Perencanaan Tebal Perkerasan Pelebaran Jalan.

4.4.2 Perencanaan Tebal Perkerasan Pelebaran Jalan.

Perencanaan tebal perkerasan pelebaran jalan merupakan langkah kedua dalam merencanakan peningkatan jalan. Pada sub bab ini akan diketahui besarnya tebal perkerasan pelebaran jalan serta material yang digunakan dalam perencanaan peningkatan Jalan Sidoarjo - Krian, dimana dalam perencanaan ini ditempuh langkah – langkah sebagai berikut : 1. Analisa data CBR digunakan untuk memperoleh CBR segmen yang mewakili. 2. Penentuan tebal perkerasan jalan, dimana dalam menentukan tebal perkerasan harus memperoleh:  Angka ekivalen distribusi beban kendaraan  Lintas ekivalen yang terdiri dari Lintas Ekivalen Permulaan LEP, Lintas Ekivalen Akhir LEA, Lintas Ekivalen Tengah LET, Lintas Ekivalen Rencana LER  Nilai faktor regional  Indeks permukaan pada awal umur rencana Ipo dan indeks permukaan pada akhir rencana Ipt  Indeks Tebal Perkerasan ITP

4.4.2.1 Analisa Data CBR

Untuk merencanakan peningkatan jalan diperlukan CBR rencana, dimana CBR rencana ini diperlukan dalam perencanaan pelebaran jalan. Dari data yang diperoleh lihat tabel 4.2, maka dapat dihitung besarnya harga CBR rencana yang mewakili suatu lokasi. Perhitungan harga CBR 109 rencana dapat diperoleh dengan cara metode grafis dan analitis. Dalam perhitungan CBR rencana Jalan Sidoarjo – Krian menggunakan metode CBR rencana adalah 90 dari harga CBR segmen. Dari perhitungan secara grafis seperti gambar 4.1 didapatkan CBR rencana sebesar 1.37. Dengan selected material yang teletak di atas lapisan geotekstil diharapkan mencapai CBR 10 . Dengan CBR 10 ini akan dipakai sebagai CBR rencana. Maka diperoleh nilai DDT-nya melalui grafis kolerasi CBR dengan DDT adalah 6 seperti pada gambar 4.13 berikut: 6 10 Gambar 4.13 Kolerasi CBR dengan DDT 110

