karena status janda sering dianggap sebagai sesuatu hal yang buruk di dalam masyarakat. Selain itu, informan II juga mengatakan bahwa melakukan
perceraian di Bali cukup sulit karena terikat dengan ritual keagamaan. Hal ini membuat informan mengurungkan niatnya untuk bercerai dan berusaha
melanjutkan hubungan rumah tangga demi masa depan anak. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Kalau dulu sih, kalau dulu belum terlalu apa namanya ibuk belum memahami suami, pernah sih sampai pengen cerai ee dulu”.
Informan III, line 300-302
“Ada terutama sih mikirin anak ya. Mikirin anak aja kasian kan jadinya diurungkan lah niatnya untuk bercerai”. Informan III,
line 745-746
Tidak hanya para istri, anak juga mengalami permasalahan relasi yang diakibatkan dari ayah mereka yang dominan berjudi. Ketiga informan sama-
sama mengutarakan bahwa akibat suami yang tidak memiliki waktu dan jarang pergi bersama keluarga membuat anak kurang dekat dan kurang
mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Kurangnya waktu yang dimiliki suami untuk berada di rumah membuat anak jarang menjalin komunikasi
dengan ayahnya. Kurangnya interaksi antara ayah dengan anaknya membuat anak merindukan ayahnya dan membuat anak tidak memiliki figur panutan.
Ketiga informan akan sama-sama menggunakan problem focus coping saat menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan anak. Ketiga informan
akan menggunakan pemecahan masalah secara langsung apabila anak mengalami permasalahan relasi dengan ayahnya. Informan akan menelepon
atau meminta suami untuk pulang lebih cepat, informan juga akan meminta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepada suaminya agar pergi jalan-jalan menghabiskan waktu bersama. Semua usaha ini dilakukan oleh informan agar anak tetap dekat dengan ayahnya,
namun semua usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Saat di telepon suami tidak mau mengangkat telepon tersebut dan suami juga menolak ajakan pergi
berasama. Suami tetap saja pulang tidak menentu dan lebih memilih untuk berjudi. Hal tersebut mengakibatkan relasi anak dengan ayahnya tetap tidak
dekat. Melihat dampak negatif tersebut, memunculkan emosi negatif pada informan II dan III. Emosi negatif tersebut berupa rasa marah dan kecewa.
Tidak banyak hal yang bisa diperbuat oleh informan untuk mengelola emosi tersebut, informan II memilih diam walau tetap merasakan emosi negatif,
sedangkan informan I dan III mengatakan sudah terbiasa dengan respon suami. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Karena terlalu sering dia judi, jadinya dia gak ada waktu untuk anak, jadinya anaknya kurang kasih sayang dari bapaknya
makanya anak-anak ibu kan agak gak gak terlalu dekatlah sama yang b
apaknya”. Informan III, line 356-359 “Sebenernya sih ada, misalnya pas hari libur ibu minta dia anterin
jalan kek kemana gitu ya, hanya sekedar apa namanya jalan-jalan ya ibu misalnya seperti itu tapi kadang-kadang sih kadang sih hmm
dia lebih memilih k e judi”. Informan III, line 363-367.
b. Keadaan Stres
Dalam permasalahan ini akan membahas situasi-situasi yang dialami oleh ketiga informan, di mana situasi tersebut dapat menekan atau
mengancam kesejahteraan psikologis dari ketiga informan. Situasi yang mengancam kesejahteraan tersebut dapat membuat informan mengalami
stres. Stres dapat terjadi apabila individu merasa adanya perubahan dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
situasi yang normal menjadi situasi yang menekan karena adanya tekanan fisik maupun psikologis akibat dari adanya persepsi ketakutan atau
kecemasan mengenai situasi tersebut. Stres merupakan bentuk interaksi antara individu dengan lingkugan yang dinilai sebagai sesuatu yang
membebani atau melampui kemampuan yang dimiliki oleh individu sehingga dapat mengancam kesejahteraan individu tersebut Lazarus dalam Lubis,
2009. Oleh sebab itu, stres merupakan suatu respon individu baik berupa kognitif, psikologis, fisiologis, maupun perilaku terhadap situasi yang
muncul karena terjadi ketidakseimbangan antara tuntutan dengan sumber daya yang dimilikinya.
