajaran; (6) Kesiapan siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa terhadap suatu yang terdiri dari perasaan senang, memperhatikan, kesungguhan, adanya motif dan tujuan dalam mencapai suatu tujuan. Dan minat sangat mempengaruhi perasaan tingkah laku individu dalam menentukan tujuan, sehingga pengaruh minat sangat besar dalam kehidupan, dan sebuah kecenderungan siswa merupakan pengaruh dari minat individu.

2.1.2. Belajar

2.1.2.1.Pengertian

Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2010) disebutkan bahwa belajar adalah berusaha memperoleh ilmu atau kepandaian. Dengan kata lain belajar adalah proses dimana seseorang secara sengaja ingin menambahkan pengetahuan atau kepandaiannya. Seperti halnya yang dikatakan oleh Djamarah (2002:13) bahwa belajar merupakan “Serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari


(30)

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Arsyad (2007) pun sependapat dengan Djamarah bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar ini terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Proses yang terjadi itu terkandung beberapa aspek penting di dalamnya, seperti yang dikemukakan oleh Siregar & Nara (2010) aspek aspek tersebut adalah (1) Bertambahnya jumlah pengetahuan; (2) Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi; (3) Ada penerapan pengetahuan; (4) Menyimpulkan makna; (5) Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas; (6) Adanya perubahan sebagai pribadi.

2.1.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Selain aspek-aspek di atas, ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar, seperti yang ditulis oleh Arsyad (2007) faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal, segala faktor yang bersumber dari dalam diri siswa/ individu. Siswa yang memiliki kondisi fisik yang lemah akan berbeda belajarnya dengan kondisi fisik yang segar, disamping itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran.

2. Faktor Eksternal, segala faktor yang bersumber dari luar siswa. Faktor tersebut meliputi lingkungan belajar, baik alami seperti keadaan suhu


(31)

dan kelembaban udara, maupun lingkungan sosial. Seseorang akan terganggu konsentrasi belajarnya oleh keributan di dekatnya.

Dalam bukunya, Siregar & Nara (2010) juga mengemukakan delapan tipe belajar menurut gagne. Kedelapan tipe belajar ini merupakan jenis jenis belajar menurut Gagne yaitu (1) Belajar isyarat (signal learning): tidak semua reaksi sontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respons; (2) Belajar stimulus respons; (3) Belajar merantaikan, tipe belajar ini merupakan cara belajar dengan membuat gerakan gerakan motorik; (4) Belajar asosiasi verbal, belajar dengan menghubungkan suatu kata dengan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian; (5) Belajar membedakan yaitu, memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan; (6) Belajar konsep, belajar mengklasifikasikan stimulus untuk membuat suatu konsep; (7) Belajar dalil, belajar menghasilkan aturan; (8) Belajar memecahkan masalah.

2.1.2.3. Sistematika Belajar

Selain mengemukakan jenis belajar, Siregar & Nara (2010) juga menuliskan sistematika jenis belajar menurut Gagne. Menurut gagne, sistematika tersebut mengelompokkan hasil hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri yang sama dalam satu kategori. Sistematika tersebut adalah:

1. Keterampilan Intelektual: berinteraksi dengan lingkungan dengan menggunakan simbol, huruf, angka, kata dan gambar.


(32)

2. Informasi verbal: kemampuan untuk menceritakan suatu fakta atau peristiwa.

3. Strategi kognitif: kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri, mengingat dan berpikir.

4. Keterampilan motorik: seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam urutan tertentu.

5. Sikap: keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihan pilihan dalam bertindak.

Suatu proses belajar mengajar mempunyai ciri-ciri, seperti yang di ungkapkan oleh Arsyad (2007) ciri dari proses pembelajaran adalah (1) Berupa usaha sadar dan sengaja; (2) Membuat siswa belajar; (3) Ada tujuan; (4) Ada pengendalian baik secara isi, waktu proses maupun hasil.

Dalam melaksanakan pembelajaran, agar mencapai hasil yang maksimal perlu di perhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Seperti yang telah dikemukan oleh Suyono & Hariyanto (2011) bahwa prinsip pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas akan membuat pembelajaran yang berlangsung menjadi optimal. Prinsip-prinsip pembelajaran yang di adopsi dari teori Gagne adalah (1) Menarik perhatian; (2) Menyampaikan tujuan pembelajaran; (3) Mengingatkan konsep atau prinsip yang telah dipelajari; (4) Menyampaikan materi pelajaran; (5) Memberikan bimbingan belajar; (6) Memperoleh kinerja/penampilan siswa; (7) Memberikan balikan; (8) Menilai hasil belajar; (9) Memperkuat transfer belajar dengan memberikan rangkuman.


