Prosedur Penelitian Metode dan Alat Pengumpulan Data

44 Selain itu, peneliti mendatangi rumah para ibu yang tinggal di sekitar rumah peneliti untuk diminta kesediaanya berpartisipasi dalam penelitian ini. Cara lain yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan subjek adalah dengan meminta informasi dari rekan peneliti, dan menitipkan skala pada mereka untuk dibagikan pada ibu-ibu yang sesuai dengan kriteria penelitian. Ibu yang menjadi subjek dalam penelitian ini belum tentu ibu dari anak yang memiliki sejarah kekerasan seksual intrafamilial. Akan tetapi, pada penelitian ini mereka dikondisikan anaknya mengalami kekerasan seksual melalui vignette deskripsi kasus yang dipaparkan.

E. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini penggunaan metode eksperimen bertujuan untuk mengkondisikan subjek sebagai ibu yang menerima laporan dan mengetahui bahwa anaknya mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayahnya. Pengkondisian tersebut dilakukan sebab subjek penelitian belum tentu ibu dari anak yang mengalami kekerasan seksual. Untuk mendapatkan kondisi yang demikian, peneliti memberikan perlakuanstimulus pada subjek berupa pemaparan deskripsi kasus kekerasan seksual vignette yang terjadi pada anak. Adapun prosedur pelaksanaan eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Peneliti melakukan random assignment dengan cara memasukkan deskripsi kasus kekerasan seksual yang sudah dimanipulasi beserta kuesioner ke dalam sebuah amplop. 45 2. Setelah itu, amplop-amplop tersebut diacak dan dibagikan kepada subjek. Dalam tahap ini sekaligus berfungsi untuk mengurangi bias penelitian dengan metode double blind. Yang dimaksud dengan double blind adalah peneliti tidak mengetahui subjek akan mendapatkan manipulasi kasus yang seperti apa dan dan subjek juga tidak mengetahui ia akan mendapat kasus yang seperti apa. 3. Setelah menerima satu paket kuesioner, subjek kemudian akan menjumpai dan diminta memahami deskripsi kasus tentang kekerasan seksual intrafamilial. Selanjutnya subjek diminta mengisi 3 pertanyaan terbuka untuk mengetahui respon terhadap kasus tersebut dan mengisi skala dukungan ibu terhadap anak yang mengalami kekerasan seksual. 4. Jika kuesioner telah diisi secara lengkap, peneliti memperkenankan subjek untuk memasukkan kembali kuesioner ke dalam dan diserahkan pada peneliti dalam keadaan amplop tertutup.