Adapun bentuk tegangan psikologis yang dialami ketiga informan yaitu munculnya stres akibat dari adanya konflik dan beban pikiran sehingga
memunculkan emosi negatif berupa rasa marah, sedih, kesal, kecewa, dan malu akibat perjudian suami. Keadaan stres ini dapat memunculkan reaski
fisik negatif pada ketiga informan. Berikut uraian mengenai keadaan yang dialami oleh informan sehingga dapat mendorong terjadinya stres:
Pada mulanya ketiga informan sama-sama tidak menduga suami mereka gemar melakukan perjudian. Setelah menikah informan I dan III baru
mengetahui bahwa suami mereka adalah seorang penjudi. Berbeda dengan informan II, informan telah mengetahui suaminya bisa berjudi sejak masa-
masa berpacaran dulu, namun informan II tidak mengira bahwa suaminya adalah seorang penjudi yang parah. Mengetahui perilaku suami yang
dominan berjudi membuat ketiga informan merasa kecewa. Hal ini dibuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Terus terang kecewa ya kok setelah kawin baru tau dia itu berjudi, apalagi keras juga judinya hmm gini, apa namanya hampir tiap
hari dominan judi daripada kerja”. Informan I, line 48-51 Saat mengalami emosi negatif ketiga informan lebih dominan
melakukan cara penanganan yang berfokus untuk menurunkan tegangan emosi. Informan akan berdoa dan mengalihkan perhatiannya pada aktivitas
lain apabila merasa kecewa. Informan I dan III akan merasa kecewa saat suami berjudi, melihat suami di rumah, dan suami tidak mau disuruh untuk
berkegiatan di dalam masyarakat. Demi mengurangi perasaan kecewa maka informan akan mendoakan suami mereka. Informan III akan berdoa untuk
membuat suaminya berhenti berjudi, sedangkan informan I akan mendoakan suaminya agar kalah berjudi. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil
wawancara sebagai berikut: “Hanya bisa berdoa mudah-mudahan dia cepat sadar dan
tidak berjudi lagi ”. Informan III, line 475-477.
Koping tesebut tidak dapat membantu untuk mengubah perilaku
suami. Suami yang tidak berubah membuat informan mengalihkan perasaan kecewa dengan melakukan aktivitas lain berupa pergi ke tempat yang bisa
untuk menenangkan diri, misalnya pergi ke rumah saudara atau jalan-jalan bersama anak. Koping tersebut dapat membuat informan melupakan masalah
dan dapat membuat perasaan informan lebih tenang secara sementara. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Kalau perubahan suami sih gak ada, kalau untuk diri sendiri kalau pas di luar tu kan bisa melupakan masalah tapi kalau balik
lagi ke rumah liat suami timbul lagi rasa kecewa, benci gitu”. Informan I, line 64-67
Perilaku suami yang gemar berjudi membuat informan merasa malu pada keluarga dan masyarakat sekitar. Informan merasa malu
karena suaminya tidak memperdulikan keluarga, pulang tidak menentu, sering meminjam uang, sering berutang, menggadaikan barang, atau
bahkan dicari oleh penagih utang. Informan II dan III sama-sama merasa malu apabila suami
mereka sering meminjam uang, informan II juga merasa malu apabila suami tidak mau terjun dalam kegiatan masyarakat. Kedua informan
sama-sama melakukan
usaha berfokus
untuk memecahkan
permasalahan secara langsung. Informan III akan membayarkan utang sedangkan informan II akan menasihati suaminya. Selain itu, informan
II juga akan mengatakan suami sedang bekerja saat suaminya tidak berpartisipasi dalam kegiatan adat. Hal ini dilakukan informan agar
tidak merasa malu jika bertemu orang-orang saat adanya kegiatan adat ataupun upacara.
Demi menghindari rasa malu saat bertemu dengan orang di desa, informan II akan berusaha memperlihatkan diri yang ceria walau dalam
hati informan sangat malu dengan perilaku suaminya. Kedua informan melakukan koping berfokus menyelesaikan masalah agar mampu
menjaga nama baik keluarga di depan orang lain. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Dari pada malu karena minjem di tetangga misalnya kalau dia gak bisa bayar daripada ibu malu ya mendingan ya ya ter
terpaksa ibu bayarin”. Informan III, line 565-567 “Ya happy gimana ya kalau ketemu orang ceria kan hatinya
sedih sebenerya, sedih dan malu itu kan beda tipis, malu suami gak pernah ikut apa kegiatan gitu”. Informan II, line 1052-
1055
Sikap suami yang mengecewakan dan memberikan dampak negatif pada keluarga membuat informan I dan II merasa benci, kesal,
dan marah. Ketiga informan akan marah saat suami kalah berjudi. Saat suami kalah berjudi dapat mimicu tindakan negatif suami, seperti
meminjam uang dan menggadaikan barang sehingga membuat suami memiliki utang di beberapa tempat. Suami yang tidak memiliki uang
dapat mendorong suami mencuri uang istrinya sehingga dapat merugikan keadaan keuangan yang dimiliki oleh informan. Hal ini
dikarenakan informan harus membayarkan utang yang dimiliki oleh suaminya agar tidak merasa malu pada tetangga atau masyarakat sekitar.