4.4.2.2 Perhitungan Angka Ekivalen

Angka ekivalen dapat dilihat pada tabel 2.16 jika distribusi beban sumbu pada tiap jenis tidak terdapat dalam tabel maka dapat digunakan rumus seperti dalam persamaan 2.18 untuk sumbu tunggal dan persamaan 2.19 untuk sumbu ganda. Perhitungan distribusi beban sumbu dan angka ekivalen pada tiap jenis kendaraan. - Mobil Penumpang Muatan maksimum = 2000 kg = 2 ton Pada gambar 2.7 mobil penumpang mempunyai distribusi beban sumbu sebagai berikut : 50 50 Roda Depan Roda Belakang Beban sumbu depan = 50 x 2000 kg = 1000 kg Beban sumbu belakang = 50 x 2000 kg = 1000 kg Angka ekivalen terdapat dalam Tabel 2.16 E sumbu depan = 4 8160 1000       = 0,0002 E sumbu belakang = 4 8160 1000       = 0,0002 + E untuk mobil penumpang = 0,0004 - Mikro Truk dan Truck 2 As ¾” Muatan maksimum = 8300 kg = 8,3 ton Pada gambar 2.7 Truck 2 As ¾” , besar distribusi beban sumbu : 111 34 66 Roda Depan Roda Belakang Beban sumbu depan = 34 x 8300kg = 2822 kg Beban sumbu belakang = 66 x 8300kg = 5478 kg E sumbu depan = 4 8160 2822     = 0,0143 E sumbu belakang = 4 8160 5478     = 0,2031 + E untuk kend. mikro truk = 0,2174 - Bus kecil Muatan maksimum = 5000 kg = 5 ton Pada gambar 2.7 bus besar mempunyai distribusi beban sumbu sebagai berikut : 34 66 Roda Depan Roda Belakang Beban sumbu depan = 34 x 5000 kg = 1700 kg Beban sumbu belakang = 66 x 5000 kg = 3300 kg Angka ekivalen adalah : E sumbu depan = 4 8160 1700     = 0,0019 E sumbu belakang = 4 8160 3300     = 0,0267 + E untuk kend. bus kecil = 0,0286 - Bus besar. Muatan maksimum = 9000 kg = 9 ton 112 Pada gambar 2.7 bus besar mempunyai distribusi beban sumbu sebagai berikut : 34 66 Roda Depan Roda Belakang Beban sumbu depan = 34 x 9 ton = 3,06 ton Beban sumbu belakang = 66 x 9 ton = 5,94 ton Angka ekivalen adalah : E sumbu depan = 4 8160 3060     = 0,0198 E sumbu belakang = 4 8160 5940     = 0,2808 + E untuk kend. bus besar = 0,3006 - Truk 2 as Muatan maksimum =18200 kg = 18,2 ton Pada gambar 2.7 truk 2 as mempunyai beban sumbu sebagai berikut : 34 66 Roda Depan Roda Belakang Beban sumbu depan = 34 x 18200kg = 6188 kg Beban sumbu belakang = 66 x 18200kg =12012 kg Angka ekivalen adalah : E sumbu depan = 4 8160 6188     = 0,3307 E sumbu belakang = 4 8160 12012     = 4,6957 + E untuk kend. Truk 2 as = 5,0264 113 - Tr Pada gambar 2.7 truk 3 as mempunyai beban sumbu sebagai berikut : 25 37,5 37,5 75 x 25000kg =18750kg adalah : sumbu depan = uk 3 as Muatan maksimum =25000 kg = 25 ton Roda Depan Roda Belakang Beban sumbu depan = 25 x 25000kg = 6250kg Beban sumbu belakang = Angka ekivalen 4 E 8160  6250    = 0,3442 4 8160 18750     = 2,3974 E sumbu belakang = 0,086   + . Truk 3 as = 2,7416 - Tr bar 2.7 truk gandeng mempunyai beban sumbu sebagai berikut : 18 24 24 24 72 x 31400kg =22608kg len ad : sumbu depan E untuk kend uk gandeng Muatan maksimum = 31400 kg = 31,4 ton Pada gam Roda Depan Roda Belakang Beban sumbu depan = 18 x 31400kg = 5652 kg Beban sumbu belakang = Angka ekiva alah 4 E = 81  60 5652    = 0,2302 E sumbu belakang = 0,086 4 22608     = 5,0674 + 8160   g = 5,2976 E untuk kend. Truk ganden 114 - Tr emi trailer dan trailer mempunyai beban sumbu sebagai berikut : 18 41 41 82 x 26200kg =21484kg dalah : sumbu depan = uk semi trailer dan trailer Muatan maksimum = 26200 kg = 26,2 ton Pada gambar 2.7 truk s Roda Depan Roda Belakang Beban sumbu depan = 18 x 26200kg = 4716 kg Beban sumbu belakang = Angka ekivalen a 4 E 816  0 4716    = 0,1116 E sumbu belakang = 0,086 4 21484     = 4,1324 8160   +  did k n - Truk trailer = 4,2440 Truk 2 as = 5,0264 4.4.2 r LEA, Lintas Ekivalen Tengah E untuk Truk semi dan trailer = 4,2440 Dari perhitungan diatas maka apat Angka E ivale E : - Sedan, dll = 0,0004 - Truk 3 as = 2,7416 - Bus kecil = 0,0286 - Truk gandeng = 5,2976 - Bus besar = 0,3006 - Truk 2 as ¾ = 0,2174 - .3 Perhitungan Lintas Ekivalen Perhitungan Lintas Ekivalen yang terdiri dari Lintas Ekivalen Permulaan LEP, Lintas Ekivalen Akhi LET, Lintas Ekivalen Rencana LER 115

