jika masih ada tutup drum ditutup kembali, tidak dibenarkan menggunakan air untuk mematikan bara yang sedang menyala karena dapat menurunkan kualitas karbon yang
dihasilkan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994.
Pembuatan karbon aktif  dengan metode ini biasanya menghasilkan keaktifan yang rendah bahkan di bawah keaktifan menurut standar industri Indonesia SII, hal
ini  disebabkan  proses  pembentukan  karbon  aktif  tidak  memungkinkan  terbentuknya pori-pori dengan baik.
2.4.1.2 Metode yang diperbaharui
Metode  pembuatan  karbon  aktif  yang  diperbaharui  dilakukan  dengan  dua tahap  yaitu tahap pengarangan karbonisasi dan tahap pengaktifan aktivasi, dalam
metode  ini  bahan  baku  dipanaskan  dengan  jumlah  udara  seminimal  mungkin  agar rendemen  yang  dihasilkan  cukup  besar.  Hasil  yang  diperoleh  dengan  metode  ini
berupa karbon yang memberi keaktifan dan rendemen yang cukup besar.
Pada  proses  pengaktifan  terjadi  pemecahan  ikatan  hidrokarbon  atau mengoksidasi molekul-molekul pada permukaan karbon sehingga pori-pori atau 1uas
permukaan  menjadi  lebih  besar.  Metode  pengaktifan  yang  umum  digunakan  dalam pembuatan karbon aktif ada dua cara, yaitu pengaktifan secara kimia dan pengaktifan
secara fisika. Sembiring, 2003.
2.4.1.2.1  Proses Kimia
Bahan  baku  dicampur  dengan  bahan-bahan  kimia  tertentu,  kemudian  dibuat padat.  Selanjutnya  padatan  tersebut  dibentuk  menjadi  batangan  yang  dikeringkan
serta dipotong-potong. Aktivasi dilakukan pada temperatur 100 ºC. Arang aktif yang dihasilkan, dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan pada temperatur 300 ºC dengan
Universitas Sumatera Utara
proses  kimia,  bahan  baku  dapat  dikarbonisasi  terlebih  dahulu,  kemudian  dicampur dengan bahan-bahan kimia.
2.4.1.2.2  Proses Fisika
Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut digiling, diayak untuk  selanjutnya diaktivasi dengan  cara  pemanasan pada temperatur 900 ºC
yang disertai dengan pengaliran uap. Proses fisika banyak digunakan dalam aktivasi arang antara lain :
a.   Proses Briket  yaitu bahan baku atau arang terlebih dahulu dibuat briket, dengan cara  mencampurkan  bahan  baku  atau  arang  halus  dengan  ter.  Kemudian,  briket
yang  dihasilkan  dikeringkan  pada  suhu  550  ºC  untuk  selanjutnya  diaktivasi dengan uap.
b.   Destilasi  kering  yaitu  merupakan  suatu  proses  penguraian  suatu  bahan  akibat adanya pemanasan pada  temperatur tinggi  dalam  keadaan sedikit  maupun  tanpa
udara.  Hasil  yang  diperoleh  berupa  residu  yaitu  arang  dan  destilat  yang  terdiri dari  campuran  methanol  dan  asam  asetat.  Residu  yang  dihasilkan  bukan
merupakan  karbon  murni,  tetapi  masih  mengandung  abu  dan  ter.  Hasil  yang diperoleh  seperti  methanol,  asam  asetat  dan  arang  tergantung  pada  bahan  baku
yang digunakan dan metoda destilasi Sembiring, 2003.
Diharapkan daya serap karbon aktif  yang dihasilkan sama atau lebih baik dari pada  daya  serap  karbon  aktif  yang  diaktifkan  dengan  menyertakan  bahan-bahan
kimia.  Dengan  cara  ini,  pencemaran  lingkungan  sebagai  akibat  adanya  penguraian senyawa-senyawa  kimia  dari  bahan-bahan  pada  saat  proses  pengarangan  dapat
dihindari. Selain itu, dapat dihasilkan asap cair sebagai hasil pengembunan uap hasil penguraian senyawa-senyawa organik dari bahan baku.
Universitas Sumatera Utara
Sembiring 2003, ada empat hal yang dapat dijadikan batasan dari penguraian komponen kayu yang terjadi karena pemanasan pada proses destilasi kering, yaitu :
a. Batasan A adalah suhu  pemanasan sampai 200 ºC. Air yang terkandung dalam
bahan  baku  keluar  menjadi  uap,  sehingga  kayu  menjadi  kering,  retak-retak  dan bengkok. Kandungan karbon lebih kurang 60 .
b. Batasan  B  adalah  suhu  pemanasan  antara  200
o
C-280ºC.  Kayu  secara  perlahan- lahan  menjadi  arang  dan  destilat  mulai  dihasilkan.  Warna  arang  menjadi  coklat
gelap serta kandungan karbonnya lebih kurang 70 . c.
