Hubungan antara Kesukaan Mendengarkan Musik Pop dengan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015

(1)

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Aang Arwani Aminuloh 108013000070

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

A B S T R A K

AANG ARWANI AMINULOH, 108013000070: Hubungan antara Kesukaan Mendengarkan Musik Pop dengan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Tujuan penelitian ini yaitu memperoleh data dan mendeskripsikan hasil temuan terkait kesukaan mendengarkan musik pop dengan kemampuan menulis puisi siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 April sampai dengan 16 Mei 2015 di SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan, Banten. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan tes. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pengambilan data dengan angket dan tahap pengambilan data dengan tes.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan mendengarkan musik pop dengan kemampuan menulis puisi. Hal ini dapat dibuktikan melalui indeks korelasi “r” product moment, di mana rxy sama dengan 0,89 (0,887) berada antara posisi 0,70 –

0,90 yang berarti antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi, dengan kontribusi sebesar 79,21% sedangkan sisanya 20,79% ditentukan oleh faktor lain.

Jika dikonversi ke rtabel pada taraf signifikansi 5% diperoleh harga

sebesar 0,396, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh harga sebesar 0,505. Kriteria pengajuan ialah jika rhitung ≥ dari rtabel maka Ha

diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika rhitung ≤ dari rtabel maka Ha ditolak

dan Ho diterima. Ternyata rxy yang besarnya 0,887 lebih besar dari rtabel.

Karena rxy lebih besar dari rtabel, maka hipotesis alternatif diterima dan

hipotesis nihil ditolak.

Jadi, terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan mendengarkan musik pop dengan kemampuan menulis puisi siswa kelas XI semester genap SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.


(6)

ii

A B S T R A C T

AANG ARWANI AMINULOH, 108013000070: Relationship between Pop Music Listening Passions with Poetry Writing Ability in Class XI of the student of SMK Muhammadiyah 3 South Tangerang academic year 2014/2015. Education majors Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

The purpose of this study is to obtain data and describe findings related to the habit of listening to pop music with the ability to write poetry in class XI of the student of SMK Muhammadiyah 3 South Tangerang school year 2014/2015.

The research was conducted on April 27 until May 16, 2015 at SMK Muhammadiyah 3 South Tangerang, Banten. The method used is quantitative method. The subjects were students of class XI SMK Muhammadiyah 3 South Tangerang.

Data collection techniques used are questionnaires and tests. The research was conducted in two stages, namely data collection phase, with questionnaires and data collection phase with the test.

The research conclude that there is a significant relationship between the habit of listening to pop music with the ability to write poetry. This can be evidence through correlation index "r" product moment, where rxy is equal to 0.89 (0.887) are the positions of 0.70 to 0.90, which means

between variables X and Y there is a strong correlation or high, with a contribution of 79.21% while the remaining 20.79% is determined by other factors.

If converted to rtable at significance level of 5% was obtained a

price of 0.396, while the 1% significance level of 0.505 was obtained price. Submission criteria is if rcount ≥ of rtable then Ha Ho accepted and

rejected, otherwise if rcount ≤ of rtable then rejected and Ha Ho accepted. It

turns out that the amount of 0,887 rxy greater than rtable. Because rxy greater

than rtable, then the alternative hypothesis is accepted and the null

hypothesis is rejected.

So, there is a significant relationship between the habit of listening to pop music with the ability to write poetry class XI student of SMK Muhammadiyah 3 South Tangerang.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena skripsi yang berjudul: Hubungan antara Kebiasaan Mendengarkan Musik Pop dengan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 telah selesai disusun. Shalawat dan salam semoga tercurah selalu kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari partisipasi dan kontribusi belbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Makyun Subuki, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Elvi Susanti, M.Pd. selaku dosen Penasehat Akademik yang selalu sedia memberikan masukan dan motivasi agar segera menyelesaikan studi ini.

4. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan arahan, dorongan, dan semangat agar skripsi ini cepat selesai.

5. Seluruh dosen di lingkungan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah berbagi ilmu dan pengetahuan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun tidak mengurangi rasa hormat penulis kepadanya.

6. Rachmat Kartolo, SE., M.Si. selaku kepala sekolah SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan, yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah, sehingga skripsi ini dapat selesai.


(8)

7. Ibunda tercinta Hj. Miah Nurahmi dan Ayahanda KH. Yusmanda, S.Pd. yang senantiasa memberikan doa, dukungan, serta motivasi yang tiada henti kepada penulis. Terima kasih pula telah sabar menunggu putramu ini untuk lulus. Juga kepada kedua kakak penulis yaitu teh Neneng dan teh Nina Rahmawati (teh Elin), mudah-mudahan kakak bisa jadi panutan yang baik bagi kami sebagai adik. Juga kepada kedua adik penulis yang penulis sayangi, yaitu Lita Alawiyah dan Endah Sri Rahayu, kalian ialah permata hidup keluarga, terus maju kedua adikku demi masa depan yang lebih baik. Pun keponakan penulis yaitu Nurul dan Fatmah, kalian jangan pernah menyerah untuk belajar. Teruslah belajar, kelak Allah SWT akan tunjukkan jalan terbaik-Nya.

8. Para sahabat PBSI B angkatan 2008, penulis menyampaikan terima kasih kepada Fuji Lestari, S.Pd., Aristiawati, S.Pd., Silvia Ratna Juwita, S.Pd., Ariyadih, S.Pd., Muhammad Yusuf Prasetyo, S.Pd., Ersha Udiantara, S.Pd., Ainnur Ulum Sugiarto, dan Junaedi Abdullah. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan kebahagiaan, tidak hanya dunia tapi juga akhirat.

9. Seluruh siswa kelas XI Akuntansi SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan yang telah bersedia membantu penulis. Semoga kalian bisa belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga cita-cita dan harapan kalian terwujud.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, baik secara langsung atau tidak, dapat balasan yang berlipat dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, tiada mawar yang tak berduri, yang berarti skripsi ini pun masih jauh dari kata sempurna. Namun begitu, penulis berharap skripsi ini bermanfaat adanya.

Jakarta, 22 Juni 2015 Aang Arwani Aminuloh


(9)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASAH SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Musik Pop ... 6

B. Puisi... 10

C. Kerangka Berpikir... 22

D. Penelitian yang Relevan ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 24

B. Pendekatan Penelitian ... 24

C. Desain Penelitian... 25


(10)

E. Populasi dan Sampel ... 26

F. Teknik Pengumpulan Data ... 27

G. Instrumen Penelitian ... 27

H. Teknik Analisis Data... 30

I. Hipotesis ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 34

B. Deskripsi Data ... 36

C. Pengujian Hipotesis... 74

D. Interpretasi Data ... 77

BAB V PENUTUP... 79

A. Simpulan ... 79

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA... 80 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Puisi... 30 Tabel 3.4 Pedoman Interpretasi Terhadap Angka Indeks Korelasi “r”

Product Moment... 31 Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan Tahun

Pelajaran 2014/2015 ... 35 Tabel 4.2 Saya suka mendengarkan musik pop ... 36 Tabel 4.3 Mendengarkan musik pop itu sangat menyenangkan hati saya... 37 Tabel 4.4 Setelah mendengarkan musik pop, saya selalu memperoleh

kepuasan tertentu sehingga saya bahagia dan tidak stress... 37 Tabel 4.5 Saya selalu meluangkan waktu khusus untuk mendengarkan

musik pop ... 38 Tabel 4.6 Saya selalu mendengarkan musik pop setiap harinya ... 38 Tabel 4.7 Saya sering mendengarkan musik pop daripada menonton serial

drama televise ... 39 Tabel 4.8 Saya sering mengunjungi situs video youtube.com hanya untuk

mendengarkan musik pop dari artis idola saya... 39 Tabel 4.9 Saya merasa selalu lebih rileks dan senang ketika berlama-lama

mendengarkan musik pop di rumah ... 40 Tabel 4.10 Jika saya senggang, saya selalu menyempatkan waktu untuk

mendengarkan musik pop, baik itu dari televisi, radio, maupun

hand phone saya... 40 Tabel 4.11 Saya sering merasa rugi jika waktu senggang saya tersita begitu

saja tanpa mendengarkan musik pop... 41 Tabel 4.12 Jika saya dihadapkan pada dua pilihan antara bermain game di

komputer dan mendengar musik pop, maka saya sering memilih

untuk mendengar musik pop ... 41 Tabel 4.13 Saya sering mendengarkan musik pop sebelum tidur ... 42 Tabel 4.14 Pengetahuan dan kosa kata saya kadang-kadang menjadi lebih