4.4.2.3.1 Li

ahun 2010 ole sebesar : C r g + LEP = 8205.895

4.4.2.3.2 L

ahun 2014 o sar : kendaraan berat = 0,45 ntas Ekivalen Permulaan LEP LEP = LHR 2010 x C x E........pers 2.20 Dari tabel 4.15 diperoleh data LHR untuk t Dari tabel 2.15 diper h nilai C C kendaraan ringan = 0,30 kendaraan be at = 0,45 - Sedan, dll = 6843 kend.x0,30x0,0004 = 0.821 - Bus kecil = 52 kend.x0,45x0,0286 = 0.669 - Bus besar = 79 kend.x0,45x0,3006 = 10.686 - Truk 2 as ¾ = 2107 kend.x0,45x0,2174 = 206.127 - Truk 2 as = 2593 kend.x0,45x5,0264 = 5865.055 - Truk 3 as = 787 kend.x0,45x2,7416 = 970.938 - T.ganden = 290 kend.x0,45x5,2976 = 691.337 - T.trailer = 241 kend.x0,45x4,2440 = 460.262 intas Ekivalen Akhir LEA : LEA = LHR 2014 x C x E........pers 2.20 Dari tabel 4.15 diperoleh data LHR untuk t Dari tabel 2.15 diper leh nilai C sebe C kendaraan ringan = 0,30 C 116 - Sedan, dll = 10413 kend.x0,30x0,0004 = 1.249 g LEA = 19140.597

4.4.2.3.3 L

aka diperoleh : LET = - Bus kecil = 100 kend.x0,45x0,0286 = 1.287 - Bus besar = 178 kend.x0,45x0,3006 = 24.078 - Truk 2 as ¾ = 2468 kend.x0,45x0,2174 = 241.444 - Truk 2 as = 6974 kend.x0,45x5,0264 =15774.351 - Truk 3 as = 1174 kend.x0,45x2,7416 = 1448.070 - T.ganden = 415 kend.x0,45x5,2976 = 989.327 - T.trailer = 346 kend.x0,45x4,2440 = 660.791 + intas Ekivalen Tengah LET Berdasarkan persamaan 2.22 m 2 LEA LEP  2 597 . 19140 895 . 8205  LET = = 13673.246

4.4.2.3.4 L

2.24 diperoleh : LER = LET x intas Ekivalen Rencana LER Berdasarkan persamaan 2.23 dan 10 UR ........pers2.14 ER = 13673.246 x 10 5 = 6836.623 L 117 4.4.2.3.5 raan berat 5 ton jumlah kendaraan berat mengacu pada tabel 4.7 Menentukan nilai Faktor Regional FR Faktor regional merupakan persentase kenda = lKendaraan Tota x 100 Jumlah araanBerat JumlahKend = 112397 x 100 = 19.08 21454  30 ujan rata-rata tahunan 900 mmth. Dari Tabel 2.17 diperoleh FR = 1.5 Tabel 4.22 Faktor 6 - 10 Iklim untuk curah h Kelandaian 6 Regional FR Kelandaian I 6 Kelandaian I Kelandaian III 10 raa da berat kendaraan berat kenda n berat ken raan  30 30  30 30  30 30 Iklim I 0,5 1,0-1,5 1,0 1,5-2,0 1,5 2,0-2,5 900mmth Iklim II 900mmth 1,5 2,0-2,5 2,0 2,5-3,0 2,5 3,0-3,5 Sumber Petunjuk Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen Bina Marga, 1987