Dapat disimpulkan bahwa ketiga informan akan merasa marah saat suami kalah berjudi karena suami meminjam uang, menggadaikan
barang, mencuri uang, dan memiliki utang di beberapa tempat. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Ooh oh kalau dia pas judi bilang apalagi bilang apalah kalah kalah gitu kan marah itu makin jadi gitu”. Informan I, line
69-71
Saat mengalami emosi marah, maka ketiga informan akan melakukan koping berfokus untuk mengurangi tekanan emosi. Informan III juga akan
menggunakan koping untuk menghadapi permasalahan. Ketiga informan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan memilih untuk tidak melakukan apapun apabila menghadapi permasalahan yang ditimbulkan dari kekalahan dan respon negatif suami.
Menghadapi situasi tersebut informan cenderung diam untuk menghindari pertengkaran. Informan II dan III merasa lebih baik karena dapat
menghindari pertengkaran, sedangkan informan I mengatakan ia tidak merasakan apapun karena terbiasa dengan respon suami marah-marah saat
kalah berjudi. Koping yang dilakukan oleh ketiga informan tidak membantu mereka untuk mengubah perilaku negatif suami. Hal ini dubuktikan dari
kutipan hasil wawancara sebagai berikut: “Dia sih gak ada, kalau diri bukman ya ada ya lebih lebih tenang
lah, kalau kita ngomong kan jadi berantem, kalau di diemin kita juga makin ya walaupun tersiksa lebih baik diem, kalau ngomong
jadi pertengkaran kan lebih baik diem”. Informan II, line 75-79 “Ya biasa aja karena sering kalahnya daripada menangnya”.
Informan I, line 218-219 Informan II dan III juga akan melakukan koping yang berfokus untuk
meyalurkan tegangan emosi secara langsung apabila menghadapi permasalahan yang diakibatkan dari perilaku suami menggadaikan barang,
mencuri uang, meminjam uang sehingga memiliki utang. Kedua infoman akan menyalurkan tegangan emosi dengan cara memarahi suami, dan
menangis untuk melegakan perasaan. Selain itu, informan II akan mengancam suami, melempar barang, memukul suami, dan akan
menceritakan kekalahan suami pada mertuanya. Semua hal ini dilakukan informan untuk membantu melegakan tekanan perasaan yang dialami
informan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berbeda dengan informan II, saat suami informan III marah-marah di rumah karena kalah berjudi maka informan akan menunggu waktu yang tepat
untuk menanyakan kepada suami sehingga informan akan menanyakan keesokan harinya. Saat informan mengetahui penyebab perilaku suami
karena kalah berjudi, maka informan akan menyindir perilaku suaminya. Dapat diketahui bahwa dari semua usaha yang telah dilakukan oleh ketiga
informan, dapat membantu informan mengurangi tegangan emosi secara sementara, namun tidak berhasil mengubah perilaku negatif suami. Hal ini
dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut: “Ya melampiaskan lah barang tak gini lempar barang apalah
gitu”. Informan II, line 171-172 “Ya udah besoknya mungkin kalau setelah dia sadar baru ibu
tanya, apa menang kalah. Ee baru dia bilang kalah yaudah. Gitu aja, oh kalah yaudah besok nyari lagi yaudah gitu aja
si
h”. Informan III, line244-247. Selain karena adanya emosi negatif, ada beberapa situasi yang dapat
membuat informan mengalami stres. Ketiga informan sama-sama mengalami tekanan akibat dari perilaku suami yang gemar berjudi. Penyebab masalah
yang dapat menimbulkan stres berbeda-beda pada masing-masing informan, yakni informan III merasa stres akibat dari kekalahan suami sehingga
berdampak negatif pada perekonomian keluarga. Sedangkan informan II merasa mengalami sakit hati dan tekanan batin hingga depresi akibat perilaku
suaminya yang sering mengabaikan keluarga dan perjudian suami yang semakin buruk. Sedangkan informan I cenderung mencemaskan masa depan
anaknya karena informan tidak bekerja dan suaminya justru lebih dominan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berjudi daripada bekerja. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Kalau dulu kita anggap belum bisa menerima, belum bisa menerima eee kelakuannya dia gitu ee lagian juga ibu kan belum
tau banyak tentang eee gimana sifatnya dia gitu, jadinya ya kalau dia misalnya judi gitu kalah jadinya kan ibu
k agak setres”. Informan III, line 589-593
Informan II dan III cenderung melakukan koping yang berfokus pada emosi saat menghadapi situasi yang menekan. Apabila stres yang
diakibatkan dari perilaku suami selalu berjudi maka kedua informan akan mencari dukungan sosial dan pergi jalan-jalan demi meringankan tekanan
emosi. Informan III akan bercerita kepada teman dan orangtuanya, sedangkan informan II akan bercerita pada mertua, keluarga, dan orang lain
mengenai hal-hal yang dialaminya. Bercerita dan pergi jalan-jalan dapat membuat perasaan informan menjadi lebih tenang dan lega. Hal ini
dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Ya cerita sih beban jadi berkurang gitu kan. Kalau kalau di diemin sendiri, dipendam sendiri kayaknya tambah setres deh tambah ruet
