Korban Kekerasan Seksual Dinamika Dukungan Ibu Terhadap Kekerasan Seksual Intrafamilial Pada

35

D. Korban Kekerasan Seksual

Definisi korban secara umum tercantum dalam Undang-undang No 13 Pasal 1 ayat 2 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban yang menegaskan bahwa korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, danatau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. Suhandjati menyebutkan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai korban kekerasan apabila menderita kerugian fisik, mengalami luka dan kekerasan psikologis, dan trauma emosional dalam Fuadi, 2011. Dalam setiap kasus kekerasan, usia anak mengacu pada rumusan yang terdapat dalam Undang-undang Perlindungan Anak No. 23 tahun 2002, yang menjelaskan bahwa kategori anak adalah mereka yang berusia 0-18 tahun. Oleh karena itu, yang dimaksud korban kekerasan seksual anak adalah anak dengan usia 0-18 tahun yang menerima tindakan kekerasan seksual tanpa persetujuan dari anak dan anak mengalami dampak kekerasan tersebut.

E. Dinamika Dukungan Ibu Terhadap Kekerasan Seksual Intrafamilial Pada

Anak Ditinjau Dari Usia Anak, Jenis Kelamin Anak, Hubungan Anak dengan Pelaku Kekerasan, Serta Sejarah Kekerasan Seksual Pada Ibu Kekerasan seksual intrafamilial merupakan bentuk aktivitas seksual yang dilakukan oleh figur ayah pada anak dengan tujuan untuk mencapai kepuasan seksual oleh pelakunya Lovett, 1995; Sirles Franke, 1989. Kekerasan seksual dapat terjadi pada berbagai usia anak, level ekonomi, dan 36 budaya Modelli et al., 2011.Terdapat bukti bahwa kekerasan seksual mempengaruhi anak perempuan dan laki-laki Rogers Davies, 2007. Kekerasan seksual intrafamilial antara ayah dengan anak seringkali terjadi, namun sayangnya tidak semua kasus kekerasan seksual tersebut terungkap Browman dkk., 2003. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah kekhawatiran korban terhadap kecenderungan munculnya respon negatif dari orang lain yang menerima pengungkapan Bolen, 2002; Paine Hansen, 2002. Pada kasus kekerasan seksual dalam ranah intrafamilial diketahui bahwa ibu merupakan tempat utama pengungkapan pengalaman kekerasan seksual pada anak Ullman, 2003; Paine Hansen, 2001. Dukungan ibu atau bantuan yang diberikan dalam bentuk kepercayaan pada anak mengenai kekerasan yang terjadi, dukungan emosional, dan tindakan perlindungan yang diambil oleh ibu terhadap anak Smith, Sawyer, Jones, Cross, McCart, Ralston, 2010; Bolen, 2002; Corcoran, 1998; Herriot, 1996 diyakini penting dalam menentukan mekanisme coping yang diambil anak untuk mengatasi masalah ini Smith et al., 2010. Selain itu, dukungan sosial yang diberikan oleh orangtua, sanak saudara, atau teman diketahui dapat mempengaruhi kesehatan psikologis dan penyesuaian diri anak dan remaja Feiring, Taska, Lewis, 1998. Diketahui ketika kekerasan seksual terjadi dalam ranah intrafamilial menyebabkan ibu seringkali dihadapkan dengan kondisi penuh dilemma. Di 37 satu sisi, ibu berperan untuk tetap mendampingi pasangannya yang telah melakukan kekerasan, tetapi di sisi lainnya ibu memiliki tanggung jawab terhadap keadaan anak dan memulihkan kembali kondisi kejiwaan anak pasca kekerasan seksual yang terjadi Kartini Kartono, 1992. Hal ini menyebabkan ibu memiliki tingkat dukungan yang beragam terhadap anak yang mengalami kekerasan seksual intrafamilial. Lebih lanjut diketahui bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat dukungan ibu tersebut. Dalam review literaturnya, Elliot Carnes 2001 menyimpulkan penelitian yang berfokus pada variabel yang mempengaruhi dukungan ibu terhadap kekerasan seksual anak masih perlu diperdalam. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan ibu. Faktor-faktor tersebut ialah usia anak, jenis kelamin anak, hubungan ibu dengan pelaku kekerasan, dan sejarah kekerasan masa anak-anak pada ibu Elliot Carnes, 2001 dalam Cyr, et al., 2003. Pada variabel usia dan jenis kelamin anak, hasil dari penelitian sebelumnya masih inkonsisten. Dari 6 studi yang dilakukan, 3 studi menunjukkan bahwa anak yang berusia lebih muda mendapatkan dukungan lebih banyak dari ibu daripada anak usia remajaPintelo Zuravin, 2001; Sirles Franke, 1989; Lyon-Kouloumpos-Lenares, 1987. Sedangkan 3 studi yang lain tidak menemukan adanya hubungan antara usia anak dengan dukungan yang diberikan ibu pada anak, artinya usia tidak berpengaruh 38 terhadap dukungan dari ibu Cyr, Wright, Toupin, Martinez, McDuff, Theriault, 2003; Herriot, 1996; Everson, Hunter, Runyan, Edelsohn, Coulter, 1989. Pada variabel jenis kelamin anak, terdapat hasil yang belum konsisten kaitannya dengan dukungan ibu. Beberapa peneliti menemukan bahwa anak laki-laki lebih dipercayai dan dilindungi daripada anak perempuan Salt, Myer, Coleman, Sauzier, 1990; LyonKoumpoulos-Lenares, 1987, sedangkan peneliti yang lain menjelaskan bahwa jenis kelamin anak tidak berhubungan dengan dukungan ibu terhadap anak Sirles Franke, 1989; Herriot, 1996; Bolen, 1998; Everson, et al., 1989. Pada variabel karakteristik pelaku kekerasan juga diketahui berpengaruh terhadap dukungan ibu terhadap anak. Beberapa peneliti menemukan ketika pelaku kekerasan memiliki hubungan dekat dengan anak menyebabkan ibu menjadi kurang percaya dan melindungi anak Herriot, 1996; Salt et al., 1990; Sirles Franke, 1989. Ditambahkan pula oleh Cyr et al. 2003 bahwa ketika kekerasan intrafamilial atau pelaku berasal dari dalam keluarga baik ayah biologis atau ayah tiri dari anak, hal ini menyebabkan ibu kurang dapat memberikan dukungan pada anak. Hal yang bertentangan, ditemukan oleh De Young 1994 yang menunjukkan bahwa ibu lebih mempercayai dan mendukung anak ketika pelaku kekerasan adalah ayah dari anak parental incest. 39 Sedangkan pada variabel sejarah kekerasan yang terjadi pada ibu di masa anak-anak, para peneliti dan klinisi memperkirakan bahwa ibu dengan sejarah kekerasan seksual memiliki kesulitan yang cukup kuat untuk mendukung anaknya yang juga mengalami kekerasan seksual Cyr et al., 2003. Asumsi ini didukung oleh hasil penelitian Gomes-Schwartz, Horowitz, Cardarelli; De Jong dalam ElliotCarnes, 2001 yang menemukan kurangnya dukungan yang diberikan pada anak ketika ibu memiliki sejarah kekerasan seksual pada masa kanak-kanaknya. Sementara itu, beberapa peneliti tidak menemukan hubungan yang signifikan antara sejarah kekerasan seksual pada ibu dengan dukungan yang diberikannya pada anak Deblinger, Faller, Leifer, Myer, Sas dalam Cyret al., 2003, Elliot Carnes, 2001. Disisi lain, Morrison Clavenna-Valleroy dalam Cyr et al., 2003 menunjukkan bahwa ibu dengan sejarah kekerasan seksual lebih dapat memberikan dukungan pada anaknya. Dengan adanya ketidakkonsistenan hasil diatas maka Elliot Carnes 2001 menyarankan untuk dilakukan penelitian lanjutanguna mempelajari faktor jenis kelamin korban, usia korban, hubungan ibu dengan pelaku kekerasan, serta sejarah kekerasan pada masa anak-anak pada ibu. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan melalui survei dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kecenderungan pemberian dukungan ibu terhadap anak yang mengalami kekerasan seksual serta mempelajari perbedaan tingkat dukungan ibu ditinjau dari jenis kelamin anak, usia anak, 40 hubungan ibu dengan pelaku, serta sejarah kekerasan seksual pada ibu. Hasil penelitian diharapkan bisa memberikan informasi baru terkait dengan dukungan ibu terhadap kekerasan seksual anak jika ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan ibu tersebut.

F. Pertanyaan dan Hipotesis Penelitian