(33)

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan atau aktivitas yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang penghasilkan perubahan-perubahan dalam diri sendiri. Perubahan-perubahan itu meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2.1.3. Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.

Dalam bukunya Slameto juga menjelaskan apa saja yang termasuk dalam faktor intern dan ekstern tersebut :

2.1.3.1. Faktor-Faktor Intern

a) Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat berupa


(34)

buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain.Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. c) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya memberi pengaruh yang positif. Jika siswa memiliki intelegensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus.

d) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka akan timbul kebosanan, sehingga ia


(35)

tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

e) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

f) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar disekolah yang sesuai dengan bakatnya.

g) Motif

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian,


(36)

merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan belajar. Motif-motif diatas dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan, kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

h) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah matang, belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

i) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

2.1.3.2. Faktor-Faktor Ekstern

Selain faktor intern terdapat juga faktor ekstern, Slameto (2010) juga menjelaskan dalam bukunya bahwa faktor ekstern yang berpengaruh


(37)

terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

a) Faktor Keluarga

i. Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar.

ii. Relasi Antaranggota Keluarga

Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak.

iii. Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan


(38)

tentram selain anak kerasan atau betah tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan baik.

iv. Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. v. Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengetian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya untuk mengetahui perkembangannya. vi. Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak agar mendorong semangat anak untuk belajar.

b) Faktor Sekolah

i. Metode Mengajar

Menurut Slameto (2010) metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar


(39)

itu mempengarui belajar siswa. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya dengan tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.

ii. Kurikulum

Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.

iii. Relasi Guru dengan Siswa

Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.

iv. Relasi Siswa dengan Siswa

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling


(40)

bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak. Menciptakan relasi yang baik antarsiswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

v. Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima bahan pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.

vi. Metode Belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus – menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

c) Faktor Masyarakat

i. Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian


(41)

dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya menjadi anggota putra putri altar di gereja, menjadi anggota lektor atau paduan suara di gereja dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

ii. Mass Media (Media Massa)

Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Sebagai contoh siswa yang suka menonton film atau membaca cerita-cerita detektif, pergaulan bebas, pencabulan, akan berkecenderungan untuk berbuat seperti tokoh yang dikaguminya dalam cerita itu, karena pengaruh dari jalan ceritanya. Jika tidak ada kontrol dan pembinaan dari orangtua, pastilah semangat belajarnya menurun dan bahkan mundur sama sekali.

iii. Teman Bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik-baik serta pengawasan dari orangtua dan pendidik harus cukup bijaksana.


(42)

iv. Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada disitu. Siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang di sekitarnya yang tidak baik tadi

Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Yang dapat mempengaruhi prestai belajar siswa dibedakan menjadi dua yaitu faktor ekstern dan intern. Faktor ekstern adalah semua faktor yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri sedangkan faktor intern berasal dari dalam diri siswa.

2.1.4. Metode Role play

Menurut Zaini (2008: 99) role play merupakan suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk menapai tujuan tujuan pendidikan yang spesifik. Disebutkan pula bahwa role play merupakan strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa, sedangkan role play menurut Bruche (2009: 347) adalah model berbasis pengalaman dan mensyaratkan adanya materi


(43)

dukungan yang tidak terlalu banyak, selain situasi-situasi permasalahan itu sendiri.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa role play merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas yang menggunakan dasar pengalaman yang mengahadirkan peran dari dunia nyata anak kedalam materi pembelajaran yang sedang berlangsung di dalam kelas. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan anak dalam memahami materi yang di ajarkan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam bukunya Zaini dkk (2008) menyebutkan bahwa Role Play berdasar kepada tiga aspek utama dari pengalaman peran dalam kehidupan sehari hari. Tiga aspek tersebut adalah:

a. Mengambil peran (role taking) yaitu tekanan ekspektasi-ekspektasi sosial terhadap pemegang peran.

b. Membuat peran (role making) yaitu kemampuan pemegang peran untuk berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain.

c. Tawar menawar peran (role negotiation) yaitu tingkat dimana peran peran dinegosiasikan dengan pemegang pemegang peran yang lain.

Role play adalah metode yang memberi kesempatan kepada anak

untuk dapat memahami pelajaran secara lebih konkret dengan cara memainkan peran atau berperan sebagai tokoh yang ada sehingga anak akan jauh lebih paham. Dengan menggunakan metode ini anak juga dapat mengembangkan imajinasinya secara individu.