jadinya. Makanya lebih baik setiap ibu ada masalah lebih baik ya itu curhat ke temen atau gak ke orangtua dah”. Informan III, line 101-
105
Perilaku suami informan II yang tidak kunjung berubah membuat informan mencari bantuan pada orang lain, misalnya meminta orang lain agar
menasihati suami dan pergi k e “orang pintar” untuk meminta bantuan. Semua
usaha yang dilakukan informan II tidak berhasil mengubah perilaku suami sehingga informan melakukan introspeksi diri mengenai dampak dari
perilakunya. Informan II cenderung memikirkan dampak negatif pada anak apabila ia terus saja tertekan akibat dari perilaku siami. Hampir serupa
dengan informan II, informan III memilih bekerja agar dapat menghasilkan uang untuk anak-anaknya. Informan III juga berpikir bahwa tindakan selalu
bertengkar tidak dapat mengubah perilaku suami. Pada akhirnya kedua informan mulai dapat menerima perilaku dan keadaan suami yang
mengecewakan. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Berusaha lah intropeksi diri ya merenungkan diri lah mungkin mbok mang juga harus gimana gitu loh sekarang punya suami
seperti ini itu kan aib diri sendiri gimana menyiasati biar gak setres mikirin suami kayak gitu kan masih ada anak itu nanti kan
imbasnya ke anak ya kejiwaan anak kalau ibuk gak ngaruh ke anak kan apalagi anak di bawah umur gitu jadi ya ya diri sendiri aja
makanya sekarang udah udahlah bisa sedikit suami gak pulang- pulang mau dia di rumah aja gak kerja-kerja ya terimalah tapi
kalau marah kesal
itu tetep sampai detik ini tetap”. Informan II, line 976-986
Keadaan informan I yang tidak bekerja membuat informan memiliki beban pikiran mengenai keadaan anak. Infoman akan melakukan tindakan
secara langsung, mencari bantuan, dan melakukan perencanaan untuk menghadapi suami yang lebih dominan berjudi daripada bekerja. Pertama-
tama informan akan berusaha menasihati suami agar mau bekerja karena dirinya adalah tulang punggung keluarga, selain itu informan juga
menanyakan kepada suami bagaimana sekolah anak dan biaya makan esok hari. Saat memiliki utang informan juga akan mengingatkan suami bahwa
utangnya belum dibayar. Akibat sering dinasihati secara halus, pada akhirnya perilaku suami sedikit berubah sehingga lebih mau bekerja. Saat informan
tidak memiliki uang maka informan akan meminjam kepada sanak keluarga yang lain, selain itu infoman juga akan berusaha hidup hemat dan mengatur
uang saat suami memberi uang lebih. Hal ini dilakukan informan agar informan memiliki simpanan uang saat adanya keperluan mendadak. Hal ini
dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut: “Untuk saat ini sih belum ya, masih bisa ditangani karena kalau dia
menang itu kan ngasih uang lebih ke kita, mungkin bisa ngaturnya”. Informan I, line 215-217
Adanya beberapa tekanan yang dialami oleh ketiga informan membuat ketiga informan mengalami reaksi fisik negatif. Reaksi fisik ini dapat
diakibatkan dari keadaan stres yang dialami oleh informan. Ketiga informan sama-sama mengalami sakit kepala, dan maag pada informan II dan III. Saat
mengalami reaksi fisik tersebut, ketiga infoman sama-sama menggunakan koping yang berfokus pada emosi, informan I dan III juga akan
menggunanakan koping untuk menyelesaikan masalah secara langsung. Informan III melakukannya dengan cara berjualan untuk medapatkan uang,
sedangkan informan I akan pergi ke dokter untuk mencari obat. Selain itu infoman III juga akan menceritakan masalah, informan II akan menasihati
diri, sedangkan informan I akan pergi ke tempat yang tenang untuk menghilangkan stres. Kedua jenis koping tersebut dapat membuat keadaan
informan menjadi lebih tenang. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Kalau dampak fisik sering sakit kepala, mikirin gitu dah. Suami pergi judi kita besok makan apa gitu”. Informan I, line 251-253
“Mungkin cari obat ke dokter mungkin atau refresing keluar mencari tempat yang bisa menghilangkan setres gitu”. Informan
I, line 256-258 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Informan II dan III juga merasa lelah dengan keadaan suami yang masih berjudi. Informan I akan berusaha menerima sedangkan informan II
akan pergi ke paranormal dan mengupacarai suami. Kedua koping tersebut tidak dapat membantu inforanm untuk melegakan perasaannya. Tidak
berubahnya perilaku membuat informan III terbiasa, informan II juga berusaha belajar ikhlas untuk menerima keadaan dengan mendekatkan diri
kepada Tuhan. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Ya mau gimana lagi, dibayuhin upacarain udah, di apa namanya kalau di ancem itu diancem ancem itu minta cerai,
bilang mau pulang ini, udah, akhirnya dia juga gak berubah ya belajar iklas lah, mudah-mudahan suatu saat nanti dia bisa
berubah tentunya deng an doa selalu, dengan doa”. Informan
II, line 395-401.