(12)

x

Tabel 4.15 Lirik lagu musik pop yang menginspirasi, sering saya abadikan

dalam bentuk tulisan, seperti puisi ... 43

Tabel 4.16 Saya kadang-kadang membuat puisi setelah saya mendengarkan musik pop tertentu yang berkesan di hati saya ... 43

Tabel 4.17 Hasil Kebiasaan Mendengarkan Musik Pop ... 44

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Variabel Kebiasaan Mendengarkan Musik Pop... 45

Tabel 4.19 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 47

Tabel 4.20 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 48

Tabel 4.21 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 49

Tabel 4.22 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 50

Tabel 4.23 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 51

Tabel 4.24 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 52

Tabel 4.25 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 53

Tabel 4.26 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 54

Tabel 4.27 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 55

Tabel 4.28 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 56

Tabel 4.29 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 57

Tabel 4.30 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 58

Tabel 4.31 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 59

Tabel 4.32 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 60

Tabel 4.33 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 61

Tabel 4.34 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 62

Tabel 4.35 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 63

Tabel 4.36 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 64

Tabel 4.37 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 65

Tabel 4.38 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 66

Tabel 4.39 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 67

Tabel 4.40 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 68

Tabel 4.41 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 69


(13)

xi

Tabel 4.43 Analisis Kemampuan Menulis Puisi ... 71 Tabel 4.44 Hasil Kemampuan Menulis Puisi... 72 Tabel 4.45 Distribusi Frekuensi Variabel Kemampuan Menulis Puisi ... 73 Tabel 4.46 Distribusi Korelasi antara Kebiasaan Mendengarkan Musik Pop


(14)

xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Desain Penelitian ... 25 Diagram 4.1 Persentase Pengaruh Kebiasaan Mendengarkan Musik Pop


(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ttabel dan rtabel dengan taraf signifikansi 1%

Lampiran 2 ttabel dan rtabel dengan taraf signifikansi 5%

Lampiran 3 Angket Kebiasaan Mendengarkan Musik Pop Lampiran 4 Tes Kemampuan Menulis Puisi

Lampiran 5 Hasil Angket Lampiran 6 Hasil Angket Lampiran 7 Hasil Angket

Lampiran 8 Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi Siswa Lampiran 9 Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi Siswa Lampiran 10 Hasil Tes Kemampuan Menulis Puisi Siswa

Lampiran 11 Dokumentasi saat Mengisi Angket dan Menulis Puisi Lampiran 12 Lirik Lagu Jangan Bilang Bilang


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Sekarang ini kenyataan bahwa para pelajar menyukai puisi adalah hal yang sulit dijumpai. Di kalangan pelajar sendiri, mencipta puisi dianggap sukar. Jalan pintasnya adalah mereka lebih memilih menulis update status di Facebook atau Twitter, ketimbang menulis puisi. Hal tersebut tentu sebagai salah satu efek dari kemajuan teknologi yang begitu pesat, dan para pelajar terlena untuk itu. Hal tersebut kemudian memunculkan pribadi-pribadi baru pada kalangan pelajar, yaitu mereka lebih tertutup, antisosial, dan cenderung berani mengungkapkan kekesalan pada seseorang tidak pada orangnya langsung, melainkan mengungkapkannya di akun media sosial.

Tren media sosial juga merambah pada lahirnya budaya baru yang sulit untuk ditolak, yaitu lahirnya budaya foto sendiri atau selfie. Selfie seolah jadi kesukaan baru yang hukumnya wajib di kalangan pelajar. Dengan menggunakan aplikasi tertentu, semisal B612, maka hasil foto selfie yang diproduksi menjadi terlihat tidak natural, kulit terlihat lebih putih dari aslinya, dan membuat mereka terlihat lebih anggun. Anehnya, walaupun itu tidak natural, mereka sangat menyukainya.

Pertanyaannya kemudian, mau dibawa ke mana masa depan perpuisian di Indonesia? Bagaimana cara membangkitkan gairah pelajar pada puisi? Apakah akan dibiarkan begitu saja para pelajar berselfie ria dan melakukan aktivitas yang sebenarnya kurang bermanfaat? Tentu itu adalah pekerjaan rumah bagi siapapun yang memilih profesi sebagai guru bahasa Indonesia di sekolah. Guru bahasa Indonesia dituntut untuk melek teknologi dan tren yang sedang berkembang di kalangan pelajar masa kini.

Uniknya, musik adalah salah satu saluran yang tidak pernah lekang dimakan waktu. Musik pop, atau musik populer, masih menjadi primadona


(17)

bagi sebagian besar pelajar. Musik pop menjadi bagian dari kesukaan mereka sehari-hari.

Sebagai gambaran, bahwa tidak ada pelajar sekarang ini, terutama untuk taraf sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan, yang tidak memiliki telepon cerdas. Dalam telepon cerdas yang mereka miliki, selalu ada musiknya. Musik pop tentu menjadi prioritas.

Ini bisa jadi jalan terang bagi pelajar untuk menyukai puisi. Tentu pemanfaatannya tidak secara praktis membuat pelajar itu suka terhadap puisi, melainkan perlu pembiasaan yang berkesinambungan. Namun begitu, guru bahasa Indonesia bisa memanfaatkan kesukaan mereka mendengarkan musik pop ini sebagai media pembelajaran pada materi puisi.

Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian. Penelitian yang didasarkan pada pertanyaan apakah ada hubungan antara kesukaan mendengarkan musik pop dengan kemampuan siswa menulis puisi, dengan judul skripsi: Hubungan antara Kesukaan Mendengarkan Musik Pop dengan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

1. Kesukaan mendengarkan musik pop sangat familier di kalangan pelajar, khususnya pelajar SMK kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

2. Kesukaan mendengarkan musik pop tidak lekang dimakan zaman, ia selalu hadir dan up to date di kalangan pelajar, khususnya bagi pelajar kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

3. Menulis puisi masih dianggap sulit di kalangan pelajar, khususnya pelajar kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.


(18)

4. Ada peluang bahwa musik pop bisa menjadi media alternatif dalam pembelajaran puisi yang efektif untuk merangsang dan mendorong pelajar mencipta puisi.

5. Diperlukan latihan yang berkesinambungan untuk menjadikan menulis puisi sebagai kebutuhan pada pelajar kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

6. Guru bahasa Indonesia berperan penting dan strategis dalam membentuk perilaku pelajar, mengarahkannya pada kemampuan pelajar menulis puisi, khususnya pada pelajar kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

C.

Pembatasan Masalah

Mengacu pada identifikasi masalah di atas, maka demi terarahnya penelitian ini, penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti, yakni: 1. Subjek penelitian ialah siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang

Selatan semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

2. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu angket untuk mengukur kesukaan mendengarkan musik pop, dan tes untuk mengukur kemampuan menulis puisi.

D.

Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana hubungan antara kesukaan mendengarkan musik pop dengan kemampuan menulis puisi siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015?


(19)

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini difokuskan pada dua hal, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tjuan umum dari penelitian ini ialah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kesukaan mendengarkan musik pop dengan kemampuan menulis puisi siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015.

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu memperoleh data dan mendeskripsikan hasil temuan terkait kesukaan mendengarkan musik pop dengan kemampuan menulis puisi siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015.

F.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat yang cukup signifikan, terutama untuk siswa, guru, dan sekolah tempat penulis melakukan penelitian ini. Secara umum, bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata tentang kemampuan siswa dalam hal mendengarkan musik pop dan kaitannya dengan kemampuan menulis puisi, khususnya pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015.

Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan medium atau alat ukur untuk mempertimbangkan media alternatif mendengarkan musik pop sebagai media pembelajaran menulis puisi, terutama untuk guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan menjadi tolok ukur untuk membuat kebijakan-kebijakan dalam menyusun strategi pembelajaran dan kurikulum sekolah, sehingga membuahkan aturan yang tepat guna dan berdampak positif bagi siswa untuk ke depannya, khususnya dalam pembelajaran menulis puisi.


(20)

5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Musik Pop

1. Pengertian Musik Pop

Musik pop atau musik populer adalah nama bagi aliran musik yang didengar luas oleh pendengarnya dan kebanyakan bersifat komersial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musik pop adalah “musik dengan irama yang sederhana sehingga mudah dikenal dan disukai orang banyak (umum).”1 Karena sifatnya yang dikenal dan disukai orang banyak itulah, maka musik populer merupakan jenis musik yang sangat digemari oleh masyarakat. Musik jenis ini juga merupakan musik yang sesuai dengan keadaan zaman pada saat ini, sehingga sesuai dengan selera dan selalu enak untuk didengar di setiap telinga kebanyakan orang.

