4.5 Proses Penjernihan Air Sungai Dengan Filter Karbon Aktif Kayu Bakau
Penjernihan air sungai menggunakan filter karbon aktif kayu bakau optimum. Air jernih yang dihasilkan kemudian diuji beberapa parameternya. Hasil pengujian air
sungai setelah dijernihkan dengan filter karbon aktif kayu bakau dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Air Sungai Tamiang Setelah Dijernihkan dengan Filter Karbon Aktif Kayu Bakau
Parameter Uji
Satuan Hasil Pengujian Air
Sungai Permenkes RI
Nomor 416 Tahun 1990
Permenkes RI Nomor 492
Tahun 2010 Sebelum
dijernihkan Setelah
diFilter Karbon
Aktif a. Fisika
Suhu TDS
Kekeruhan Warna
Bau Rasa
o
C mgL
NTU Pt.Co
- -
27,8 56,0
68,0 344
Tdk berbau Tdk berasa
27,8 75
1 6,5
Tdk berbau Tdk berasa
Suhu Udara ± 3
o
C 1500
25 50
Tidak berbau Tidak berasa
Suhu Udara ± 3
o
C 500
5 15
Tidak berbau Tidak berasa
b. Kimia
pH Besi
Aluminium -
mgL mgL
7,49 2,29
11,3 7,07
0,04 0,09
6,5 – 9,0
1,0 -
6,5 – 8,5
0,3 0,2
Tabel 4.8 menunjukkan penurunan kekeruhan dari 68 NTU menjadi 1 NTU, warna sebesar 98,11 dari 344 TCU menjadi 6,5 TCU, logam Besi Fe sebesar
98,25 dari 2,29 mgL menjadi 0,04 mgL dan logam Aluminium sebesar 99,20 dari 11,3 mgL menjadi 0,09 mgL. Sedangkan pH dan suhu sudah berada pada
keadaan normal sebesar 7,07 dan 27,8
o
C.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengujian penjernihan air sungai menggunakan filter karbon aktif kayu bakau untuk parameter-parameter suhu, TDS, kekeruhan, warna, bau, rasa, pH,
kandungan logam besi Fe dan kandungan logam Aluminium Al telah sesuai dan memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416
Tahun 1990 Tentang Air Bersih dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 Tentang Air Minum.
4.6 Proses Penjernihan Air Sungai Tamiang dengan Proses Elektro-koagulasi dan Filter Karbon Aktif Kayu Bakau
Setelah selesai dilakukan proses elektrokogulasi, selanjutnya air jernih hasil elektrokoagulasi disaring lagi dengan menggunakan filter karbon aktif kayu bakau.
Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Air Sungai Setelah Proses Elektrokoagulasi dan Filter Karbon Aktif Kayu Bakau
Parameter Uji
Satuan Hasil Pengujian Air Sungai
Permenkes RI Nomor 416
Tahun 1990 Permenkes RI
Nomor 492 Tahun 2010
Sebelum dijernihkan
Setelah diFilter
Karbon Aktif
Setelah EC +
Filter Karbon
Aktif a. Fisika
Suhu TDS
Kekeruhan Warna
Bau Rasa
o
C mgL
NTU Pt.Co
- -
27,8 56,0
68,0 344
Tdk berbau Tdk berasa
27,8 75
1 6,5
Tdk berbau Tdk berasa
28,2 70
1 3,7
Tdk Berbau Tdk berasa
Suhu Udara ± 3
o
C
1500 25
50 Tidak berbau
Tidak berasa
Suhu Udara ± 3
o
C
500 5
15 Tidak berbau
Tidak berasa
b. Kimia
pH Besi
Aluminium -
mgL mgL
7,49 2,29
11,3 7,07
0,04 0,09
7,26 0,026
0,131 6,5
– 9,0 1,0
- 6,5
– 8,5 0,3
0,2
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 menunjukkan penurunan warna sebesar 43,07 dari 6,5 TCU menjadi 3,7 TCU, konsentrasi logam Fe sebesar 35 dari 0,04 mgL menjadi 0,026
mgL. Parameter kandungan Aluminium mengalami peningkatan 31,29 dari 0,09 mgL menjadi 0,131 mgL. pH dan suhu sudah berada pada ambang standar normal
sebesar 7,26 dan 28,2
o
C, sedangkan kekeruhan tetap sebesar 1 NTU.