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dipakai peneliti untuk mendapatkan data yang akan diselidiki. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan skala dukungan ibu dan menggunakan stimulus sosial mengenai kasus kekerasan seksual anak vignette. 46 1. Vignette kasus kekerasan seksual anak Vignette didefinisikan sebagai deskripsi tentang seseorang atau situasi sosial yang berisi referensi faktor-faktor penting untuk pengambilan keputusan oleh subjek penelitian. Deskripsi tersebut dapat menghasilkan beberapa versi dari variabel-variabel bebas yang dimanipulasi AlexanderBecker, 1978. Dalam penelitian ini, vignette menggambarkan kasus kekerasan seksual dari orang dewasa kepada anak dengan memanipulasi variabel jenis kelamin laki-laki atau perempuan dan usia anak 6 atau 15 tahun, serta hubungan anak dengan pelaku kekerasan ayah kandung atau ayah tiri sesuai tujuan penelitian yang akan dicapai. Vignettedisusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada literature sebelumnya yang juga menggunakan vignetteMaynard Wiederman, 1997.Tujuan penggunaan vignette adalah untuk menstandarisasi stimulus sosial bagi subjek penelitian dalam membuat keputusan terhadap kasus yang digambarkan. 2. Skala Maternal Self-Report Support Questionaire MSSQ Skala MSSQ merupakan skala dukungan ibu terkait kekerasan seksual yang terjadi pada anak. Skala ini dikembangkan oleh Smith, Sawyer, Jones, Cross, McCart, dan Ralston 2010. Skala digunakan untuk melihat persepsi ibu terhadap perilakunya dalam 3 domain terkait dengan dukungan terhadap kekerasan yang di alami anak. Domain tersebut terdiri dari kepercayaan pada anak, dukungan emosional, dan tindakan perlindungan yang dipilih berdasarkan 47 domain alat ukur yang sudah ada sebelumnya sepertiParental Reaction to Incest Disclosure Scale, Parental Reaction Questionaire dan literatur klinis. Skala MSSQ ini dikembangkan di Amerika dan telah di uji cobakan kepada 264 ibu dari anak yang pernah mengalami kekerasan seksual. Partisipan diambil dari Lembaga Perlindungan Anak di Amerika. Skala terdiri 2 faktor yang masing-masing terdiri dari 7 item, yaitu faktor Dukungan Emosional dan faktor MenyalahkanKeraguan. Kedua faktor memiliki konsistensi internal yang dapat diterima sebesar 0.76 untuk faktor 1 dan 0.71 untuk faktor 2 Smith et al., 2010. Skala terdiri dari 14 item pernyataan, disini partisipan diminta untuk memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri ketika dihadapkan pada kasus kekerasan seksual dengan cara memberikan tanda silang X pada rentang 0 pernyataan sangat tidak sesuai dengan saya sampai 6 pernyataan sangat sesuai dengan saya. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden pada faktor I, menunjukkan bahwa ibu memiliki dukungan emosional yang tinggi. Sedangkan semakin tinggi skor yang diperoleh responden pada faktor II, menunjukkan semakin tingginya tingkat keraguan dan menyalahkan anak. Kedua 2 faktor memiliki korelasi yang negatif, sehingga tingkat dukungan emosional yang tinggi pada ibu terkait dengan tingkat yang lebih rendah dari kesalahan dan keragu-raguan pada anak. 48 Peneliti menggunakan skala ini dikarenakan skala terbukti valid dan reliabel dalam mengukur dukungan ibu terhadap anak yang mengalami kekerasan seksual Smith, et al., 2010 Dalam pemakaian skalaMaternal Self-Report Questionaire MSSQ, proses yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Memberitahu kepada author melalui email untuk memohon ijin menggunakan skalanya di Indonesia. b. Melakukan proses penerjemahan tiap item skala. c. Skala diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh 3 tenaga ahli, yaitu: 1. Nicolaus Teguh Budi Harjanto. Beliau adalah Dosen Universitas Paramadina Jakarta dan pernah tinggal di Amerika selama 4 tahun. Dipilih dengan pertimbangan pernah tinggal di Amerika dan memahami bahasa Inggis-Amerika sesuai dengan lokasi skala MSSQ pertama kali dikembangkan. 2. Johanes Yudha Kurniawan, ia adalah Sarjana Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Lulus tahun 2007. Dipilih sebagai penerjemah karena lulusan dari Sastra Inggris tentunya memahami konteks bahasanya. 3. Siti Khodriah yang merupakan seorang pekerja sosial yang bekerja di Rifka Annisa Woman Crisis Centre, Yogyakarta. Dipilih karena latar belakang profesinya yang memang terbiasa menangani kasus 49 kekerasan seksual, sehingga memiliki pemahaman yang lebih banyak terkait dengan kasus ini. Alasan peneliti meminta bantuan 3 ahli tersebut untuk menerjemahkan agarhasil terjemahan lebih obyektif. d. Setelah skala diterjemahkan kemudianhasil dari terjemahan didiskusikan dengan dosen pembimbing sampai disepakati bentuk terjemahan yang sesuai dengan aslinya. Tahap ini disebut dengan tahap validitas isi menggunakan professional judgement. e. Di samping itu, peneliti juga melakukan survei awal kepada 15 orang ibu untuk melihat kesesuaian konteks dan bahasa pada tiap pernyataan dalam skala. Tujuan diadakannya survei awal ini adalah untuk mengetahui adanya kemungkinan kesulitan dalam memahami kalimat dalam skala. f. Dari survei awal, diketahui ada 4 item yang menurut subjek masih kurang jelas isi pernyataannya, sehingga peneliti melakukan perbaikan tata bahasa dalam pernyataan tanpa mengubah makna pernyataan aslinya. 3. Kuesioner dengan pertanyaan terbuka Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui secara lebih mendalam reaksi ibu yang berupa pikiran, perasaan, dan kemungkinan tindakan ketika dihadapkan pada kasus kekerasan seksual yang terjadi pada anak. Tiga pertanyaan dalam kuesioner tersebut adalah: a. Apa yang Anda pikirkan setelah mendengar cerita anak? b. Apa yang Anda rasakan setelah mendengar cerita anak? 50 c. Apakah yang akan Anda lakukan setelah mendengar cerita anak?

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data