(44)

2.1.3.3. Langkah-langkah Metode Role Play

Dalam pembelajaran dengan metode role playing ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran role playing menurut Taniredja dkk (2011: 107)

a. Guru menyusun sekenario yang akan ditampilkan.

b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari sekenario dan berlatih sebelum KBM.

c. Guru menunjuk siswa yang anggotanya 5 orang.

d. Memberi penjelasan mengenai kompetensi yang ingin dicapat dalam pembelajaran.

e. Memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk melakoni sekenario yang telah dipersiapkan.

f. Masing-masing siswa duduk dikelompoknya sambil memperhatikan dan mengamati skenario yang sedang diperagakan.

g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk dibahas.

h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. i. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

j. Evaluasi. k. Penutup.

Sependapat dengan Taniredja, langkah langkah menggunakan metode


(45)

a. Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa untuk dibahas.

b. Ceritakan kepada siswa mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks masalah cerita tersebut.

c. Tetapkanlah siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memainkan peranannya di depan kelas.

d. Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu role play sedang berlangsung.

e. Berikan waktu kepada para pelaku untuk berunding sebelum mereka memainkan peranannya.

f. Akhiri role play dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan masalah persoalan yang ada pada role play tersebut. g. Jangan lupa menilai hasil role play tersebut sebagai bahan

pertimbangan lebih lanjut.

Sedangkan Role Play yang akan saya gunakan adalah modifikasi dari kedua sumber tersebut, yaitu:

a. Membuat skenario pembelajaran.

b. Memberitahukan kepada siswa apa yang harus dibawa pada saat pembelajaran.

c. Membagi siswa menjadi 4 kelompok besar.

d. Memberikan penjelasan tentang aturan main dan ketentuan yang berlaku saat pembelajaran berlangsung.


(46)

f. Melaksanakan role play sesuai dengan bagian masing masing kelompok.

g. Pembahasan dan diskusi mengenai kegiatan pembelajaran. h. Evaluasi.

i. Refleksi.

2.1.3.4. Kelebihan metode Role Play

Salah satu kelebihan atau keunggulan metode role play yaitu mampu menarik perhatian anak, sehingga suasana kelas semakin hidup, anak anak juga akan menjadi aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Dalam bukunya Djamarah (2010: 89) menyebutkan beberapa kelebihan metode role play yaitu:

a. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan dimainkan.

b. Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.

c. Bakat yang ada pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul bibit seni drama dari sekolah.

d. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan baik. e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk membina dan membagi tanggung

jawab dengan sesamanya.

f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Semua hal itu dapat menjadi maksimal apabila kita melakukan tiga fase penting dalam role play yaitu: perencanaan dan persiapan, interaksi dan


(47)

refleksi dan evaluasi. Menurut Zaini (2008: 105) perencanaan yang baik adalah kunci dari keberhasilan suatu role play. Sebelum melakukan perencanaan dan persiapan kita haus mengenal peserta didik terlebih dahulu. Selain itu tujuan pembelajaran yang akan dicapai juga harus jelas. Sehingga kita menjadi mudah saat akan melakukan perencanaan dan persiapan. Untuk selanjutnya, semua fase dapat terlewati dengan baik apabila semua hal telah direncanakan dengan baik pula.

Jadi yang dimaksud metode role play adalah suatu aktifitas yang dirancang dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mengaktifkan siswa dengan cara siswa mengalami sendiri pengalaman belajar, atau seni berpura-pura. Agar metode ini dapat berjalan dengan baik perlu disusun skenario pembelajaran dan langkah langkah pembelajaran.

2.1.5. Ilmu Pengetahuan Sosial

2.1.5.1. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya (Trianto, 2010:171). Dapat pula dikatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang terpadu dari beberapa mata pelajaran dibawahnya.

2.1.5.2. Tujuan IPS

Tujuan IPS menurut Mulyasa (2006: 125) mengemukakan bahwa pembelajaran IPS memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:


(48)

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Sedangkan Trianto (2010: 176) mengartikan tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun menimpa masyarakat

2.1.5.3. Ruang Lingkup IPS

Ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut KTSP (2006: 237), meliputi berbagai aspek, antara lain:

a. Manusia, tempat, dan lingkungan. b. Waktu keberlanjutan dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya.


(49)

2.2. Penelitian yang relevan

1. Penelitian mengenai Role Play

Setyaningrum (2011) meneliti tentang penerapan role playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi analisis bukti transaksi ke dalam jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode role playing dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi ke dalam jurnal umum. Hal ini ditunjukan dari peningkatan pemahaman siswa setelah penerapan metode Role Playing pada pembelajaran adalah 37,68 %. Hasil perhitungan rata rata pre tes = 4,54 dan post tes = 7,28.

Jumadi (2009) meneliti tentang Penerapan Metode role playing. Untuk Meningkatkan hasil belajar IPS Siswa Kelas V SDN Ledug II Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Ledug II Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan melalui tindakan bersiklus tergolong baik, dengan taraf kemampuan 72,64%.

