2.2.1 Karakteristik Air Sungai Tamiang
Berdasarkan hasil pemantauan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Aceh Tamiang pada tanggal 5-8 Mei 2009 di delapan lokasi, ternyata
kualitas air sungai Tamiang menunjukkan kekeruhan yang sangat tinggi yaitu sebesar 124-176 Nephelometric Turbility Units NTU. Bahkan pada bulan Juni 2009
kekeruhan air sungai Tamiang mencapai angka 307-672 NTU. Sementara pada
kondisi hujan
kekeruhannya mencapai
450 NTU.
http:www.serambinews.com200906 .
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Bapedal Provinsi Aceh mengatakan, saat ini Bapedal Provinsi Aceh masih fokus ada pemantauan sungai
Tamiang karena melihat tingkat pencemaran lebih besar serta potensi kerusakan di hulu sungai, dimana dengan mudahnya masyarakat membuka perkebunan dan
pertanian sehingga penggunaan pestisida yang berbahan kimia mencemari air sungai. Di samping itu sungai Tamiang juga mengalami sendimentasi akibat material yang
berasal dari hulu sungai, seperti sungai Tenggulun, sungai di kawasan Pulau Tiga, dan Perlak.
http:www.rakyataceh.com201104 . Kekeruhan air sungai Tamiang
juga meningkat karena kerusakan hutan di sepanjang DAS yang diduga terjadi akibat penebangan
liar dan
pembukaan perkebunan
sawit. http:www.suara-
tamiang.com201106 .
.
2.2.2 Pencemaran Air Sungai Tamiang
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas
air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. PP Nomor 20 Tahun 1990.
Universitas Sumatera Utara
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, danatau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan. Permen LH Nomor 01 Tahun 2010.
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan Bapedal Provinsi Aceh pada enam titik mulai dari hulu sungai hingga ke hilir, ternyata diketahui sungai Tamiang di
Kabupaten Aceh Tamiang telah tercemar limbah yang berasal dari bahan kimia pertanian seperti insektisida dan pestisida. Berasal dari industri pabrik kelapa sawit
dan limbah organik dari aktifitas rumahtangga, aktifitas pertanian dan perkebunan. Disana ada 11 unit pabrik kelapa sawit, walaupun limbahnya terlebih dahulu diolah,
karena banyaknya pabrik maka potensi pencemaran tetap tinggi. Saat ini Bapedal Provinsi Aceh masih fokus pada pemantauan sungai Tamiang karena melihat tingkat
pencemaran lebih besar serta potensi kerusakan di hulu sungai, dimana dengan mudahnya masyarakat membuka perkebunan dan pertanian sehingga penggunaan
pestisida yang
berbahan kimia
mencemari air
sungai. http:www.rakyataceh.com201104
.
2.2.3 Pengolahan Air Sungai Tamiang