Rock and roll adalah cikal bakal musik pop, dan mengalami metamorfosis dalam bentuknya yang modern pada 1950-an. Istilah musik populer dan musik pop sering digunakan secara bergantian, meskipun yang pertama adalah deskripsi musik yang populer dan dapat termasuk gaya apapun, sedangkan yang terakhir adalah genre tertentu yang biasanya mengacu pada jenis musik yang lebih spesifik, misalnya suatu genre musik yang sedang berkembang, ditujukan untuk pendengar berusia muda.

Dengan demikian, dapat ditarik simpulan bahwa musik pop adalah suatu jenis musik yang ringan, bersifat komersil, mudah dikenali, disukai banyak orang, dan ditujukan untuk pendengar berusia muda.

1

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi ke-4, h. 1898.


(21)

2. Legenda Musik Pop

a) Legenda Musik Pop Dunia

Popularitas musik pop dunia tidak lepas dari nama Michael Joseph Jackson atau yang lebih dikenal Michael Jackson. Dia lahir di Indiana, AS, pada 29 Agustus 1958. Lima puluh tahun kemudian, dia meninggal di California, AS, pada 25 Juni 2009.

Sebagai legenda musik pop dunia, Michael Jackson dijuluki sebagai The King of Pop. Albumnya yang dirilis pada tahun 1982, yang berjudul Thriller, adalah album terlaris di dunia, dengan penjualan melebihi 104 juta kopi di seluruh dunia.

Pada awal tahun 1980-an, dia menjadi figur yang sangat dominan dalam musik pop dan musisi Afrika-Amerika pertama yang mempunyai pengaruh kuat di MTV, dan musik-musiknya yang berjudul Beat It, Billie Jean, dan Thriller selalu diputar dan dianggap telah mengubah video klip menjadi sebuah bentuk karya seni dan sebagai alat promosi untuk memopulerkan sebuah saluran televisi.

Pada tahun 1990-an, video-video milik Michael Jackson seperti

Black or White dan Scream membuat Jackson menjadi andalan utama MTV. Lewat penampilan panggung dan video-video klipnya, Michael Jackson mempopulerkan sejumlah teknik menari seperti robot dan

moonwalk, dan gerakan ini banyak ditiru oleh banyak penyanyi hip hop, pop, dan R&B di seluruh dunia.

Penghargaan-penghargaan yang telah dia raih, di antaranya adalah album terlaris dunia untuk Triller dengan angka penjualan tertinggi menembus 750 juta unit di seluruh dunia dan tiga belas Grammy Awards. Hidup Michael Jackson sangat terkenal di seluruh dunia, kariernya yang sukses, membuatnya menjadi bagian dari kebudayaan pop selama empat dekade, dan dia termasuk salah satu pria paling terkenal di dunia.


(22)

b) Legenda Musik Pop Indonesia

Membicarakan musik pop Indonesia tidak akan lepas dari yang namanya Koes Plus (dulunya Koes Bersaudara). Oleh karena itu, grup yang digawangi oleh alm. Tonny Koeswoyo ini disebut sebagai legenda musik pop Indonesia. Berdiri sejak tahun 1969, Koes Plus tidak luput dari permasalahan sosial dan politik Indonesia waktu itu, di mana pada masa Orde Baru, segala bentuk sindiran lewat musik adalah suatu pembangkangan pada penguasa. Maka tidak heran jika pada tahun-tahun itu, Koes Plus pernah mengenyam pahitnya hidup di balik jeruji besi karena lagu-lagunya yang dianggap mewakili aliran politik kapitalis.

Namun begitu, dalam perjalanannya, Koes Plus menjadi kiblat dari grup-grup lain pada zamannya, seperti grup Favourites, Panbers, Mercy's, D'Lloyd. Lagu Nusantara I (Volume 5), Oh Kasihku (Volume 6), Mari-Mari (Volume 7), Diana dan Kolam Susu ( Volume 8) merajai musik pop waktu itu. Puncak kejayaan Koes Plus terjadi ketika mereka mengeluarkan album Volume 9 dengan lagu yang sangat terkenal Muda-Mudi. Disusul lagu Bujangan dan Kapan-Kapan dari volume 10. Masih berlanjut dengan lagu Nusantara V dari album Volume 11 dan Cinta Buta dari album Volume 12.

Bersamaan dengan itu, Koes Plus juga mengeluarkan album pop Jawa dengan lagu yang dikenal dari tukang becak, ibu-ibu rumah tangga, hinga anak-anak muda, yaitu Tul Jaenak dan Ojo Nelongso. Belum lagi lagu mereka yang berirama Melayu seperti Mengapa, Cinta Mulia dan lagu keroncongnya yang berjudul Penyanyi Tua.


(23)

3. Fungsi Musik Pop

Fungsi musik pop secara umum adalah untuk pengembangan diri dan kreativitas. Secara khusus, musik pop memiliki fungsi sebagai berikut.

Pertama, fungsi pengungkapan emosional. Dalam hal ini, musik pop berfungsi sebagai suatu media bagi seseorang untuk mengungkapkan perasaan atau emosinya.

Kedua, fungsi penghayatan estetis. Karena musik pop adalah suatu karya seni. Suatu karya dapat dikatakan karya seni apabila dia memiliki unsur keindahan atau estetika di dalamnya. Melalui musik itu seseorang dapat merasakan nilai-nilai keindahan, baik melalui melodi ataupun dinamikanya.

Ketiga, fungsi hiburan. Musik memiliki fungsi hiburan mengacu kepada pengertian bahwa sebuah musik pasti mengandung unsur-unsur yang bersifat menghibur. Hal ini dapat dinilai saat seseorang mendengarkan musik, sejujurnya, saat mendengarkan itu siapa pun terhibur.

Keempat, fungsi komunikasi. Musik memiliki fungsi komunikasi yang berarti bahwa musik yang berlaku di suatu daerah tertentu mengandung isyarat-isyarat tersendiri yang hanya diketahui oleh masyarakat pendukung kebudayaan di daerah itu. Hal ini dapat dilihat dari teks atau liriknya.

Kelima, fungsi perlambangan. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek musik tersebut, misalnya tempo sebuah musik. Jika tempo sebuah musik lambat, maka kebanyakan teksnya menceritakan hal-hal yang menyedihkan. Sehingga musik itu melambangkan akan kesedihan.

Keenam, fungsi reaksi jasmani. Jika sebuah musik dimainkan, musik itu dapat merangsang sel-sel saraf manusia sehingga menyebabkan tubuh bergerak mengikuti irama musik tersebut. Jika musiknya cepat maka gerakan menjadi cepat, begitu pula sebaliknya.

Ketujuh, fungsi yang berkaitan dengan norma sosial. Musik berfungsi sebagai media pengajaran akan norma-norma atau peraturan-peraturan yang berlaku pada kelas-kelas sosial tertentu. Penyampaiannya kebanyakan melalui teks-teks nyanyian yang berisi aturan-aturan yang harus diikuti dan yang tidak, beserta akibat-akibatnya jika ada yang dilanggar.


(24)

B. Puisi

1. Pengertian Puisi

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis

yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan kata -poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter dalam Tarigan menjelaskan bahwa “kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta.”2 Dalam bahasa Yunani sendiri, kata

poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, puisi memiliki tiga varian pengertian, yaitu sebagai berikut.

“(1) Ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. (2) Gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna kusus. (3) Sajak.”3

Sementara itu, Sapardi Djoko Damono menyebut puisi sebagai “hasil upaya manusia untuk menciptakan dunia kecil dan „sepele’ dalam kata, yang bisa dimanfaatkan untuk membayangkan, memahami, dan menghayati dunia yang lebih besar dan lebih dalam.”4 Jacques Maritain (1977) seperti dikutip Bakdi Soemanto menyebut bahwa puisi adalah “the secret life of each and all

of the arts, another name for what Plato called mousikĕ atau puisi adalah inti dari setiap seni dan semua seni yang oleh Plato disebut mousikĕ.”5

2

Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Penerbit Angkasa, 1986), h. 4.

3

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi ke-4, h. 1112.

4

Bakdi Soemanto, Sapardi Djok o Damono: Karya dan Dunianya, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), h. 50.

5


(25)

Pengertian puisi menurut para ahli, terutama para penyair romantik Inggris, telah dikumpulkan oleh Shahnon Ahmad yang kemudian dikutip Pradopo sebagai berikut.6

a. Samuel Taylor Coleridge, puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.

b. Carlyle, puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.

c. Wordsworth, puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.

d. Auden, puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.

e. Dunton, puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur). f. Shelley, puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.

6

Rachmat Djoko Pradopo, Pengk ajian Puisi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1997), h. 6.


(26)

Dari definisi-definisi di atas tentang puisi dapat disimpulkan bahwa puisi adalah salah satu ragam sastra yang terdiri atas kata-kata yang tersusun secara artistik, yang timbul atas perasaan (emosi), penghayatan, dan ekspresi penulisnya.