c. Permasalahan ekonomi
Permasalahan ekonomi yang dimaksudkan dalam bahasan ini yaitu permasalahan-permasalahan yang dapat mengganggu kesejahteraan
keuangan yang dimiliki oleh informan sehingga dapat memunculkan konflik lainnya. Ketiga informan memiliki permasalahan ekonomi karena suami
membawa semua uangnya untuk berjudi, suami meminjam uang, dan bahkan suami dari informan II dan III rela menggadaikan barang untuk berjudi.
Barang-barang yang digadaikan berupa motor, BPKB motor, dan perhiasan. Suami meminjam uang dan menggadaikan barang membuat mereka
memiliki utang di beberapa tempat, bahkan suami dari informan II hingga dicari-cari oleh penagih utang.
Saat mengalami permasalahan ekonomi ketiga informan akan melakukan dua bentuk koping sekaligus, yaitu koping yang berfokus untuk
menyelesaikan masalah dan koping yang berfokus untuk menurunkan tegangan emosi. Ketiga informan akan melakukan usaha penyelesaian
masalah secara langsung saat menghadapi perilaku suami yang membawa seluruh uang, meminjam uang, menggadaikan barang hingga memiliki utang
dan dicari oleh penagih utang. Saat menghadapi perilaku suami yang membawa seluruh uang untuk berjudi maka respon dari ketiga informan
berbeda-beda, informan II dan III menghadapinya dengan cara bekerja agar dapat menghasilkan uang, sedangkan informan I akan mengambil uang
suaminya secara diam-diam. Walau respon yang ditunjukkan berbeda, namun ketiga informan memiliki tujuan yang sama, yaitu berkeinginan untuk
memiliki uang sendiri. Memiliki uang membuat inforrman mampu memenuhi dan menutupi beberapa kebutuhan yang dimilikinya sehingga
membuat perasaan informan menjadi lebih baik. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Berapa dia punya uang dia pasti bawa, kalaupun sedikit banyak yang penting dia pergi gitu, gak ada ketentuan sih, seberapa dia
punya aja”. Informan I, line 111-114 “Itu dah kalau bukman tau dia punya uang bukman pasti ambil
uangnya itu seperempat atau setengah karena bukman tau kalau dia punya uang pasti akan berjudi, bukman pasti cari dia taruh di
mana uangnya bukman cari itu biar bukman ambil sedikit”. Informan I, line 813-818
Saat memiliki utang yang diakibatkan dari perjudian suami, ketiga informan sama-sama melakukan usaha secara langsung untuk mencoba
menyelesaikan permasalahan tersebut. Saat mengetahui suami berutang dan menggadaikan barang, informan II dan III akan menyalurkan emosinya.