Dewi (2010) meneliti tentang Penerapan model role playing pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Purwodadi 3 Kecamatan Blimbing kota Malang. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan metode Role Play hasil belajar siswa terus meningkat mulai dari rata-rata sebelumnya


(50)

(63,55) mengalami peningkatan pada siklus I dengan rata-rata kelas sebesar (74,48) dan prosentase ketuntasan belajar kelasnya yaitu (55,17%) meningkat pada siklus II dengan rata-rata kelasnya sebesar (83,21) dan prosentase ketuntasan belajar kelasnya sebesar (82,76%).

Berdasarkan penelitian yang relevan peneliti menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti adalah melakukan penelitian menggunakan metode role play. Penelitian pertama dilakukan di SMA dan meneliti mengenai peningkatan pemahaman dengan penerapan metode role play. Pada penelitian kedua dan ketiga dilakukan di SD kelas atas ( IV dan V ) meneliti mengenai peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini berbeda karena meneliti siswa SD kelas bawah (III), peneliti tidak hanya mengukur prestasi belajar siswa saja tetapi juga hal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa itu yaitu minat belajar.

2.3. Kerangka Berfikir

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2010) disebutkan bahwa minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, menurut Slameto (2010) seorang siswa dikatakan berminat apabila siswa tersebut menyukai atau tertarik pada suatu hal atau aktivitas tertentu tanpa ada yang menyuruhnya untuk melakukan hal itu. Siswa biasanya mengekspresikannya melalui suatu pernyataan. Ketertarikan seorang siswa pada pelajaran dapat dilihat dari segala tingkah laku yang dia lakukan. Ciri-ciri siswa yang berminat adalah dia cenderung akan agak menetap dalam


(51)

subyek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam hal itu. Perasaan senang akan menimbulkan minat yang diperkuat oleh sikap positif. Minat seorang siswa sangat penting dalam kegiatan pembelajaran sebab minat sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Mengingat pentingnya minat dari seorang siswa dalam mengikuti pelajaran makan guru wajib menjaga agar siswa dalam kelas tersebut merasa berminat terhadap pelajaran.

Ada beberapa cara agar minat siswa dapat meningkat ketika mengikuti pelajaran di dalam kelas, salah satunya adalah dengan membuat pembelajaran semenarik mungkin. Kegiatan pembelajaran dapat dibuat menarik dengan penerapan metode yang menarik pula. Apalagi untuk pembelajaran di sekolah dasar, kegiatan pembelajaran di sekolah dasar semestinya dilakukan dengan semenarik mungkin. Ada beberapa mata pelajaran di sekolah dasar yang membosankan dengan materi yang sulit dan banyak. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial salah satunya. Mata pelajaran IPS memiliki materi yang sangat luas dengan waktu pengajaran relatif pendek. Ada beberapa materi dalam pelajaran IPS yang bersifat abstrak sehingga memerlukan metode yang tepat dalam mengajar agar siswa dapat mengerti dengan jelas. Ada begitu banyak metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru. Ada metode ceramah, tanya jawab dan metode role play.

Sesuai dengan metode yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu metode role play. Metode role play adalah metode yang merupakan suatu


(52)

aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk menapai tujuan tujuan pendidikan yang spesifik (Zaini: 2008). Sesuai dengan karakteristik karakteristik dari metode role play bahwa dengan bermain peran atau role

play siswa akan terlibat langsung atau mengalami sendiri peristiwa dan juga

mengalami masalah sosial dalam kajian-kajian mata pelajaran terkait. Dari keterlibatan siswa dalam memainkan peran maka akan menciptakan suatu kegiatan belajar yang bermakna. Kegiatan belajar yang bermakna akan meninggalkan bekas yang mendalam terhadap siswa sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih diingatdn dipahami. Selain itu, sesuai dengan salah satu kelebihan dari metode role play, bahwa dengan memainkan peran siswa dapat melatih dirinya untuk berlatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan dimainkan. Sehingga dengan mengaktifkan siswa maka akan memudahkan siswa dalam memahami masalah sosial yang sedang dipelajari bukan hanya sekedar menghafal konsep-konsep abstrak dalam mata pelajaran. Sehingga materi materi dalam pelajaran IPS yang bersifat abstrak dapat dengan mudah dimengerti dan diingat oleh siswa.