2. Unsur Pembentuk Puisi

Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Berikut penjelasan mengenai lima unsur puisi tersebut.

a. Kata. Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata memiliki beberapa arti, yaitu sebagai berikut.

“(1) unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. (2) Ujar, bicara. (3) Morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.”7

b. Larik. Larik atau baris mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buah, tapi pada puisi baru tak ada batasan.

c. Bait. Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.

7


(27)

d. Bunyi. Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait, sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata.

Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.

e. Makna. Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.

Di samping lima unsur yang sudah dijelaskan di atas, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna, puisi dibangun pula atas enam fondasi, yaitu diksi, imaji, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi.

a. Diksi. Secara harfiah, diksi sering dipadupadankan dengan “pilihan kata”. Tidak salah memang, tapi persoalan pilihan kata itu tidak berhenti pada apa yang tersirat pada kata “pilihan” dan “kata”, namun jauh lebih luas dari itu. Gorys Keraf misalnya, menyatakan bahwa “istilah diksi bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide (gagasan), tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan.”8

8

Gorys Keraf, Dik si dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), Cetakan XVII, h. 24.


(28)

Fraseologi melingkupi masalah kata-kata dalam pengelompokan dan susunannya, atau yang menyangkut cara-cara khusus membentuk pelbagai ungkapan. Gaya bahasa sebagai konstituen dari diksi berhubungan akrab dengan istilah-istilah individual atau yang menjadi karakteristik sesorang dalam mengungkapkan pikirannya melalui bahasa tulis, atau yang memiliki nilai artistik tinggi.

Berkaitan dengan ungkapan, apakah ungkapan yang dibuat, atau setidaknya pilihan kata yang disuguhkan itu dapat diterima atau tidak oleh pembaca, atau malah diksi itu justru membuat suasana yang ada menjadi inkondusif. Dengan kata lain, pilihan kata atau diksi melingkupi pemilihan makna kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu ide, dengan memerhatikan pembentukan kelompok kata (frasa), gaya bahasa paling sesuai dan baik, serta ungkapan-ungkapan yang tepat sehingga kompatibel dengan segala situasi.

Diksi dalam literatur kebahasaan ada dua, yaitu denotatif dan konotatif. Denotatif secara etimologis diartikan sebagai “makna sebenarnya”,9

sedangkan konotatif dimaknai sebagai makna asosiatif yang timbul sebagai konsekuensi dari sikap kolektif masyarakat, pribadi, atau predikat tambahan yang disematkan pada suatu kata tertentu. Dengan demikian, konotatif sangat dipengaruhi oleh konteks atau lingkungan di mana kata tersebut ada.

b. Imaji. Imaji atau pengimajian pada dasarnya merupakan pencitraan, di mana kata-kata yang disajikan mampu mewakili keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca merasakan betul keadaan yang digambarkan itu, seolah-olah dia melihatnya. Hal ini memang bukan barang mudah, akan tetapi penggunaan kata-kata

9


(29)

yang besinonim, berantonim, metafora, atau personifikasi akan membantu mewujudkan hal itu.

c. Kata Konkret. Yang dimaksud kata konkret ialah kata yang sebenarnya menggambarkan situasi suatu peristiwa. Dengan kata konkret, pembaca diajak untuk empati dengan apa yang dilukiskan dalam puisi.

d. Majas. Majas dalam hal ini dikenal juga sebagai bahasa figuratif, yaitu bahasa yang digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak lazim. Maksudnya, bahwa bahasa yang dipakai itu tidak langsung menunjuk pada makna aslinya. Hal ini bertujuan agar puisi yang terbentuk menjadi lebih indah, lebih ambigu, yang berarti kaya akan makna. Majas yang biasanya dipakai untuk memperindah puisi itu ialah metafora, personifikasi, metonimi, sinekdoke, simile, hiperbola, metonimia, dan ironi.

e. Versifikasi. Rima, ritme, dan metrum biasa disebut sebagai versifikasi.

“Rima merupakan pengulangan bunyi untuk membentuk unsur musik (musikalitas) dalam puisi. Ritme berhubungan pula dengan pengulangan bunyi, tapi ia lebih luas, karena mencakup kata, frasa, dan kalimat. Ritme dikenal juga dengan irama, yaitu pergantian naik-turun, panjang-pendek, dan keras-lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Sementara itu, metrum atau matra ialah irama yang tetap pada puisi. Maksudnya, pergantian iramanya sudah ditentukan menurut pola tertentu. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah suku kata yang tetap, tekanan yang tetap, serta alunan suara menaik-menurun yang tetap pula. Dengan demikian, sifat metrum itu statis.”10

f. Tipografi. Pada puisi tertentu, sering dijumpai puisi itu memiliki bentuk yang unik. Bentuk unik puisi itu bukan tidak disengaja, karena dalam dunia perpuisian dikenal tipografi. Tipografi atau ukiran bentuk itu ialah tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata, dan bunyi sehingga menghasilkan bentuk fisik puisi tertentu yang

10


(30)

mampu mendukung isi, rasa, dan suasana. Dengan begitu, jelas bahwa fungsi tipografi ialah untuk keindahan indrawi serta pendukung makna.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa unsur pembentuk puisi secara sederhana dibentuk oleh lima unsur pokok, yaitu kata, larik, bait, bunyi, dan makna. Di samping itu, puisi dibangun pula atas fondasi lain, diksi, imaji, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi.

3. Jenis-jenis Puisi

Secara umum, puisi Indonesia terbagi ke dalam dua kategori, yaitu puisi lama dan puisi baru. Puisi lama atau puisi klasik yang termasyhur dengan aturan ketat dalam penulisannya seperti pantun, syair, dan gurindam.

a. Pantun. Pantun dikenal sebagai karya sastra yang memiliki karakteristik dengan kriteria: (1) terdiri atas empat larik (baris); (2) tiap larik terdiri dari delapan sampai sepuluh suku kata; (3) dua larik pertama disebut sampiran, dua larik berikutnya disebut isi; dan (4) bersajak akhir (rima) silang a-b-a-b. Persajakan akhir model ini, dalam pantun disebut abjad atau abab. Maksudnya bahwa bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga, dan bunyi baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat. Perhatikan contoh pantun berikut.

Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu

Bersenang-senang kemudian

b. Syair. Sebagai jenis puisi klasik, syair tentunya memiliki aturan yang ketat, yaitu setiap bait terdiri atas empat larik yang bersajak sama, isinya dapat berupa kisahan yang mengandung unsur mitos


(31)

maupun sejarah, atau merupakan ajaran agama. Contohnya ialah sebagaimana di bawah ini.

Rahman dan Rahim keduanya sifat Membawa suka menguraikan nikmat Melengkapi sekalian laut dan darat Besar dan kecil dunia akhirat

c. Gurindam. Gurindam adalah puisi lama yang dalam setiap bait terdiri dari dua baris. Baris pertama menyatakan perbuatan, baris kedua menyatakan akibat. Isinya berkutat pada nasihat, yang tentu saja dialamatkan bagi pembacanya. Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji merupakan salah satu gurindam paling familier. Berikut di antara cuplikannya.

...

Kalau terpelihara kuping Kabar yang jahat tiada damping

Awal diingat akhir tidak Alamat badan akan rusak

Apabila orang mudah mencacat Pekerjaan itu membuat sesat

Barang siapa meninggalkan salat Tiadalah hartanya beroleh berkat

Kurang pikir kurang siasat Tentu dirimu kelak tersesat


(32)

Jenis kedua selain puisi lama ialah puisi baru. Puisi ini tidak terikat aturan ketat alias bebas. Puisi baru ini sering disebut sebagai puisi modern, dan ragamnya pun banyak, di antaranya ada puisi berpola, puisi dramatik, puisi gelap, puisi prismatis, puisi diaphan, puisi kanak-kanak, puisi bebas, puisi mbeling, dan puisi prosais.

a. Puisi Berpola. Abdul Rozak Zaidin, dkk., dalam Kamus Istilah Sastra mendefinisikan puisi berpola sebagai “puisi yang pengaturan lariknya membentuk gambar tertentu sesuai dengan judul tema dan pesannya. Larik sajak dapat berupa sepatah kata atau beberapa kata yang mendukung gagasan tertentu.”11

Puisi berpola dikenal juga sebagai puisi konkret. Sesuai namanya, “berpola”, puisi ini memang memiliki pola-pola khusus dalam menyusun lariknya sehingga berbentuk geometris yang umum dikenal, yaitu belah ketupat, jajaran genjang, bulat telur, tanda tanya, tanda seru, atau bentuk lain yang geometris. Implikasinya, penggunaan bahasa sangat dibatasi, karena yang diperhatikan dalam pembuatan puisi ini ialah kedecakkaguman atau keutuhan visual yang bertujuan untuk mencuri perhatian pembaca.