Informan II dan III akan marah, informan III juga akan menangis dan akhirnya diam. Walau mengalami emosi negatif, pada akhirnya kedua
informan tetap membayarkan utang suaminya apabila dirinya memiliki uang. Berbeda dengan informan I, keadaan informan I yang tidak bekerja membuat
informan akan menasihati suaminya saat suami memiliki utang. Walau memiliki respon yang berbeda dalam menyikapi utang namun ketiga
informan sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu melunasi utang agar tidak merasa malu. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai
berikut: “Eee pasti marah, nanya, tanyain dia kenapa gini gini gini,
katanya gak punya sangu itu dah pakai judi makanya utang. Kalau kita gak bayarin kita malu, emang sih kalau bayarin dia merasa
enak ya tapi kan malu ya kalau gak dibayar ya sampai dicari kesini gitu”. Informan II, line 272-278
Perilaku suami sering berutang dan menggadaikan barang juga dapat menimbulkan konflik pertengkaran pada informan. Ketiga informan sama-
sama mengatakan bahwa mereka sering bertengkar akibat dari permasalahan keuangan. Saat adanya pertengkaran yang diakibatkan dari permasalahan
keuangan maka ketiga informan akan melakukan dua bentuk koping sekaligus. Ketiga informan akan melakukan usaha untuk menyelesaikan
masalah secara langsung apabila suami tidak memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, keperluan upacara agama, dan tidak mampu membayar
utang. Informan III memilih untuk bekerja, informan II memilih untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menasihati suami, dan informan I memilih untuk meminjam uang. Kondisi informan I yang tidak bekerja membuat informan juga berusaha menyimpan
uang saat suami memberikan uang lebih. Semua hal ini informan lakukan agar memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan. Berbeda dengan informan
II, tujuan informan menasihati suami yaitu agar suaminya tersadar dan berhenti berjudi karena informan II sudah cukup mampu memenuhi
kebutuhan dirinya dan anaknya. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
Untuk saat ini sih udah ee kalau ibu sih untuk saat udah agak baikan, agak mendingan lah ekonomi dari bulan-bulan lalu
soalnya kalau dulu kan ibu gak kerja, tapi sekarang ibu dah mulai kerja jadi untuk menutupi perekonomian kan bisalah dari hasil
kerja ibu, jadinya misalnya kalau suami kalah jadinya ibu gak gak gak terlalu mikirin gitu, karena penjudi jadi gak terlalu dipikirin.
Informan III, line 453-460
“Mbok mang kan kerja mbok mang gak pernah minta juga engga, gak ngurusin pokoknya. Kalau untuk tanggung jawab apa mbok
mang uda h bisa sendiri apalagi untuk anak udah bisa”. Informan
II, line 1034-1037 Saat mengetahui respon suami yang tidak sesuai dengan harapan,
maka ketiga informan melakukan koping berfokus untuk menurunkan tegangan emosi. Informan II dan III akan bercerita, sedangakan informan I
akan menangis. Kedua koping yang dilakukan oleh ketiga informan sama- sama dapat membantu untuk mengurangi beban perasaan dan pikiran
sehingga informan merasa lebih tenang. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Ya cerita sih beban jadi berkurang gitu kan. Kalau kalau di diemin sendiri, dipendam sendiri kayaknya tambah setres deh
tambah ruet jadinya. Makanya lebih baik setiap ibu ada masalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lebih baik ya itu curhat ke temen atau gak ke orangtua da h”.
Informan III, line 101-105
d. Bentuk Perilaku Suami yang Tidak Bertanggung Jawab
Salah satu tugas sebagai kepala kuluarga adalah bertanggung jawab pada kesejahteraan anak dan istri, serta berperan dalam kegiatan masyarakat.
Sebagai suku Bali yang beragama Hindu, tidak bisa terlepas dari beberapa kegiatan adat yang ada di dalam masyarakat. Suami dan istri wajib
berpartisipasi dalam beberapa kegiatan adat yang berlangsung di desanya. Maka dari itu, selain bertanggung jawab pada keluarga, tugas seorang suami
juga wajib berpartisipasi dalam kegiatan adat. Dalam bahasan ini, akan membahas mengenai bentuk perilaku suami cenderung mengabaikan
tanggung jawabnya untuk menanggung kesejahteraan anak dan istrinya, serta mengabaikan kegiatan dalam bermasyarakat.
Ketiga informan sama-sama mengatakan bahwa suami mereka tidak memperdulikan masa depan keluarga sehingga informan merasa telah
ditelantarkan oleh suaminya. Saat menghadapi bentuk perilaku suami yang tidak bertanggung jawab ketiga informan sama-sama melakukan koping
berfokus untuk penyelesaian masalah. Ketiga informan akan berusaha menyelesaikan masalah secara langsung apabila suami tidak memikirkan
masa depan anak dan keluarga akibat dominan berjudi. Saat menghadapi hal tersebut informan III akan bekerja, informan II akan menelepon, menaseahti
dan menan yakan suami kepada “orang pintar”. Informan I juga akan
menasihati, meminta suami untuk mengajak keluarganya jalan-jalan, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menghimbau suami terjun dalam kegiatan masyarakat. Walau memiliki respon yang berbeda tujuan dari kedua informan tersebut tetap sama, yakni
berusaha untuk mencegah suaminya agar tidak selalu berjudi. Namun, usaha yang dilakukan tidak membuarhkan hasil, suami tidak menghiraukan nasihat
dan permintaan dari para informan. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Itu dah ibu dengan cari kerja sendiri agar bisa nyekolahin anak, buat bisa uang jajan anak”. Informan III, line 164-166
“Kalau nyuruh dia untuk berhenti berjudi tu kita sering nyuruh dia mungkin ayok jalan-jalan ajak keluarganya jalan-jalan sekali,
mungkin disuruh ngayang kalau ada upacara-upacara itu kan disuruh ngayang kayak gitu, kalau ada orang punya kerjaan suruh
ikut gotong royong disana” Informan I, line 269-275 Akibat perilaku suami yang tetap mengabaikan keluarga, membuat
ketiga informan meresponnya dengan cara lain. Selain berusaha menyelesaikan masalah secara langsung, informan I dan III juga akan
melakukan perencanaan untuk menyejahterakan masa depan anaknya. Pertama-tama informan III akan berusaha mencari cara agar bisa
menghasilkan uang lalu informan memutuskan untuk mencari pekerjaan sehingga dapat menghasilkan uang dan mampu membiayai sekolah anaknya.
