PengaruhGender Terhadap Kesehatan Reproduksi Perempuan

g. Pengaruh media. Pesan-pesa di media tentang apa yang dilakukan laki-laki dan perempuan banyak yang bias gender. Banyak media mengekspose ibu rumah mengurus anak dan rumah tangga, sedangkan ayah bekerja di kantor. Banyak iklan oleh perempuan tentang kosmetik, kebersihan, mencuci. Sedangkan laki-laki mengiklankan mobil, direktur, eksekutif muda. h. Pengaruh kognitif. Teori perkembangan kognitif. Penentuan gender gender typing pada anak-anak terjadi setelah mereka mengembangkan suatu konsep tentang gender. Sekali mereka secara konsisten menyadari diri mereka sebagai anak laki-laki atau perempuan, anak-anak sering mengorganisasikan diri mereka atas dasar genderWidyastuti, et al. 2009.

7. PengaruhGender Terhadap Kesehatan Reproduksi Perempuan

Menikah pada usia muda bagi perempuan berdampak negatif terhadapkesehatannya. Namun, menikah di usia muda kebanyakan bukanlah keputusan mereka, melainkan karen ketidakberdayaan isu gender. Di beberapa tempat di Indonesia, kawin muda dianggap sebagai takdir yang bisa ditolak. Perempuan tidak berdaya untuk memutuskan kawin dan dengan siapa mereka akan menikah. Keputusan pada umumnya ada di tangan laki-laki; ayah ataupun keluarga laki-laki lainnya. Contoh lainnya, perempuan tidak diperbolehkan bepergian sendiri atau tidak diperkenankan diperiksa petugas kesehatan laki-laki. Di beberapa tempat, ada keluarga yang kurang ikhlas mengeluarkan biaya untuk pelayanan kesehatan bagi anggota keluarganya yang perempuan. Sebaliknya, tidak demikian halnya untuk pelayanan kesehatan bagi anggota keluarganya yang laki-laki. Padahal Universitas Sumatera Utara perempuan dan laki-laki mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama dalam mencari pelayanan kesehatan, terutama bila tempatnya jauh, transportasi sulit, atau pada jam periksa yang tidak nyaman. Kapasitas perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukkan bahwamereka memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Perempuan memerlukan kemampuan untuk mengendalikan fertilitas dan melahirkan dengan selamat, sehingga akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas sepanjang siklus hidupnya sangat menentukan kesejahteraan dirinya. Ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender mempunyai pengaruh besar terhadap jumlah perempuan yang meninggal atau sakit karena hamil dan bersalin. Megapa demikian ? karena perempuan tidak diperlakukan adil dan setara dengan laki-laki. Jika perempuan tidak diperkenankan ikut serta dalam pengambilan keputusan mengenai kesehatan dirinya, maka hal ini akan sangat berdampak pada kondisi kesehatan reproduksinya. Misalnya perempuan sama sekali tidak bisa mengambil keputusan sendiri untuk menentukan persiapan biaya dan kebutuhan : Antenatal Care ANC, persalinan, perawatan paska persalinan serta persiapan pelayanan gawat darurat. Kesehatan reproduksi perempuan menjadi terpuruk karena perempuan tidak berdaya dan tidak mempunyai pengaruh, baik dalam rumah tangga maupun di masyarakat. Kesehatan perempuan juga terpuruk karena akses ke pelayanan kesehatan yang tidak setara dengan laki-laki. Ditambah lagi perempuan sering kali kekurangan gizi, berpendidikan rendah, pekerjaan terbatas dan berpenghasilan rendah. Perpaduan semua ini membuat kaum perempuan semakin sulit Universitas Sumatera Utara memperoleh kondisi kesehatan yang optimal sesuai dengan hak-hak reproduksinya. Oleh sebab itu untuk mengurangi keterpurukan kesehatan perempuan, partisipasi laki-laki dalam promosi kesehatan ibu dan anak harus merupakan salah satu program prioritas. Untuk pemberdayaan laki-laki dan perempuan dalam kesehatan reproduksi, pemahaman tentang hak-hak reproduksi juga sangat diperlukan Ramadhani, 2009.

8. Partisipasi Laki-laki Terhadap Kesehatan Reproduksi Perempuan