Dengan demikian, banyak puisi berpola yang secara konvensional sulit untuk dibaca. Hal ini disebabkan karena puisi tersebut dikonstruksi dari satu kata atau frasa yang urutan hurufnya diubah-ubah secara sistematis guna membentuk suatu pola tertentu. Bahkan ada juga yang hanya terdiri dari potongan kata, suku kata yang tak bermakna, huruf yang berdiri sendiri, angka, atau tanda baca.

b. Puisi Dramatik. Dalam puisi ini, yang ditekankan ialah tikaian emosional atau situasi yang tegang, sehingga lahir suatu atmosfir yang dramatik. Lazimnya puisi dramatik, disertakan dialog,

11

Abdul Rozak Zaidin, dkk., Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), Cetakan IV, h. 160.


(33)

monolog, dengan menggunakan diksi yang kuat, atau awarima untuk memperoleh kualitas kedramatikan yang diharapkan.

c. Puisi Gelap. Disebut “gelap” karena pada jenis puisi ini, penulis puisi (penyair) menggarap karyanya dengan sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu karya yang memperlihatkan ketidakrelevanan antara satu kata dan kata lainnya, antara satu baris dan baris lainnya. Penciptaan yang demikian melahirkan kesukaran yang dalam bagi pembaca. Jangankan untuk menikmatinya dengan cara ingin mengetahui maksudnya apa, untuk sekedar pembacaannya saja, pembaca sudah dibuatkan pening, disebabkan tidak ada korelasi yang jelas antarkata, antarbaris dalam puisi tersebut. Maka sangat tepat bila kemudian predikat “puisi gelap” disematkan pada jenis puisi ini.

d. Puisi Prismatis. Sama seperti puisi gelap, puisi prismatis juga sukar untuk dipahami oleh pembacanya. Jika puisi gelap sulit dimengerti karena tiadanya korelasi antarkata, antarbaris, maka dalam puisi prismatis, dominansi penggunaan kata-kata kias, lambang atau simbol, dan kata berkonotasilah yang menyebabkannya mumet untuk pembaca. Terangnya, puisi prismatis dibangun oleh pengarangnya dengan menggunakan kata-kata yang penuh dengan kias, lambang atau simbol tertentu, atau dari kata-kata konotatif yang tingkat penggunaannya relatif intens.

e. Puisi Diaphan. Tidak seperti puisi prismatis yang mendayu-dayu dengan kata kias dan lain sebagainya, puisi diaphan justru memperlihatkan keluguan asli bahasanya. Ibarat ikan, prismatis itu arwana, sedangkan diaphan ialah mujair. Itu artinya, bahasa yang digunakan dalam puisi diaphan ialah bahasa sehari-hari yang sering dipergunakan dalam pergaulan sosial. Oleh sebab itu, puisi diaphan sering dikategorikan sebagai puisi dengan penggunaan bahasa yang terbuka, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya.


(34)

f. Puisi Kanak-kanak. Berdasarkan namanya, dapat diketahui bahwa objek atau sasaran dari puisi ini ialah kanak-kanak. Maka tak perlu mengernyitkan dahi (heran) jika diketahui bahwa isi puisi ini merupakan soal berhitung, permainan, teka-teki, dan yang bersifat mendidik. Perlu dikemukakan pula bahwa jenis puisi yang terdiri dari beberapa larik ini lazim dibacakan atau dinyanyikan kepada anak-anak, sehingga dalam pengklasifikasiannya, puisi ini tergolong ke tradisi lisan dalam kesusastraan.

g. Puisi Bebas. Puisi bebas tidak lebih dari puisi yang semau-maunya. Kemunculannya pun tidak lepas dari respon atas rival kuat pada masanya, yaitu puisi terikat. Puisi terikat, atau puisi lama, terbelenggu oleh bait, baris, rima, dan irama. Maka dengan adanya puisi bebas ini, puisi menjadi tidak terbelenggu lagi oleh aturan-aturan yang kaku tersebut. Dengan kata lain, puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh aturan rima, jumlah larik dalam setiap bait, dan jumlah suku kata dalam setiap lariknya.

h. Puisi Mbeling. Puisi mbeling sering dijuluki sebagai puisi main-main atau puisi lugu. Secara, puisi mbeling merupakan puisi ringan yang dibuat dengan maksud membebaskan rasa tertekan, gelisah, dan tegang yang dirasakan pengarangnya. Tak ayal jika kemudian puisi ini mengundang decak tawa dari pembacanya.

Hal ini tidak terlepas dari keringanan bahasa yang digunakan, juga pembawaan dari puisi mbeling sendiri yang selalu menginginkan pembacanya untuk berkelakar, tanpa maksud lain yang disembunyikan. Kekelakaran yang ditimbulkan dalam puisi ini lahir berkat kepiawaian penulisnya dalam meracik kata-kata, juga arti, bunyi, dan tifografinya. Kata “mbeling” sendiri terambil dari bahasa Jawa, yang artinya lebih kurang: nakal, sukar diatur, suka berontak, agak kurang ajar. Tak mengherankan bila dalam praktiknya, puisi mbeling merefresentasikan arti katanya itu.


(35)

Dalam puisi mbeling, apapun dapat dijadikan bahan penulisan puisi, dengan bahasa yang bagaimanapun: terserah. Hal inilah yang menjadikan puisi mbeling berbeda dengan puisi jenis lainnya.

Sungguhpun begitu, puisi mbeling dalam sejarahnya meupakan bagian dari gerakan mbeling yang dicetuskan oleh Remy Sylado, suatu gerakan yang dimaksudkan untuk mendobrak sikap rezim Orde Baru yang dianggap feodal dan munafik.12

i. Puisi Prosais. Seperti halnya prosa, puisi prosais disusun sedemikian panjang layaknya prosa biasa. Hanya saja, aturan dasar puisi, seperti adanya bait dan baris, tetap ada. Dengan demikian, wajahnya sebagai puisi prosais tetap masih bisa dibedakan dari karya prosa pada umumnya.

j. Puisi esai. Puisi esai adalah puisi yang ditulis berdasarkan fakta peristiwa tertentu dan dituangkan dalam bahasa komunikasi yang mudah dipahami. Puisi esai membedakan dirinya dengan puisi lirik yang memang lebih sering ditulis berdasarkan imajinasi, dan kerap menggunakan bahasa simbolik atau metafor-metafor yang sulit dipahami. Walaupun diangkat dari peristiwa faktual, puisi esai tetaplah fiksi. Fakta peristiwa hanya merupakan latar belakang dari cerita yang ingin dibangun oleh penulis puisi esai.

12

Remy Sylado, Puisi Mbeling, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2004), Cetakan I, dalam Sekapur Sirih, h. xi.


(36)

C. Kerangka Berpikir

Kesukaan mendengarkan musik pop adalah sesuatu yang lumrah yang sering dijumpai di kalangan pelajar. Seolah-olah menu wajib, setiap pagi, sore, kadang malam sebelum tidur, tidak hentinya musik pop menemani mereka. Hal tersebut menimbulkan spekulasi bahwa kesukaan mendengarkan musik pop mempengaruhi perilaku mereka secara umum, semisal pendengaran mereka yang menjadi kurang, lamban dalam merespon kawan bicara, dan cenderung asyik sendiri.

Namun, di balik perilaku mereka yang seperti itu, musik pop memiliki beberapa manfaat yang secara langsung maupun tidak, telah mengambil bagian dalam pengurangan stres di kalangan pelajar, membuat mereka lebih bahagia, dan musik pop menjadi inspirasi mereka untuk melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat, misalnya berkaya di bidang musik layaknya bintang pop yang mereka kagumi, atau hanya sekedar menulis puisi.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa musik pop memiliki daya tarik yang luar biasa bagi para pelajar. Ia bagaikan magnet yang mampu menarik banyak massa dan mengumpulkan mereka di satu titik. Contoh yang paling nyata dari kasus ini adalah saat diadakannya konser bintang pop muda dunia yaitu Justin Biber di Sentul Internasional Covention Center, Bogor pada Sabtu, 23 April 2011. Juga pada saat grup boy band asal Inggris yang beraliran pop, One Direction, mengadakan konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Rabu, 25 Maret 2015. Di sana dapat dilihat sejuta pasang mata anak muda, yang tidak lain adalah para pelajar itu sendiri, yang sangat gemar mendengarkan musik pop langsung dari penyayi aslinya.