Pembelajaran dengan menerapkan metode role play mampu meningkatkan minat siswa, dimana dengan metode role play siswa akan terlibat langsung untuk melakukan simulasi. Pada saat melakukan simulasi siswa mengembangkan imajinasi yang ada dalam pikirannya. Selain itu dengan melakukan simulasi siswa seperti mengalami sendiri situasi yang ada. Sehingga diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami dan mengerti materi yang sedang di ajarkan. Metode role play mampu


(53)

membantu siswa dalam memahami bukan hanya sekedar menghafal konsep-konsep abstrak dalam mata pelajaran IPS sehingga konsep-konsep yang diperoleh siswa akan bertahan lama hingga pada akhirnya prestasi belajar siswa akan meningkat.

2.4. Hipotesis tindakan

Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti membuat hipotesis untuk penelitian ini sebagai berikut:

2.4.1. Pelaksanaan pembelajaran IPS siswa kelas III SD Kanisius Ganjuran semester II tahun ajaran 2012/2013 dilakukan dengan langkah langkah

role play yaitu menjelaskan kompetensi yang akan dipelajari, membuat

skenario pembelajaran, membagi siswa dalam kelompok, memberikan penjelasan tentang aturan main, pembagian peran, melaksanakan role play masing-masing kelompok, pembahasan dan diskusi, evaluasi dan refleksi. 2.4.2. Penerapan metode role play dapat meningkatkanminat belajar IPS siswa

kelas III SD Kanisius Ganjuran tahun ajaran 2012/2013.

2.4.3. Penerapan metode role play dapat meingkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Ganjuran tahun ajaran 2012/2013.


(54)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

Di dalam Bab ini peneliti menguraikan metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan tentang metode penelitian terdiri dari delapan bagian, yaitu jenis penelitian, seting penelitian, rencana penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, indikator keberhasilan, dan jadwal penelitian.

3.1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitan yang bersifat reflektif, kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Penelitian Tindakan Kelas atau PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sehingga hasil belajar siswa meningkat (Aqib, 2009: 3). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri tetapi dilaksanakan secara sistematis, terencana dengan sikap mawas diri (Suwandi, 2011). Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari empat tahap, yakni perencanaaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Suyadi, 2012:19). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model penelitian Kurt Lewin seperti terlihat di bawah ini:


(55)

Gambar 1. Siklus Penelitian Kurt Lewin (Arikunto: 2002)

Pada tahap perencanaan peneliti merencanakan semua hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Pada tahap tindakan guru melakukan tindakan sesuai dengan rencanaan yang dibuat peneliti dan guru sebelumnya. Pada tahap ketiga yaitu pengamatan, peneliti mengamati proses pembelajran yang berlangsung. Pada tahap keempat yaitu refleksi, peneliti merefleksikan seluruh kegiatan yang sudah dilakukan bersama guru.

3.2. Setting penelitian

3.2.1. Lokasi dan waktu penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih SD Kanisius Ganjuran terletak di desa Sumbermulyo kecamatan Bambanglipuro kabupaten Bantul. Sekolah ini mempunyai 10 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang komputer, 1 ruang UKS, 1 Kantin, dan 1 ruang perpustakaan. Di tengah-tengah sekolah terdapat lapangan yang biasa digunakan warga sekolah untuk upacara, pramuka, dan kegiatan lainnya. Ukuran ruang-ruang kelas cukup luas dilengkapi dengan kipas angin, lemari, rak-rak buku, papan tulis, poster-poster pendidikan, papan pengumuman, dan alat kebersihan. Sekolah ini juga dilengkapi tempat

Siklus 1 Perencanaan

Refleksi Tindakan

Pengamatan

Perencanaa

Refleksi Siklus 2 Tindakan


(56)

parkir di dekat kamar mandi dan di dekat lapangan terdapat tempat cuci tangan yang digunakan siswa untuk membersihkan tangan mereka. Penelitian dilakukan selama enam bulan yaitu dari awal Januari hingga Juni 2013.

3.2.2. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 32 siswa kelas III SD Kanisius Ganjuran tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 11 siswa laki laki dan 21 siswa perempuan.

3.2.3. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi belajar IPS menggunakan metode role play pada materi kegiatan jual beli pada siswa kelas 3 SD Kanisius Ganjuran tahun pelajaran 2012/2013.

3.3. Rencana tindakan

3.3.1. Persiapan

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah menentukan SD yang akan digunakan untuk penelitian. Setelah itu peneliti meminta ijin pihak sekolah melalui kepala sekolah untuk melakukan penelitian di SD tersebut. Setelah melakukan perijinan peneliti membuat janji dengan guru kelas dan guru pengampu mata pelajaran untuk melakukan wawancara. Kegiatan wawancara ini diharapkan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan sebagai gambaran atau latar belakang dilakukannya penelitian. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti tidak hanya berlangsung satu kali saja, tetapi wawancara dilakukan lagi setelah peneliti melakukan pengamatan di dalam


(57)

kelas. Pengamatan di dalam kelas dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi kelas yang akan diteliti.