4.4.2.4 Indeks Permukaan IP

ur rencana Ipo dan indeks permukaan pada akhir umur rencana Ipt. Penentuan indeks permukaan ada dua macam yaitu indeks permukaan awal pada um 118 4.4.2.4.1 l 2.19 didapat nilai IPo = 3,9 – 3,5 dengan jenis lapis T aan P Awal Umur Rencana Ipo Jenis Lapis Perkerasan IPo Roughnessmm km IPo Indeks Permukaan pada awal rencana Jenis lapis permukaan yang akan dipakai LASTON MS 744 karena bahan tersebut cukup mampu menahan beban sesuai dengan umur rencana. Dari Tabe perkerasan Laston abel 4.23 Indeks Permuk ada LASTON LASBUTAG LAPEN LATASBUM JALAN KERIKIL HRA BURDA BURTU BURAS LATASIR JALAN TANAH  4 3,9 – 3,5 3,9 – 3,5 3,4 – 3,0 3,9 – 3,5 3,4 – 3,0 3,9 – 3,5 3,4 – 3,0 2,9 – 2,5 2,9 – 2,5 2,9 – 2,5 2,9 – 2,5 2,5  2,4  1000 1000  2000 2000  2000 2000 2000 2000  3000 3000

4.4.2.4.2 Ipt

asi fungsional jalan dan jumlah Lalu lintas Ekivalen Rencana Indeks Permukaan pada akhir umur rencana Angka yang menyatakan kehalusankerataan dan kekokohan suatu permukaan jalan. IPt perla mempertimbangkan faktor-faktor klasifik LER 119 Tabel 4.24 Indeks Pada Akhir Umur Rencana IPt i Dari Tabel 2.18 diperoleh : Klasifikas Jalan Lintas Ekivalen Rencana Ko or Tol Lokal lekt Arteri 10 10 - 100 - - - 100 - 1000 1,0-1,5 1,5-2,0 1,5-2,0 1,5-2,0 2,0-2,5 1,5 1,5 2,0 2,0 1000 - 2,0-2,5 2,5 2,5 D R = 6836.623 dan klasifikasi jalan kolektor didapatkan nilai t = 2.5

4.4.2.5 ITP

rafik nomogram II yang nilainya diperole ut : o = 3,9 – 3,5 LER = 6836,623 engan LE IP Indeks Tebal Perkerasan Perhitungan ITP didasarkan pada kekuatan relatif masing –masing lapisan perkerasan jalan pada jangka panjang. Sebelum mengetahui nilai ITP, perhitungan CBR yang terdapat pada gambar 4.1. diperoleh nilai CBR rencana 10 dan setelah itu hubungkan nilai CBR dengan garis mendatar ke sebelah kiri sehingga didapat nilai DDT yaitu = 6 pada gambar 4.13. Dari hasil LER, FR, IPo, IPt, dan DDT tersebut maka diplotkan pada gambar 4.14 yang terdapat g h antara lain sebagai berik CBR = 10 IPt = 2,5 DDT = 6 FR = 1,5 IP 120 Gambar 4.14 Nomogram 2 untuk mendapatkan nilai ITP Dengan memplotkan pada nomogram II gambar 2.10 didapatkan nilai : ITP = 11 ; ITP = 11,5 4.4.2.  las A CBR 70 6 Koefisien kekuatan relatif Jenis Lapis Perkerasan ditentukan:  Lapis Permukaan I LASTON MS 744  Lapis pondasi atas batu pecah kelas A CBR 10 Lapis pondasi bawah sirtu k dari Tabel 2.20 diperoleh: 121  Lapis permukaan a 1 = 0,40 Laston MS 744  Lapis pondasi atas a 2 = 0,14 Batu pecah kelas A  Lapis selected material a 4 = 0,10 tanah kepasiran