Sedikit berbeda, informan I memutuskan untuk menghemat kebutuhan sehari-hari karena informan belum bisa menghasilkan uang. Semua langkah
ini informan lakukan untuk memenuhi kebutuhan anak. Kedua langkah tersebut memberikan dampak positif pada kedua informan karena membuat
kedua informan tidak terlalu bergantung pada suami dan dapat mengurangi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perilaku berutang pada informan I. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Dengan menghemat kebutuhan sehari-hari,dan mungkin kalau anak sudah bisa ditinggal bukman mau cari kerja”. Informan I,
line 945-947
Selain perilaku suami menelantarkan keluarga, suami informan II juga tidak mau terjun dalam kegiatan kemasyarakatan. Informan berusaha
melakukan usaha untuk menghadapi permasalahan secara langsung dengan cara menggantikan suami terjun dalam kegiatan masyarakat. Langkah ini
informan lakukan agar keluarganya tidak malu saat bertemu masyarakat di luar sana. Hal ini dubuktikan dari kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“Kayak menyame braye tadi itu dah, dia juga gakmau, ya masih bisa lah kalau suaminya gak b
isa lah masih bisa” Informan II, line 352-354
E. Pembahasan
Perilaku suami yang gemar berjudi menimbulkan dampak negatif pada anak dan istri. Hasil ini sesuai dengan ungkapan dari Dickerson dalam Swift
dkk, 2005, bahwa aktivitas perjudian dapat membahayakan pemain, pasangan, keluarga, dan mungkin meluas ke masyarakat. Ketiga informan penelitian
mengalami masalah relasi, ekonomi, perilaku suami yang tidak bertanggung jawab, dan mengalami stres. Dalam menghadapi semua permasalahan tersebut
ketiga informan melakukan strategi koping. Strategi koping merupakan usaha secara kognitif dan perilaku untuk mengurangi, mengatasi, atau melakukan
toleransi terhadap tuntutan internal dan eksternal yang terjadi karena adanya transaksi dengan lingkungan yang penuh stres Lazarus Folkman, 1984.
Saat menghadapi segala bentuk permasalahan relasi, baik dengan suami maupun relasi suami dengan anak, maka informan menggunakan problem focus
coping. Saat koping tersebut tidak berhasil, informan meresponnya dengan emotion focus coping. Salah satu bentuk permasalahan relasi yang dihadapi
yaitu kurangnya kasih sayang, perhatian, buruknya komunikasi, dan hubungan interpersonal. Apapun bentuk permasalahan relasi, informan cenderung
meresponnya dengan problem focus coping. Hal ini dikarenakan informan memiliki keinginan untuk mengubah perilaku suami agar anak memiliki figur
bapak sebagai panutan. Namun, faktanya problem focus coping tidak pernah berhasil mengubah perilaku suami sehingga menimbulkan reaksi emosi negatif
pada diri informan. Menghadapi situasi ini, informan menggunakan emotion focus coping agar dapat melegakan perasaannya.
Saat menghadapi perilaku suami tidak bertanggung jawab, informan menggunakan problem focus coping. Saat koping tidak berhasil maka informan
meresponnya dengan emotion focus coping. Salah satu bentuk perilaku suami tidak bertanggung jawab yaitu kurang mau bekerja dan tidak terjun dalam
kegiatan kemasyarakatan. Faktanya problem focus coping tidak berhasil mengubah perilaku suami sehingga menimbulkan perasaan negatif pada
informan. Menghadapi situasi ini, informan menggunakan emotion focus coping untuk mengelola keadaan emosi yang dirasakannya.
Saat menghadapi permasalahan ekonomi informan menggunakan problem focus coping. Salah satu contoh permasalahan ekonomi yang dihadapi
yaitu menumpuknya utang, sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan biaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
anak. Problem focus coping berhasil membuat informan memiliki uang sehingga dapat memenuhi segala kebutuhan keluarga dan pendidikan anak.
Berhasilnya problem focus coping juga membuat informan merasakan emosi positif.