Peneliti mendapat data tentang bagaimana perilaku siswa di dalam kelas, bagaimana minat mereka selama pembelajaran. Semua itu diperlukan sebagai modal dari peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Setelah itu, peneliti melakukan wawancara dengan sejumlah siswa kelas III tahun ajaran 2011-2012 yang saat ini sudah duduk di kelas IV dan siswa kelas III tahun ajaran 2012-2013. Dengan wawancara ini, peneliti mendapatkan sejumlah informasi yang penting. Mereka menceritakan bagaimana keadaan kelas saat pelajaran, bagaimana guru mereka mengajar dan bagaimana pemahaman mereka terhadap pelajaran yang diberikan. Semua kondisi riil dapat tergambarkan melalui wawancara tersebut.

Sebelum melakukan wawancara dan pengamatan peneliti sudah menyiapkan daftar pertanyaan dan lembar penelitian serta alat-alat yang digunakan untuk mendukung kegiatan wawancara dan observasi. Alat-alat tersebut yaitu perekam suara digunakan saat peneliti melakukan wawancara kepada guru guna mendapat gambaran situasi dan kondisi kelas. Kamera digunakan untuk memotret aktifitas siswa di kelas. Hasil wawancara dan pengamatan yang di peroleh kemudian dianalisis dan menentukan permasalahan yang terjadi. Setelah diperoleh data dari hasil wawancara maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menentukan tindak lanjutnya. Untuk mendukung data yang telah diperoleh, peneliti juga


(58)

meminta hasil ulangan harian dan ujian semesteran kelas III tahun ajaran sebelumnya.

Dengan data-data tersebut dapat diketahui bahwa siswa kelas III SD K Ganjuran tahun ajaran 2011–2012 mengalami kesulitan dan kurang menunjukan minat dalam pelajaran IPS materi jual beli. Untuk itu peneliti akan meneliti siswa kelas III SD K Ganjuran dalam mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode role play.

3.3.2. Rencana Siklus

3.3.2.1.Siklus 1

Siklus ini terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Setiap tahapan akan dijelaskan sebagai berikut:

Tahap yang pertama adalah tahap perencanaan. Penelitian ini akan dilakukan secara kolaborasi bersama guru kelas. Peneliti sebagai pihak yang mengamati proses jalannya tindakan dan guru kelas yang melakukan tindakan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti mempersiapkan instrumen pembelajaran yang terdiri dari RPP, LKS, dan media, lembar wawancara, dan lembar pengamatan. Kegiatan dalam RPP dan LKS dibuat berdasarkan pembelajaran kooperatif. Lembar RPP dan LKS terlampir di bagian lampiran.

Tahap yang kedua adalah tahap tindakan. Tahap ini merupakan “implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas” (Arikunto, 2006:18). Pelaksanaan tindakan dalam tahap ini, guru


(59)

kelas melakukan kegiatan berdasarkan RPP yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaann tahap tindakan dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Setiap akhir pertemuan siswa mengerjakan soal evaluasi. Untuk mengetahui minat dari setiap siswa dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas siswa diwawancarai secara berkelompok terdiri dari 4 – 5 anak sebelum memulai pembelajaran.

Dibawah ini merupakan gambaran singkat mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus I dan siklus II :

1. Pada siklus I pertemuan pertama, siswa melakukan role play drama dengan topik kegiatan jual beli. Pada pertemuan kedua siswa melakukan

role play drama dengan topik perbedaan pasar tradisional dan pasar

modern. Peneliti menjabarkan rencana pembelajaran pada siklus I yang tertera dibawah.

2. Pada siklus II pertemuan pertama siswa melakukan role play kegiatan Barter. Sedangkan untuk pertemuan kedua siswa melakukan role play tentang kegiatan jual beli yang sesungguhnya.

Untuk lebih jelas mengenai rincian kegiatan yang akan dilaksanakan pada tiap siklusnya, maka peneliti akan menjabarkan alur-alur kegiatan per siklus sebagai berikut :

Rencana Tindakan Siklus I

Pertemuan I

a. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan akan peneliti lakukan sesuai dengan perencanaan yang sudah ditentukan.


(60)

1. Peserta didik melakukan tanya jawab.

2. Peserta didik melakukan tanya jawab tentang kegiatan yang dilakukan di pagi hari.

3. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang pengalaman siswa yang melakukan kegiatan jual beli di pasar.

4. Peserta didik menceritakan pengalaman yang telah mereka alami tentang kegiatan jual beli di depan kelas.

5. Peserta didik dan guru memberikan tanggapan tentang cerita yang telah mereka dengar.

6. Peserta didik dan guru melakukan tanya jawab tentang pengertian dan unsur unsur yang ada dalam kegiatan jual beli berdasarkan percakapan.