4.4.2.7 ap

1.  Lapis pondasi bawah a 3 = 0,13 Sirtu kelas A Batas Tebal Minimum ti Lapisan Perkerasan Dari tabel 2.21 dengan ITP = 11.5, maka diperoleh lapis permukaan 2. D 1 dengan tebal minimum 10 cm Dari tabel 2.22 dengan ITP = 11.5, maka diperoleh lapis permukaan 2 3. D 2 dengan tebal mínimum 0 cm Untuk setiap setiap nilai ITP , bila digunakan lapis pondasi bawah dicari Lapis selected material D 4 dari persamaan 2.25 dipe D 3 tebal mínimum 10 cm Maka akan roleh : ITP = a 1 D 1 + a 2 D 2 + a 3 D 3 + a 4 D 4 11.5 = 0,4x10+0,14x20+0,13x10 +0,10xD 4 ,10xD 4 x D 4 3.4 11,5 = 4 + 2.8 + 1.3 + 0 11,5 = 8.1 + 0,10 0,10 x D 4 = D 4 = 34 cm Dengan tebal selected material yaitu tanah kepasiran 34 cm cukup mampu berfungsi sebagai pelindung lapisan geotekstil agar tidak mudah rusaksobek jika bersentuhan langsung dengan lapis pondasi bawah sirtu. Dan untuk penempatan geotekstil sendiri dihamparkan 122 hanya pada struktur perkerasan pelebaran jalan. Dengan adanya lapis geotekstil maka, kedalaman pondasi atas dan bawah pada pelebaran tidak terlalu dalam dan struktur perkerasannya sama kuat dengan kondisi eksistingnya meskipun pondasinya jauh lebih dalam dibandingkan stuktur perkerasan pelebaran. Gambar 4.15 Rencana Susunan Lapis Permukaan Untuk Pelebaran iperoleh dari data eksisting perkerasan jalan cm cm - Lapis selected material tanah kepasiran = 30 cm 0 cm Batu pecah kelas A 0 cm Sirtu kelas A Polypr ylene woven geotextile UW-250 Black Tanah dasar 10 cm AC Laston MS 744 2 CBR 100 1 CBR 70 3 4 cm selected material Tanah kepasiran CBR 20 lapis geotekstil op CBR 1.37

4.4.3 Perhitungan Tebal Lapis Ulang Overlay

Dokumen yang terkait

Evaluasi Tebal Lapis Perkerasan Lentur Manual Desain Perkerasan Jalan No.22.2/KPTS/Db/2012 Dengan Menggunakan Program Kenpave

17 135 102

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH DENGAN MENGGUNAKAN STABILISASI KAPUR UNTUK PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DI RUAS JALAN GRESIK-LAMONGAN (Sta. 27+ 250 – Sta. 32 + 550).

0 0 116

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN BLITAR - SRENGAT (STA 3+450 - STA 10+520) DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN.

0 1 146

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN BLITAR – SRENGAT STA 3+450 SAMPAI STA 10+350 DENGAN METODE AASHTO.

1 13 125

Analisa Perkuatan Tanah Dengan Geotekstil Pada Timbunan Konstruksi Jalan Tol Medan Kualanamu (STA 35 + 901) Dengan Metode Elemen Hingga

0 0 16

Analisa Perkuatan Tanah Dengan Geotekstil Pada Timbunan Konstruksi Jalan Tol Medan Kualanamu (STA 35 + 901) Dengan Metode Elemen Hingga

0 0 1

Analisa Perkuatan Tanah Dengan Geotekstil Pada Timbunan Konstruksi Jalan Tol Medan Kualanamu (STA 35 + 901) Dengan Metode Elemen Hingga

0 0 4

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN JALAN TOL PANDAAN-MALANG DENGAN JENIS PERKERASAN LENTUR

2 26 6

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE KONSTRUKSI BERTAHAP PADA RUAS JALAN DURENAN-BANDUNG-BESUKI PADA STA 171+550 – 182+350 DI KABUPATEN TULUNGAGUNG TUGAS AKHIR - PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE KONSTRUKSI BERTAHAP PADA RUAS JALAN DURENA

0 0 19

PERENCANAAN JALAN LINGKAR BARAT KEPANJEN STA 0+000 – 4+232 KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN LENTUR

0 4 300