hanya pada struktur perkerasan pelebaran jalan. Dengan adanya lapis geotekstil maka, kedalaman pondasi atas dan bawah pada pelebaran
tidak terlalu dalam dan struktur perkerasannya sama kuat dengan kondisi eksistingnya meskipun pondasinya jauh lebih dalam
dibandingkan stuktur perkerasan pelebaran.
Gambar 4.15 Rencana Susunan Lapis Permukaan Untuk Pelebaran
iperoleh dari data eksisting perkerasan jalan
cm cm
- Lapis selected material tanah kepasiran = 30 cm
0 cm Batu pecah kelas A
0 cm Sirtu kelas A
Polypr ylene woven geotextile
UW-250 Black
Tanah dasar
10 cm AC Laston MS 744
2 CBR 100
1 CBR 70
3 4 cm selected material
Tanah kepasiran CBR 20 lapis geotekstil
op
CBR 1.37
4.4.3 Perhitungan Tebal Lapis Ulang Overlay
Merencanakan lapis tambahan jalan lama 2 jalur dengan umur 10 tahun. Dimana susunan yang d
lama oleh PT. Puri Dimensi : -
Lapis permukaan laston = 13 cm
- Lapis pondasi atas batu pecah kelas A CBR 100 = 20
- Lapis pondasi bawah sirtu kelas A CBR 70 = 25
123
Berdasarkan kondisi jalan menunjukkan bahwa lapisan permukaan terhadap crack sedang, beberapa deformasi pada roda, tetapi jalan masih
stabil kondisi 70 Untuk perkerasan lama pada CBR rencana dari perhitungan secara grafis seperti gambar 4.1 didapatkan CBR 1.37 .
Maka nilai DDT-nya 2.33
2.33 1.37
Gambar 4.16 Korelasi CBR dengan DDT Perkerasan Lama
Di bawah ini data perkerasan lama : CBR
= 1.37 IPt = 2,5
DDT = 2.33 FR
= 1,5 IPo
= 3,9 – 3,5 LER = 6836,623
Dengan memplotkan pada nomogram II gambar 2.10 didapatkan nilai : ITP = 15 ;
ITP
= 15
124
1. Menetapkan kekuatan jalan lama
Lapis permukaan D
1
= 13 cm
Lapis pondasi atas D
2
= 20 cm
Lapis pondasi bawah D
3
= 25 cm
Lapis tanah kepasiran D
4
= 25 cm dari Tabel 2.20 diperoleh:
Lapis permukaan a
1
= 0.40 Laston
Lapis pondasi atas a
2
= 0.14 Batu pecah kelas A
Lapis pondasi bawah a
3
= 0.13 Sirtu kelas A
Lapis selected material a
4
= 0.10 tanah kepasiran 2.
Menentukan ITP ada available ITP -
Laston = 70 x 0.4 x 13 = 3.64
- Batu pecah = 100 x 0.14 x 20
= 2.80 -
Sirtu = 100 x 0.13 x 25 = 3.25
- Tanah kepasiran = 100 x 0.10 x 30
= 3.00 + ITP ada
= 12.69 3.
Mencari tebal lapis tambahan ΔITP = ITP – ITP ada
= 15 – 12.69 = 2.31
ΔITP =
a
1
.
D
1
2.31 = 0.4 .
D
1
D
1
= 5.77 ≈ 6 cm
Jadi lapis tambahan overlay tebal 6 cm
125
6 cm Laston MS 744 Overlay
Gambar 4.17 Susunan Perkerasan Eksisting dan Overlay
Pada gambar 4.18 di bawah ini adalah susunan lapisan pemukaan untuk pelebaran sebagai perbandingan antara perkerasan susunan lapisan perkerasan
eksisting dan overlay dengan lapisan pelebaran
Tanah dasar CBR 1.37
13 cm Laston MS 744
20 cm
Batu pecah kelas A CBR 100
25 cm Sirtu kelas A
CBR 70 30 cm selected material
Tanah kepasiran CBR 20
13 cm Laston MS 744
20 cm Batu pecah kelas A
CBR 100 25 cm
Sirtu kelas A CBR 70
30 cm selected material Tanah kepasiran
CBR 20
10 cm AC Laston MS 744
20 cm Batu pecah kelas A
CBR 100 10 cm
Sirtu kelas A CBR 70
34 cm selected material Tanah kepasiran CBR 20
lapis geotekstil Polypropylene woven geotextile
UW-250 Black
Gambar 4.18 Rencana Susunan Lapis Permukaan Untuk Pelebaran
126
4.5 Perencanaan Dimensi Saluran Tepi
Seperti halnya pada pembahasan perencanaan tebal perkerasan lentur, pada perencanaan dimensi saluran tepi juga membutuhkan data-data
masukan yang digunakan sebagai dasar perencanaan dimensi saluran tepi.
4.5.1 Data curah hujan
Data curah hujan untuk menentukan besarnya intensitas curah hujan, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.18 dan di bawah ini adalah
perhitungan data curah hujan stasiun hujan Prambon dan Watutulis. Sebagaimana di tunjukkan pada tabel 4.25 dan 4.26
Tabel 4.25 Perhitungan Data Curah Hujan Stasiun Hujan Prambon
Stasiun Hujan Prambon Tahun
Hujan Harian Maksimum
Ri mmjam Deviasi
Ri – R rata-rata Ri-R rata-rata
2
2000 96 -9.5
90.25 2001 97
-8.5 72.25
2002 97 -8.5
72.25 2003 85
-20.5 420.25
2004 96 -9.5
90.25 2005 130
24.5 600.25
2006 105 -0.5
0.25 2007 126
20.5 420.25
2008 118 12.5
156.25 2009 105
-0.5 0.25
n = 10 1055
1922.5
127