Sayangnya, kesukaan mendengarkan musik pop di kalangan pelajar, tidak diimbangi dengan kesukaan mereka menulis puisi, padahal jika mereka tahu, sesungguhnya lirik lagu pada musik pop itu adalah puisi. Namun, karena anggapan bahwa puisi itu serius, sulit dibuat, menyebabkan mereka malas saat ada tugas menulis puisi. Hal tersebut tidak lepas dari pandangan bahwa puisi haruslah mengandung sesuatu yang bernilai dan estetis. Sementara untuk menciptakan kandungan itu, mayoritas siswa kebingungan harus memulainya


(37)

dari mana, dan menentukan kata pertama inilah hal yang paling sulit bagi kebanyakan mereka. Maka tidak heran jika menulis puisi adalah hal yang paling malas dilakukan siswa, terlebih jika siswa itu penguasaan kosa katanya kurang.

Padahal aslinya, menulis puisi tidaklah sesulit yang mereka bayangkan. Menulis puisi bisa mudah jika siswa dari awal menyukai aktivitas menulis. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa menulis puisi merupakan kegiatan menulis yang menyenangkan, karena dengan menulis, emosi, pikiran, dan apa yang terpendam dalam lubuk hati dapat tersalurkan sehingga tingkat stres dan depresi pada diri seseorang bisa termobilisasi dengan baik.

Aktivitas menulis puisi juga dipercaya mujarab untuk meningkatkan daya ingat, sehingga secara otomatis akan memperlambat seseorang dari kepikunan. Menulis puisi juga diyakini mampu meningkatkan produktivitas intelektual seseorang, sehingga tingkat kecerdasan seseorang dapat semakin hari semakin meningkat.

Secara logis, aktivitas menulis puisi akan sangat baik dilakukan seseorang jika seseorang itu khazanah pengetahuan dan kosa kata yang dikuasainya mumpuni, dan salah satu jalan untuk menjadi demikian ialah dengan mendengarkan musik. Oleh karena itu, semakin seseorang terbiasa dengan mendengarkan musik, semakin baik pula bagi sseorang itu dalam kemampuannya menulis puisi.


(38)

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yelchi Amnur, dengan judul “Hubungan Kemampuan Memahami Puisi dengan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 35 Padang” pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat, Padang, tahun 2014. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tiga hal sebagai berikut: (1) Siswa kurang mampu dalam memahami puisi. (2) Kurangnya kemampuan siswa dalam menggunakan tema, diksi dan citraan yang cocok dengan puisi. (3) Siswa lebih senang menghafal pengertian dan teori puisi daripada memahami puisi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kemampuan memahami puisi siswa kelas X SMP Negeri 35 Padang (2) mendeskripsikan keterampilan menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang dan (3) mendeskripsikan hubungan kemampuan memahami puisi dengan keterampilan menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang.Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang, dengan sampel berjumlah 32 orang. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui dua jenis tes yaitu tes objektif dan tes menulis. Tes objektif digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan memahami puisi sedangkan tes menulis digunakan untuk mengumpulkan data keterampilan menulis puisi.Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan hal-hal berikut. Pertama, rata-rata tingkat kemampuan memahami puisi siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang berada pada kualifikasi baik (83,25%). Kedua, rata-rata keterampilan menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang berada pada kualifikasi baik (78,95%). Ketiga, terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan memahami puisi dengan keterampilan menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 35 Padang.


(39)

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Srihayati Sianturi dengan judul “Hubungan Penguasaan Diksi terhadap Kemampuan Menulis Puisi oleh Siswa Kelas X SMA Mulia Pratama Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014” pada Jurusan Pendidikan dan Pengajaran Sastra Indonesia, Universitas Medan, tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan penguasaan diksi terhadap kemampuan menulis puisi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Mulia Pratama Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 yang berjumlah 120 orang siswa terbagi atas 4 kelas. Sampel diambil secara acak kelas yaitu kelas X- 1 yang berjumlah 30 orang. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif pilihan berganda serta penugasan. Dari pengolahan data diperoleh hasil penguasaan diksi dengan rata-rata = 69,79, standard deviasi = 9,21 dan termasuk pada kategori 10% sangat baik, 30% baik, cukup yakni 36,7% dari kategori sangat baik, 52,5% dari kategori baik, 10% dari kategori cukup dan 23% dari kategori kurang. Hasil kemampuan menulis puisi dengan rata-rata = 79,67 standard deviasi = 7,63 dengan 36,7% dari kategori sangat baik, 46,7% dari kategori baik, 13,3% dari kategori cukup, dan 3,3% dari kategori kurang. Dari uji data hasil penguasaan diksi dan kemampuan menulis puisi didapat kedua hasil berdistribusi normal. Dan dalam uji linearitas, data penelitian tersebut juga dinyatakan linear. Setelah melakukan uji persyaratan, yaitu uji normalitas dan uji linearitas maka dilakukan uji analisis data. Untuk mengetahui tingkat hubungan variabel X dan Y digunakan rumus korelasi Product Moment (rxy)

dari Carl Pearson. Diperoleh harga rxy= 0,816 yang lebih besar dari harga r

pada tabel Product Moment pada taraf signifikansi 5% (0,361) dan taraf signifikansi 1% (0,463). Maka persyaratan rxy > rtabel = (0,816> 0,361)

sehingga hipotesis dapat diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penguasaan diksi dengankemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Mulia Pratama Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014.


(40)

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Diah Ayu Kristina dengan judul “Hubungan antara Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Menulis Puisi” pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis puisi. Penelitian ini berbentuk Kuantitatif. Penelitian ini dilakukan mulai bulan November hingga April 2013. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SD/MI se-Kecamatan Andong, berdasarkan teknik simple random sampling didapat empat sekolah sebagai sampel penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes penguasaan kosakata dan tes kemampuan menulis puisi. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi sederhana dan regresi. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis puisi.


(41)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan yang beralamat di Jalan Dewi Sartika No. 4 Gang Nangka Cimanggis, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, 15411. Waktu penelitian berlangsung dari tanggal 27 April sampai dengan16 Mei 2015.

B.

Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu “suatu pendekatan yang didasarkan pada informasi numerik atau kuantitas-kuantitas, dan biasanya diasosiasikan dengan analisis-analisis statistik.”1 Dengan demikian, data penelitian akan diwujudkan dalam bentuk angka-angka dengan statistik.

Untuk mencari kepastian bahwa suatu hubungan antara variabel X dan variabel Y pada penelitian ini merupakan hubungan yang signifikan atau tidak, maka digunakanlah pendekatan korelasional. Pendekatan korelasional adalah “suatu pendekatan yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.”2

Dalam penjabarannya, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan “suatu pendekatan yang hanya menguraikan (to describe) mengenai sesuatu keadaan atau masalah.”3 Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan data-data yang diperoleh, dalam hal ini mendeskripsikan hubungan antara

1

Jane Sokes, How To Do Media and Cultural Studies: Panduan untuk Melak sanak an Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya, Santi Indra Astuti (Penerjemah), (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2007), Cetakan II, dalam Pengantar, h. xi.

2

Husein Umar, Metode Riset Ilmu Administrasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 40.

3

Rasdihan Rasyad, Metode Statistik Desk riptif untuk Umum, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), h. 6.


(42)

kesukaan mendengarkan musik pop dengan kemampuan menulis puisi siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

C.

Desain Penelitian

Penelitian ini didesain secara kuantitatif, sehingga data yang ada diolah menjadi angka-angka yang kemudian diinterpetasikan menggunakan rumus

product moment. Dengan demikian, maka penelitian ini juga menggunakan pendekatan korelasional, sebab di dalamnya mencari hubungan dua variabel, antara variabel X, yaitu kesukaan mendengarkan musik pop, dan variabel Y, yaitu kemampuan menulis puisi.

Data yang diolah kemudian dideskripsikan sehingga akan terlihat jelas ada atau tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y. Variabel X ialah variabel bebas, sedangkan variabel Y ialah variabel terikat. Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Diagram 3.1 Desain Penelitian

D.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah “objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.”4 Variabel diartikan juga sebagai “a property that takes on different values, a variable is a symbol which numeral or values

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendek atan Prak tik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 126.


(43)

are assigned, atau sesuatu yang mempunyai nilai berbeda, ia merupakan simbol yang dilambangkan dengan angka yang sudah ditetapkan.”5

Variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen, atau yang diwakili dengan variabel X, merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel lain dalam hal ini ialah variabel dependen, yang diwakili oleh variabel Y.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud variabel X dan variabel Y ialah sebagai berikut.