7. Peserta didik menjelaskan tentang unsur-unsur kegiatan jual beli. 8. Peserta didik merancang suatu kegiatan jual beli.

9. Peserta dibagi dalam 4 kelompok.

10. Setiap kelompok mendapat 1 skenario yang harus mereka peragakan tentang kegiatan jual beli.

11. Setiap kelompok diberikan waktu 10 menit untuk melakukan persiapan.

12. Setiap kelompok memperagakan skenario yang telah mereka dapatkan di depan kelas.

13. Kelompok yang lain menilai penampilan kelompok yang telah tampil.


(61)

14.Setelah semua kelompok tampil, guru dan peserta didik melakukan evaluasi dan refleksi tentang penampilan mereka.

Pertemuan II

1. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang kegiatan pagi ini. 2. Guru bertanya terhadap peserta didik tentang pasar.

3. Peserta didik mendapat penjelasan oleh guru tentang jenis-jenis pasar.

4. Peserta didik dibagi dalam 4 kelompok.

5. Setiap kelompok diberikan satu paket lembar kerja dan skenario. 6. Peserta didik di ajak keluar kelas oleh guru.

7. Setiap ketua kelompok diminta maju ke depan kelas untuk mengambil undian.

8. Setiap kelompok mempelajari skenario sesuai dengan undian yang mereka dapatkan.

9. Setiap kelompok diminta untuk memperagakan skenario yang telah mereka pelajari.

10. Peserta didik memberikan penilaian terhadap penampilan kelompok lain.

11. Siswa membuat kesimpulan 12. Refleksi

13. Evaluasi 14. Pulang


(62)

Tahap yang ketiga yaitu pengamatan. Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Pengamatan ini dilakukan untuk melihat minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pelaksanaan kegiatan pengamatan, peneliti menggunakan alat bantu camera dan handycam. Fokus penggunaan alat bantu camera dan handycam untuk mengambil foto dan merekam kegiatan belajar. Peneliti juga melakukan pengamatan melalui video agar memperoleh data yang akurat.

Tahap yang keempat yaitu refleksi. Data yang diperoleh melalui pengamatan dianalisis kemudian dilakukan refleksi. Peneliti bersama guru pembimbing melakukan refleksi secara menyeluruh proses pembelajaran. Apabila hasil yang diinginkan tidak tercapai maka akan diperbaiki pada siklus kedua.

Refleksi dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi masalah-masalah, hambatan-hambatan dan juga kekurangan selama pembelajaran berlangsung pada pembelajaran siklus I dengan cara wawancara terhadap siswa dan juga wali kelas terkait.

2. Mengkoreksi ketercapaian indikator pada siklus I.

3. Hasil refleksi siklus I ini digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dilaksanakan atau tidaknya tindakan siklus II.

4. Hasil refleksi siklus I ini digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dilaksanakan atau tidaknya tindakan siklus II.


(63)

3.3.2.2. Siklus 2

Jika hasil siklus I belum menunjukkan hasil yang diharapkan, maka tindakan selanjutnya yaitu menyusun perencanaan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Demikian seterusnya sampai hasil yang diinginkan benar-benar tercapai.

Rencana Tindakan Siklus II

Siklus II tidak akan dilaksanakan jika pada siklus I indikator-indikator keberhasilan sudah tercapai. Namun, untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk maka peneliti menyusun rencana-rencana tindakan siklus II. Mengingat penyusunan rencana tindakan siklus II disusun sebelum siklus I dilakukan, maka dalam pelaksanaan siklus II nanti akan peneliti koreksi kembali berdasarkan refleksi dari kegiatan siklus I. Berikut ini adalah rencana tindakan siklus II :

Pertemuan I

Pelaksanaan tindakan akan peneliti lakukan sesuai dengan perencanaan yang sudah ditentukan berdasarkan refleksi dari siklus I.

1. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang kegiatan barter. 2. Peserta didik dibagi dalam 4 kelompok besar.

3. Setiap kelompok mendapat 1 skenario situasi tentang barter.

4. Setiap kelompok dibagi dalam 2 kelompok yang beranggotakan 4 orang yang dinamakan kelompok kecil.

5. Setiap kelompok kecil diminta untuk membuat percakapan berdasarkan skenario yang diberikan guru.


(64)

6. Setelah semua kelompok selesai, mereka diberi waktu 15 menit untuk mempelajari.

7. Setiap kelompok memperagakan percakapan yang telah mereka buat di depan kelas dan kelompok lain menanggapi.

8. Guru memberikan evaluai tentang penampilan setiap kelompok. 9. Peserta didik mengerjakan LKS yang telah disediakan guru.