Batasan C adalah suhu pemanasan antara 280-500 ºC. Pada suhu ini akan terjadi karbonisasi  selulosa,  penguraian  lignin  dan  menghasilkan  ter.  Arang  yang
terbentuk berwarna hitam serta kandungan karbonnya meningkat menjadi 80 . Proses pengarangan secara praktis berhenti pada suhu 400 ºC.
d. Batasan  D  adalah  suhu  pemanasan  500  ºC,  terjadi  proses  pemurnian  arang,
dimana pembentukan ter masih terus berlangsung. Kadar karbon akan meningkat mencapai 90 . Pemanasan di atas 700 ºC, hanya menghasilkan gas hidrogen.
Sembiring  2003  mengemukakan  secara  umum  dan  sederhana  proses pembuatan arang aktif terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1 Dehidrasi yaitu proses penghilangan air dimana bahan baku dipanaskan sampai
temperatur 170 ºC. 2
Karbonisasi yaitu pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon. Suhu di atas 170 ºC akan menghasilkan CO, CO
2
. 3
Aktivasi yaitu dekomposisi ter dan perluasan pori-pori. Dapat dilakukan dengan uap atau CO dan asam asetat. Pada suhu 275 ºC, dekomposisi menghasilkan ter,
methanol  dan  hasil  samping  lainnya.  Pembentukan  karbon  terjadi  pada temperatur 400-600 ºC sebagai aktivator.
Proses  aktivasi  merupakan  hal  yang  penting  diperhatikan  disamping  bahan baku  yang  digunakan.  Yang  dimaksud  dengan  aktivasi  adalah  suatu  perlakuan
Universitas Sumatera Utara
terhadap  arang  yang  bertujuan  untuk  memperbesar  pori  yaitu  dengan  cara memecahkan  ikatan  hidrokarbon  atau  mengoksidasi  molekul-molekul  permukaan
sehingga  arang  mengalami  perubahan  sifat,  baik  fisika  maupun  kimia,  yaitu  luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorbsi.
Metode aktivasi yang umum digunakan dalam pembuatan arang aktif adalah :
1  Aktivasi Kimia
Aktivasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia. Aktifator yang digunakan adalah bahan-bahan
kimia  seperti  hidroksida  logam  alkali,  garam-garam  karbonat,  klorida,  sulfat,  fosfat dari  logam  alkali  tanah  dan  khususnya  ZnCl
2
,  asam-asam  anorganik  seperti  H
2
SO
4
dan H
3
PO
4
.
2  Aktivasi Fisika
Aktivasi  ini  merupakan  proses  pemutusan  rantai  karbon  dari  senyawa  organik dengan  bantuan  panas,  uap  dan  CO
2
.  Umumnya  arang  dipanaskan  di  dalam  tanur pada  temperatur  800  ºC  -  900  ºC.  Oksidasi  dengan  udara  pada  temperatur  rendah
merupakan  reaksi  isotherm  sehingga  sulit  untuk  mengontrolnya.  Sedangkan pemanasan dengan uap atau CO
2
pada temperatur tinggi merupakan reaksi endoterm sehingga lebih mudah dikontrol dan paling umum digunakan.
Sifat  karbon aktif  yang  paling penting adalah daya serap.  Dalam hal  ini,  ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a.  Sifat Adsorben
Karbon    aktif  yang  merupakan  adsorben  adalah  suatu  padatan  berpori,  yang sebagian  besar  terdiri  dari  unsur  karbon  bebas  dan  masing-masing  berkaitan  secara
kovalen.  Dengan  demikian,  permukaan  arang  aktif  bersifat  non  polar.  Selain komposisi  dan  polaritas,  struktur  pori  juga  merupakan  faktor  yang  penting
diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori- pori  arang  aktif  mengakibatkan  semakin  luas  besar.  Dengan  demikian  kecepatan
adsorbsi  bertambah.  Untuk  meningkatkan  kecepatan  adsorbsi,  dianjurkan  agar menggunakan arang aktif  yang telah dihaluskan.  Jumlah atau dosis arang  aktif  yang
digunakan juga harus diperhatikan.
b.  Sifat Serapan
Banyak  senyawa  yang  dapat  diadsorpsi  oleh  arang  aktif,  tetapi kemampuannya  untuk  mengadsorpsi  berbeda  untuk  masing-masing  senyawa.
Adsorbsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama, seperti deret homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus
fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.
c.  Temperatur
Dalam  pemakaian  arang  aktif  dianjurkan  untuk  mengamati  temperatur  pada saat  berlangsungnya  proses.  Faktor  yang  mempengaruhi  temperatur  proses  adsorbsi
adalah  viskositas  dan  stabilitas  termal  senyawa  serapan.  Jika  pemanasan  tidak mempengaruhi  sifat-sifat  senyawa  serapan,  seperti  terjadi  perubahan  warna  maupun
dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatile, adsorbsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur
yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
d.  pH Derajat Keasaman
Untuk asam-asam organik, adsorbsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan  penambahan  asam-asam  mineral.  Ini  disebabkan  karena  kemampuan  asam
mineral  untuk  mengurangi  ionisasi  asam  organik  tersebut.  Sebaliknya  bila  pH  asam organik  dinaikkan  yaitu  dengan  menambahkan  alkali,  adsorbsi  akan  berkurang
sebagai akibat terbentuknya garam.
e.  Waktu Kontak
Bila  arang  aktif  ditambahkan  dalam  suatu  cairan,  dibutuhkan  waktu  untuk mencapai  kesetimbangan.  Pengadukan  juga  mempengaruhi  waktu  singgung.
Pengadukan  dimaksudkan  untuk  memberikan  kesempatan  pada  partikel  arang  aktif untuk  bersinggungan  dengan  senyawa  serapan.  Untuk  larutan  yang  mempunyai
viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama. Sembiring, 2003.
Semakin  lama  waktu  kontak  dapat  memungkinkan  proses  difusi  dan penempelan  molekul  adsorbat  berlangsung  lebih  baik.  Konsentrasi  zat-zat  organik
dan  logam  dalam  air  akan  turun  apabila  kontaknya  cukup.  Waktu  kontak  biasanya sekitar 10-15 menit.
2.4.2  Standar Kualitas Karbon Aktif
Kualitas karbon aktif tergantung jenis bahan baku, teknologi pengolahan, cara pengerjaan  dan  ketepatan  penggunaannya.  Oleh  karena  itu,  bagi  produsen  karbon
aktif  yang  perlu  diketahui  adalah  kualitas  apa  yang  ingin  dihasilkan  dengan menggunakan bahan baku yang ada, serta untuk apa tujuan karbon aktif tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Berbagai  versi  standar  kualitas  karbon  aktif  telah  dibuat  oleh  negara  maju seperti  Amerika,  Inggris,  Korea,  Jepang  dan  Jerman.  Indonesia  telah  membuat  pula
standar mutu karbon aktif menurut Standar Industri Indonesia yaitu             SII 0258-
79  yang  kemudian  direvisi  menjadi  SNI  06-3730-1995.  Meskipun  demikian, beberapa industri atau instansi membuat persyaratan sendiri dalam menerima kualitas
karbon  aktif  yang  ditawarkan,  misalnya  persyaratan  kualitas  menurut  Kementerian Kesehatan,  persyaratan  kualitas  bagi  pengolahan  minyak  bekas,  untuk  industri  gula,
monosodium glutamat, dan lain-lain. Beberapa persyaratan arang teknis ditunjukkan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Standar Kualitas Arang Aktif Teknis SNI Nomor 06-3730-1995
No Uraian
Satuan Pesyaratan
Butiran Serbuk
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
12 Bagian yang hilang pada pemanasan  950
o
C Air
Abu Bagian tidak mengarang
Daya serap terhadap I
2
Karbon aktif murni Daya serap terhadap benzena
Daya serap terhadap biru metilen Berat jenis curah
Lolos mesh 325 Jarak mesh
Kekerasan -
mgg
mgg gml
Maks. 15 Maks. 4,5
Maks. 2,5 Min. 750
Min. 80 Min. 25
Min. 60
0,45 – 0,55
- 90
90 Maks. 25
Maks. 15 Maks. 10
Min. 750 Min. 65
- Min. 120
0,3 – 0,35
Min. 90 -
-
Sumber : Arang Aktif Teknis SNI 06-3730-1995. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta, 1995
2.4.3  Prosedur Analisis Karbon Aktif
Analisis karbon aktif dilakukan terhadap  rendemen dan beberapa faktor yang dapat dijalankan sebagai penentu mutu karbon aktif yang dihasilkan. Metode analisis
didasarkan pada metode standar kecuali penentuan nilai rehidrasi.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3.1 Kadar air AOAC, 1971 dan SNI, 1995