1. Variabel X: Kesukaan mendengarkan musik pop siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

2. Variabel Y: Kemampuan menulis puisi siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

E.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.”6 Populasi adalah “semua bagian atau anggota dari objek yang akan diamati. Populasi bisa berupa orang, benda, objek, peristiwa, atau apa pun yang menjadi objek dari penelitian.”7 Dalam penelitian ini, populasinya ialah siswa SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

Sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”8 Sampel adalah subunit populasi, atau sampel adalah “elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar kemampuan mewakilinya.”9 Dalam hal ini, sampelnya ialah siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan, yang berjumlah 25 orang.

5

W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2000), h. 42.

6

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 89.

7

Eriyanto, Tek nik Sampling Analisis Opini Publik, (Yogyakarta: LKiS, 2007), h. 61.

8

Arikunto, op.cit., h. 131.

9


(44)

F.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini ialah teknik angket, tes, dan dokumentasi.

1. Teknik Angket

Teknik angket digunakan untuk memperoleh data mengenai kesukaan mendengarkan musik pop. Dalam hal ini, siswa langsung mengisi angket sesuai petunjuk.

2. Teknik Tes

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan menulis puisi. Teknik tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”10

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang tersedia selama penelitian, seperti foto siswa ketika melakukan pengisian angket, nilai hasil angket dan tes, serta dokumen hasil tes siswa terbaik dan terburuk.

G.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan “alat pengumpul data yang disusun dengan kebutuhan untuk memperoleh data yang sesuai. Data tersebut nantinya diolah untuk menjadi informasi yang dapat menjelaskan suatu gejala atau hubungan antargejala.”11 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen penelitian variabel kesukaan mendengarkan musik pop (variabel X) dan instrumen variabel kemampuan menulis puisi (variabel Y).

10

Sudarwan Danim, Ibid., h. 127.

11


(45)

1. Instrumen Tes Kesukaan Mendengarkan Musik Pop a. Definisi Konseptual

Kesukaan merupakan sesuatu yang menarik minat hati. Sementara itu mendengarkan adalah suatu proses menangkap makna pesan dengan penuh perhatian, pemahaman, interpretasi lambang-lambang lisan, dan apresiasi untuk mendapatkan fakta, makna isi, serta mereaksi (merespon) atas makna yang terkandung di dalamnya. Musik pop sendiri merupakan suatu jenis musik yang ringan, bersifat komersil, mudah dikenali, disukai banyak orang, dan ditujukan untuk pendengar berusia muda.

Jadi, kesukaan mendengarkan musik pop adalah sesuatu yang menarik minat hati seseorang untuk mendengarkan suatu jenis musik yang mudah dikenali oleh pendengar usia muda.

b. Definisi Operasional

Kesukaan mendengarkan musik pop ialah skor jawaban angket siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

c. Kisi-kisi Instrumen Kesukaan Mendengarkan Musik Pop

Ukuran dalam tes kesukaan mendengarkan musik pop menggunakan angket, terdiri dari 15 pernyataan, dengan empat pilihan jawaban, yaitu SL (Selalu), SR (Sering), KK (Kadang-kadang), dan TP (Tidak Pernah). Skor untuk masing-masing jawaban secara berurutan sebagai berikut: 1 (SL), 2 (SR), 3 (KK), dan 4 (TP). (Lampiran 3)


(46)

2. Instrumen Tes Kemampuan Menulis Puisi a. Definisi Konseptual

Kemampuan merupakan kesanggupan seseorang dalam melaksanakan tugas yang diembankan kepadanya. Menulis adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol-simbol tersebut.

Puisi adalah salah satu ragam sastra yang terdiri atas kata-kata yang tersusun secara artistik, yang timbul atas perasaan (emosi), penghayatan, dan ekspresi penulisnya.

Jadi, kemampuan menulis puisi adalah kecakapan secara menyeluruh yang dimiliki oleh siswa, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan dalam mencatat gagasan ke dalam sebuah karya sastra yang dalam hal ini ialah puisi dengan penyajian dan bahasa sendiri sesuai dengan penghayatannya.

b. Definisi Operasional

Kemampuan menulis puisi ialah skor jawaban essay siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

c. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Menulis Puisi

Tes kemampuan menulis puisi didasarkan pada aktivitas mendengarkan musik pop yang dilakukan siswa. Mekanismenya ialah, pertama, siswa mendengarkan salah satu lagu yang berkategori musik pop, dalam hal ini peneliti menggunakan lagu Tiwi (mantan duo T2) yang berjudul

Jangan Bilang Bilang. Lirik lagu, terlampir. (Lampiran 12). Kedua, selesai menyimak, siswa menulis puisi pada lembar yang tersedia (Lampiran 4), dengan indikator penilaian sebagai berikut.


(47)

Tabel 3.1

Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Puisi

No Indikator yang Dinilai Skor

1 Kepaduan makna antara baris dan bait 15 2 Kesesuaian judul dan tema dengan isi 15

3 Diksi 15

4 Gaya bahasa 15

5 Citraan/imaji 15

6 Rima 15

7 Amanat/pesan 10

JUMLAH TOTAL SKOR 100

H.

Teknik Analisis Data

Data yang masuk akan dianalisis secara kuantitatif dan diwujudkan dalam bentuk angka-angka dengan menggunakan rumus statistik. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kesukaan mendengarkan musik pop dengan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

1. Mencari Angka Korelasi

Dalam mencari angka korelasi antara kesukaan mendengarkan musik pop (variabel X) dengan kemampuan menulis puisi (variabel Y) pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan, peneliti menggunakan

Correlational Product Moment dengan rumus sebagai berikut.

√ } }

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y


(48)

= Jumlah skor item variabel X

= Jumlah skor item variabel Y

= Jumlah kuadrat skor item variabel X

= Jumlah kuadrat skor item variabel Y

= Jumlah perkalian antara skor item variabel X dan variabel Y dan skor total12

Analisis Product Moment dimaksudkan untuk mencari titik nilai korelasi antara variabel X dan variabel Y apakah memiliki hubungan yang sangat kuat, kuat, cukup, lemah, atau sangat lemah.

Setelah nilai rxy diketahui maka penulis memberikan interpretasi

terhadap angka indeks korelasi “r” product moment. Setelah diketahui hubungannya, kemudian diadakan interpretasi data dengan dua cara sebagai berikut.

a. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment secara sederhana dengan menggunakan pedoman sebagai berikut.

Tabel 3.2

Pedoman Interpretasi terhadap Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi tersebut diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)

12


(49)

b. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment, dengan jalan berkorelasi pada tabel nilai “r” product moment. Apabila cara kedua ini yang digunakan, maka prosedurnya secara berturut-turut sebagai berikut.

1) Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho).

- Ha = Terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y

- Ho = Tidak terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y

2) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan, dengan melihat tabel “r” product moment, dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (degree of freedom).

Df = N – nr Keterangan:

Df = Degree of freedom N = Number of cases

nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Setelah itu hasilnya dicocokan dengan nilai koefisiensi “r” product moment,baik pada taraf signifikansi 1% maupun pada taraf signifikansi 5%.

Karena jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 25 siswa, jika rhitung lebih besar dari rtabel maka korelasinya dianggap signifikan. Namun jika

rhitung lebih kecil dari rtabel maka korelasinya tidak signifikan atau Ho diterima

dan Ha ditolak.

2. Mencari Analisis Determinasi

Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase hubungan variabel X (kesukaan mendengarkan musik pop) dan pengaruhnya terhadap variabel Y (kemampuan menulis puisi). Analisis determinasi diperoleh dari angka indeks korelasi (rxy) product moment.


(50)

KD = r2 x 100%

Keterangan:

KD = Kontribusi variabel X terhadap variabel Y

r2 = Koefisiensi korelasi antara variabel X dan variabel Y

I.

Hipotesis

Hipotesis statistik dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

Ho = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kesukaan

mendengarkan musik pop dengan kemampuan menulis puisi siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.

Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara kesukaan mendengarkan

musik pop dengan kemampuan menulis puisi siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan.


(51)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan

a. Visi, Misi, dan Tujuan SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan Visi SMK Muhammadiyah 3 Tangerang selatan adalah terwujudnya SMK Muhammadiyah 3 Ciputat Tangerang Selatan yang unggul dalam imtaq dan iptek, terampil dalam berkarya, dan mampu bersaing di pasar kerja global.

Sementara itu, misi SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan kepribadian akhlak mulia dengan melatih, membimbing, dan mendidik siswa dalam rangka penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Membina dan mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mampu menggali keunggulan lokal peserta didik (local value). 3. Membina dan meningkatkan tenaga kependidikan yang berkualitas

untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

4. Menjadikan sarana belajar yang memadai untuk mencapai pembelajaran yang maksimal.

5. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, nyaman, dan menyenangkan bagi warga sekolah dalam mendukung proses pembelajaran.