10. Peserta didik merefleksikan kegiatan hari ini dalam bentuk gambar.

Pertemuan II

1. Peserta didik dibagi dalam 5 kelompok. 2. Setiap kelompok diberikan 1 catatan tugas.

3. Setiap kelompok membuat daftar belanja barang barang yang diperlukan untuk kegiatan proyek.

4. Semua kelompok diberikan instruksi oleh guru tentang proyek yang akan dilakukan.

5. Setiap kelompok diberikan lembar kerja berupa agenda kegiatan yang akan dan telah mereka lakukan.

6. Setiap kelompok membeli barang barang yang mereka butuhkan di pos pos yang telah disediakan.

7. Setiap kelompok mulai membuat proyek yang harus mereka buat sesuai dengan tugas mereka.

8. Setiap kelompok harus menjajakan hasil proyek mereka dan menuliskan komentar.


(1)

(2)

Siklus II

Apersepsi


(3)


(4)

(5)

viii ABSTRAK

Restyaningsih, Margareta Ika. 2013. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas III SD Kanisius Ganjuran Tahun Ajaran 2012/2013 dengan Menerapkan Metode Role Play.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui bagaimana penerapan role play dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas III SD Kanisius Ganjuran, (2) mengetahui apakah ada peningkatan minat belajar siswa dalam pelajaran IPS dengan menerapkan metode role play pada siswa kelas III SD Kanisius Ganjuran, dan (3) mengetahui apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPS dengan menerapkan metode role play pada siswa kelas III SD Kanisius Ganjuran

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model penelitian Kurt Lewin. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Ganjuran yang berjumlah 32 siswa dengan 21 siswa perempuan dan 11 siswa laki laki. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal evaluasi yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa dan lembar observasi yang digunakan untuk mengukur minat belajar siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis dekriptif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) penerapan metode role play dilakukan dengan langkah: membuat skenario pembelajaran, memberitahukan kepada siswa, membagi siswa kelompok, memberikan penjelasan tentang aturan main, memberitahukan skenario, melaksanakan role play, pembahasan dan diskusi mengenai pembelajaran, evaluasi, refleksi; (2) penerapan metode role play dapat meningkatkan minat siswa terbukti dari skor siswa yaitu kondisi awal 62,90 meningkat pada siklus I menjadi 70,40 dan meningkat lagi pada siklus II sebesar 85,80; (3) penerapan metode role play dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, terlihat pada rata-rata nilai hasil evaluasi dari kondisi awal 65,00 meningkat pada siklus I menjadi 82,00 dan meningkat lagi menjadi 90,90, persentase siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan dari kondisi awal 48,00% meningkat pada siklus I menjadi 93,75% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 96,80%. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode role play dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Ganjuran.


(6)

ix ABSTRACT

Restyaningsih, Margareta Ika. 2013. The improvement of learning social study subject’s interest and achievement by implementing the role play method for 3rd grade students of Kanisius Ganjuran Elementary School Year 2012/2013

The aims of this research were: (1) to know how the implementation of role play to improve the interest and the achievement of learning social study subject for third grade students of Kanisius Ganjuran Elementary School (2) to know if there was an improvement of the interest on social study subject by implementing the role play method to the third grade students of Kanisius Ganjuran Elementary School, and (3) to know if there was an improvement of the achievement on social study subject by implementing the role play method to the t/hird grade students of Kanisius Ganjuran Elementary School.

The type of this research was classroom action research by using Kurt

Lewin’s model. The subjecst of this research were 32 students of 3rd

grade that consisted of 21 female and 11 male students at Kanisius Ganjuran Elementary School. The instrument of this research used evaluation tasks to measure the

students’ achievement and observation sheets to measure the students’ interest in

learning social study subject. The data analysis tehnique used descriptive analysis. The research result showed that (1) the implementation role play method was conducted by some steps: made learning scenario, told the students, divided the students into groups, gave the explanations about the game rules, told the scenario of doing role play, studied and discussed the learning, evaluation and reflection;

(2) the implementation of role play method was able to improve the students’ interest, it was proven from the students’ scores which on initial condition was

62,90 then improving to first cycle became 70,40 and improving again to second cycle to be 85,80; (3) implementation o f role play method was able to improve

the students’ achievement, it was proven on average of evalution results from

65,00 of initial condition, became 82,00 on first cycle and became 90,90, the

students’ precentage that achieved Criteria of Minimum Completeness improved

from 48,00% of initial condition became 93,75% on first cycle and it could be concluded that using role play method was able to improve the interest and achievement of learning social study subject of third grade students at Kanisius Ganjuran Elemantary School.

Key words: role play method, interest and achievement of learning, social study subject.