Saat mengalami stres dan reaksi fisik negatif, informan menggunakan emotion focus coping. Stres ini diakibatkan dari situasi-situasi yang dapat
mengancam kesejahteraan psikologis informan. Emotion focus coping berhasil membuat informan menerima situasi dan keadaan suami. Hal ini dikarenakan
informan telah melakukan penilaian dan refleksi terhadap dampak negatif dari keadaan stres yang dialaminya.
Kecenderungan pola dari strategi koping yang digunakan informan yaitu pertama menggunakan problem focus coping dan apabila tidak berhasil akan
meresponnya dengan emotion focus coping. Problem focus coping informan gunakan untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan. Sedangkan
emotion focus coping digunakan untuk mengurangi atau mengelola tekanan emosi negatif yang muncul akibat gagalnya problem focus coping. Temuan ini
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa tujuan dari problem focus coping yaitu usaha yang diarahkan untuk menghadapi penyebab masalah dari sumber
stres. Sedangkan emotion focus coping bertujuan untuk menghilangkan stres dengan tidak menghadapi masalah secara langsung, tetapi lebih diarahkan untuk
mengatur tekanan emosi Lazarus Folkman, 1984. Faktanya problem focus coping yang dilakukan oleh informan tidak
selalu berhasil untuk menyelesaikan permasalahan dan justru membuat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
informan merasakan efek negatif. Meskipun pada umumnya problem focus coping mencoba untuk mengubah situasi yang menekan, namun tidak selalu
efektif untuk mengatasi sumber dari stres. Hal ini dikarenakan ada beberapa situasi yang tidak bisa dipengaruhi atau diubah oleh individu. Pada situasi ini,
emotion focus coping mungkin sebagai pendekatan yang baik meskipun individu tidak bisa menguasai atau mengubah situasi, namun individu memiliki
kemungkinan untuk mengontrol atau mencegah respon dari emosi yang maladaptif Strentz dan Auerbach dalam Passer Smith, 2009.
Hasil penelitian Strentz dan Auerbach menyatakan bahwa tidak ada strategi yang efektif dalam segala situasi. Efektivitas tergantung pada
karakteristik situasi, kesesuaian koping, dan keterampilan yang dimiliki. Walau faktanya tidak ada strategi koping yang lebih sesuai, namun senyatanya strategi
koping yang digunakan informan dapat membantu informan untuk mengurangi stres, menjaga keseimbangan emosi, melanjutkan hubungan dengan orang lain,
dan mulai dapat beradaptasi pada peristiwa negatif Karatsoreos McEwen dalam Taylor, 2011.
Dalam penelitian ini, data demografi seperti usia, pendidikan, asal daerah, status ekonomi, pekerjaan istri dan suami tidak memengaruhi dalam
penggunaan bentuk strategi koping yang dilakukan. Hal ini dapat terlihat pada jenis masalah yang dialami oleh ketiga informan yakni informan cenderung
mengalami permasalahan yang sama, ketiga informan juga sama-sama mengalami tekanan akibat dari perjudian suami, ketiga informan juga sama-
sama menggunakan problem focus coping untuk mengubah perilaku suami, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan emotion focus coping untuk mengurangi tegangan emosi yang muncul, serta ketiga informan juga tetap memilih untuk bertahan dengan tidak
melakukan perceraian. Pada akhirnya ketiga informan sama-sama mampu menyesuaikan diri pada peristiwa negatif.
Hasil dari strategi koping dalam penelitian ini bisa digeneralisasikan saat menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan intermittent explosive
disorder, kleptomania, pyromania, pathological gambling, trichotillomania, impulse-control disorder not otherwise specified. Dalam DSM IV TR,
gangguan-gangguang tersebut masuk dalam spektrum yang sama yaitu gangguan yang berkaitan dengan kontrol impuls. Individu dalam gangguang
kontrol impuls sama-sama mengalami kegagalan untuk menahan dorongan atau godaan untuk melakukan tindakan yang berbahaya bagi diri sendiri atau orang
lain. Setelah melakukan tindakan ini, individu tidak menyesal atau menyalahkan diri pada perbuatan yang dilakukannya American Psychiatric
Association, 2000. Apapun bentuk permasalahan yang diakibatkan dari gangguan kontrol
impuls, ada kemungkinan bahwa individu akan melakukan pola strategi koping yang sama seperti saat menghadapi permasalahan perjudian. Pertama-tama
individu akan melakukan problem focus coping dan selanjutnya merespon dengan emotion focus coping. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan
problem focus coping tidak berhasil membantu atau mengubah perilaku maladaptif dari gangguan tersebut. Apabila tidak berhasil, individu mungkin
meresponnya dengan emotion focus coping untuk mengurangi tegangan emosi dan tegangan yang muncul akibat gagalnya problem focus coping.