6. Menjalin kerjasama untuk meningkatkan kualitas peran sekolah di masyarakat.

Visi dan misi tersebut diperkuat lagi dengan tujuan yang ingin dicapai oleh SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan. Tujuan-tujuan itu adalah sebagai berikut.

1. Menyiapkan siswa untuk lapangan kerja serta pengembangan sikap profesional.


(52)

2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkomunikasi, dan mampu mengembangkan diri.

3. Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia kerja atau industri pada saat ini maupun masa datang.

4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.

b. Lokasi Sekolah

Jalan Dewi Sartika No. 4 Gang Nangka Cimanggis, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, 15411. Secara umum, SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan mudah dijangkau, karena letaknya yang cukup strategis, yaitu berada di dekat pasar Ciputat dan apartemen Grand Lake View Ciputat.

c. Siswa

Tabel 4.1

Jumlah Siswa SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015

Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah

RB L P RB L P RB L P RB L P

4 73 63 5 81 62 4 65 75 13 219 200

Keterangan:

RB = Rombongan belajar L = Laki-laki


(53)

B.

Deskripsi Data

1. Hasil Analisis Kesukaan Mendengarkan Musik Pop

Data kebiasaan mendengarkan musik pop diperoleh dari hasil angket. Sampel diambil dari 25 responden siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Tangerang Selatan, khususnya kelas akuntansi. Hasil analisis kebiasaan mendengarkan musik pop adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2

Saya suka mendengarkan musik pop

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu 13 52%

Sering 10 40%

Kadang-kadang 2 8%

Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 25 100%

Dari tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa hampir setengah siswa (52%) menyatakan selalu, sementara sebagian siswa (40%) menyatakan sering, beberapa siswa (8%) menyatakan kadang-kadang, dan tidak ada siswa (0%) menyatakan tidak pernah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa selalu mendengarkan musik pop.


(54)

Tabel 4.3

Mendengarkan musik pop itu sangat menyenangkan hati saya

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu 5 20%

Sering 5 20%

Kadang-kadang 15 60%

Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 25 100%

Dari tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa hampir setengah siswa (60%) menyatakan kadang-kadang, sementara sebagian siswa (20%) menyatakan selalu, sebagian siswa (20%) menyatakan sering, dan tidak ada siswa (0%) menyatakan tidak pernah. Jadi, siswa kadang-kadang men-dengarkan musik pop itu sangat menyenangkan hati mereka.

Tabel 4.4

Setelah mendengarkan musik pop, saya selalu memperoleh kepuasan tertentu sehingga saya bahagia dan tidak stres

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu 2 8%

Sering 12 48%

Kadang-kadang 11 44%

Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 25 100%

Dari tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian siswa (48%) menyatakan sering, sebagian siswa (44%) menyatakan kadang-kadang, beberapa siswa (8%) menyatakan selalu, dan tidak ada siswa (0%) menyatakan tidak pernah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa sering memperoleh kepuasan tertentu, seperti bahagia dan tidak stres, setelah mereka mendengarkan musik pop.


(55)

Tabel 4.5

Saya selalu meluangkan waktu khusus untuk mendengarkan musik pop

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu 3 12%

Sering 8 32%

Kadang-kadang 12 48%

Tidak Pernah 2 8%

Jumlah 25 100%

Dari tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian siswa (48%) menyatakan kadang-kadang, sebagian siswa (32%) menyatakan sering, beberapa siswa (12%) menyatakan selalu, dan sedikit siswa (8%) menyatakan tidak pernah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kadang-kadang meluangkan waktu khusus untuk mendengarkan musik pop.

Tabel 4.6

Saya selalu mendengarkan musik pop setiap harinya

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu 4 16%

Sering 7 28%

Kadang-kadang 9 32%

Tidak Pernah 5 20%

Jumlah 25 100%

Dari tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian siswa (32%) menyatakan kadang-kadang, sebagian siswa (28%) menyatakan sering, sebagian siswa (20%) menyatakan tidak pernah, dan beberapa siswa (16%) menyatakan selalu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kadang-kadang mendengarkan musik pop setiap harinya.


(56)

Tabel 4.7

Saya sering mendengarkan musik pop daripada menonton serial drama televisi

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu 4 16%

Sering 6 24%

Kadang-kadang 12 48%

Tidak Pernah 3 12%

Jumlah 25 100%

Dari tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa hampir semua siswa (48%) menyatakan kadang-kadang, sebagian siswa (24%) menyatakan sering, sebagian siswa (16%) menyatakan selalu, dan beberapa siswa (12%) menyatakan tidak pernah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kadang-kadang mendengarkan musik pop daripada menonton serial drama televisi.

Tabel 4.8

Saya sering mengunjungi situs video youtube.com hanya untuk mendengarkan musik pop dari artis idola saya

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu 2 8%

Sering 3 12%

Kadang-kadang 15 60%

Tidak Pernah 5 20%

Jumlah 25 100%

Dari tabel 4.8 di atas, dapat diketahui bahwa hampir semua siswa (60%) menyatakan kadang-kadang, sebagian siswa (20%) menyatakan tidak pernah, sebagian siswa (12%) menyatakan sering, dan beberapa siswa (8%) menyatakan selalu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kadang-kadang membuka situs youtube.com untuk mendengarkan musik pop dari artis idola mereka.


(57)

Tabel 4.9

Saya merasa selalu lebih rileks dan senang ketika berlama-lama mendengarkan musik pop di rumah

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu 2 8%

Sering 4 16%

Kadang-kadang 15 60%

Tidak Pernah 4 16%

Jumlah 25 100%

Dari tabel 4.9 di atas, dapat diketahui bahwa hampir semua siswa (60%) menyatakan kadang-kadang, sebagian siswa (16%) menyatakan tidak pernah, sebagian siswa (16%) menyatakan sering, dan beberapa siswa (8%) menyatakan selalu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kadang-kadang merasa rileks dan senang ketika mendengarkan musik pop di rumah.

Tabel 4.10

Jika saya senggang, saya selalu menyempatkan waktu untuk mendengarkan musik pop, baik itu dari televisi, radio, maupun hand phone saya

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu 6 24%

Sering 5 20%

Kadang-kadang 14 56%

Tidak Pernah 0 0%

Jumlah 25 100%

Dari tabel 4.10 di atas, dapat diketahui bahwa hampir semua siswa (56%) menyatakan kadang-kadang, sebagian siswa (24%) menyatakan selalu, sebagian siswa (20%) menyatakan sering, dan tidak ada siswa (0%) menyatakan tidak pernah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kadang-kadang menyempatkan waktu mendengarkan musik pop.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT PENULIS

Nama lengkap penulis adalah Aang Arwani Aminuloh. Penulis lahir di Sukabumi, 19 Juni 1989, dari pasangan KH. Syuhada, S.Pd.I. dan Hj. Miah Nurahmi. Penulis adalah anak ke-3 dari lima bersaudara.

Sewaktu kecil, penulis bersekolah di SD Negeri Sempurcagak Sukabumi, dan lulus tahun 2002. Setelah itu, melanjutkan sekolah ke MTs Al-Muhajirin Sukabumi, dan alhamdulillah tahun 2005 lulus.

Masih di Sukabumi pula, penulis melanjutkan sekolah ke MA Darul Muta’alimin, dan pada tahun 2008 lulus. Selepas itu, penulis melanjutkan ke perguruan tinggi, tepatnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.


Dokumen yang terkait

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Metode Inquiry Siswa Kelas V SDN Ellak Daya I Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep Tahun Pelajaran 2014/2015.

1 4 25

Kemampuan Presentasi dalam Kegiatan Diskusi Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Nur As Sholihat Serpong Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016

1 16 98

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan dengan Penerapan Metode Permainan Susun Gambar Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang Tangerang Selatan

0 8 93

Perbandingan Kemampuan Menulis Puisi Antara Siswa Boarding School Dan Siswa Sekolah Umum (Studi Kasus Di Kelas Vii Smp Khadijah Islamic School Jakarta Selatan Dan Siswa Kelas Vii Mts Cendekia Muslim Bogor) Tahun Pelajaran 2013-2014

2 9 89

Hubungan Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Pemahaman Bacaan Siswa Kelas XI SMA Insan Kamil Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014

1 7 105

Pengaruh Media Film Dokumenter Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII Smp Muhamadiyah 17 Ciputat Tahun Pelajaran 2012/2013

1 7 128

Analisis Kesalahan Penerapan Tanda Baca dalam Cerpen Siswa Kelas VIII SMP Dua Mei Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015

4 15 103

Analisis Kesalahan Penggunaan Preposisi pada Karangan Narasi Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 8 Ciputat Tahun Pelajaran 2014/2015

1 5 85

Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

6 38 60

Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

0 14 87