Konsentrasi logam Aluminium Al pada air hasil penjernihan dengan proses elektrokoagulasi dan filter karbon aktif kayu bakau mengalami kenaikkan bila
dibandingkan dengan air hasil penjernihan dengan mengunakan filter karbon aktif kayu bakau saja. Hal ini karena penjernihan air melalui proses elektrokoagulasi
menggunakan lempeng Aluminium sebagai elektroda. Sehingga ketika proses elektrokoagulasi berlangsung terjadi reaksi reduksi dimana logam-logam akan
direduksi dan diendapkan di kutub negatif, sedangkan elektroda positif Aluminium akan teroksidasi menjadi [AlOH
3
] yang berfungsi sebagai koagulan. Selanjutnya koagulan inilah yang mampu mengikat kontaminan dan partikel-partikel dalam air.
Keberadaan koagulan-koagulan ini menyebabkan naiknya kandungan Aluminium di dalam air.
Pengujian parameter TDS, kekeruhan, warna, dan kandungan logam besi Fe pada proses penjernihan air sungai Tamiang dengan menggunakan filter karbon aktif
kayu bakau melalui proses elektrokoagulasi menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada penjernihan air sungai Tamiang dengan menggunakan filter karbon aktif kayu
bakau saja. Namun kedua hasil uji proses penjernihan itu masih sesuai dan memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416
Tahun 1990 Tentang Air Bersih dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 Tentang Air Minum.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpukan bahwa : 1.
Kayu bakau dapat diolah menjadi karbon aktif dan karbon aktif yang dihasilkan dari kayu bakau telah memenuhi standar SNI No. 06-3730-1995 untuk
parameter-parameter kadar air 4,25 standar SNI No. 06-3730-1995 maksimum 4,5 , kadar zat mudah menguap 9,88 standar SNI No. 06-3730-
1995 maksimum 15 , kadar abu 2,44 standar SNI No. 06-3730-1995 maksimum 2,5 , kadar karbon 87,68 standar SNI No. 06-3730-1995
minimum 80 . 2.
Pengujian karakteristik kadar air, kadar zat mudah menguap, kadar abu, kadar karbon untuk karbon aktif kayu bakau yang besarnya nilai mendekati
SNI Nomor 06-3730-1995 diperoleh pada suhu aktivasi
500
o
C. Sehingga dapat tarik kesimpulan bahwa suhu aktivasi optimum karbon aktif kayu bakau diperoleh
pada suhu 500
o
C. 3.
Air sungai Tamiang yang dijernihkan dengan menggunakan filter karbon aktif kayu bakau hasil ujinya untuk parameter-parameter suhu 27,8
o
C, TDS 75 mgL, kekeruhan 1 NTU, warna 6,5 TCU, bau, rasa, pH 7,07, kandungan Fe 0,04
mgL, kandungan Al 0,09 mgL telah sesuai dan memenuhi standar air bersih dan air minum.
4. Air sungai Tamiang yang dijernihkan dengan proses elektrokoagulasi dan filter
karbon aktif kayu bakau hasil ujinya untuk parameter-parameter suhu 28,2
o
C, TDS 70 mgL, kekeruhan 1 NTU, warna 3,7 TCU, bau, rasa, pH 7,26,
kandungan Fe 0,026 mgL, kandungan Al 0,131 mgL telah sesuai dan memenuhi standar air bersih dan air minum. Penjernihan air sungai dengan
Universitas Sumatera Utara