kepemimpinan, akses terhadap para pembuat kebijakan, dan kohesi dalam kelompok.
Selanjutnya Winarno menyatakan bahwa kehidupan politik dilihat sebagai perjuangan antar kelompok-kelompok dalam sistem politik. Para pembuat
kebijakan dipandang sebagai pihak yang secara spontan menanggapi tekanan- tekanan kelompok, tawar-menawar, perundingan, dan kompromi antara tuntutan-
tuntutan yang berbeda dari kelompok-kelompok yang berpengaruh dalam politik
13
1.7.2.2. Pendekatan Elit
. Dalam memperjuangkan kepentingannya, kelompok-kelompok ini dapat menggunakan strategi membentuk koalisi dengan kelompok lain dan tetap
mengamati politik kebijakan bahwa koalisi-koalisi besar dapat digunakan untuk mengalahkan koalisi-koalisi kecil. Kelompok-kelompok kepentingan dalam
politik lebih memusatkan perhatian pada lembaga legislatif dari cabang-cabang pemerintahan yang lain dan birokrasi adalah pilihan kedua untuk mendapatkan
akses.
Anderson menyatakan bahwa;
The essential argument of elite theory was not the people or masses who determine public policy through their demands in actions; rather the public
policy was decided by a rulling elite, and carried into effect by public official and agencies
14
“Pandangan argument utama dari teori elit bahwa kebijakan publik bukanlah ditentukan oleh masyarakat atau massa, tetapi ia lebih ditentukan oleh elit politik
yang sedang memerintah yang dilaksanakan oleh pejabat-pejabat dan badan-badan pemerintah yang ada dibawahnya”. Pendekatan ini berasumsi bahwa kebijakan
.
13
Ibid., hal. 40.
14
Anderson, op. cit., hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
publik dapat dipandang sebagai nilai-nilai dan pilihan-pilihan dari elit yang memerintah.
Dye dan Harmon memberikan suatu ringkasan pemikiran tentang pandangan elit
15
• Masyarakat terbagi dalam suatu kelompok kecil yang mempunyai kekuasaan, dan kelompok besar yang tidak mempunyai kekuasaan.
Hanya sekelompok kecil saja orang mengalokasikan nilai-nilai untuk masyarakat, sementara masyarakat publik tidak dapat memutuskan
membuat kebijakan. .
• Kelompok kecil masyarakat yang memerintah itu bukan tipe massa yang diperintah governed. Para elit biasanya berasal dari lapisan
masyarakat yang ekonominya sudah makmur. • Perpindahan dari kedudukan non elit ke elit sangat pelan dan
berkesinambungan untuk memelihara stabilitas dan menghindari revolusi. Hanya kalangan yang non elit yang telah menerima
konsensus elit yang mendasar yang dapat diterima dalam lingkungan yang memerintah.
• Elit memberikan konsensus pada nilai-nilai dasar sistem sosial pemeliharaan sistem.
• Kebijakan publik tidak merefleksikan tuntutan-tuntutan massa, tetapi nilai-nilai elitlah yang berlaku.
15
Thomas R. Dye and Harmon Zeigler, The Iron of Democracy, Cliff: Wad Worth, 1970.
Universitas Sumatera Utara
• Para elit secara relatif memperoleh pengaruh langsung yang kecil dari massa yang apatis, sebaliknya para elit memberikan pengaruh yang
besar terhadap masyarakat massa. Pendekatan elit lebih memusatkan perhatian pada peranan kepemimpinan
dalam pembentukan krbijakan-kebijakan publik. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dalam suatu sistem politik, hanya sekelompok kecil orang yang
memerintah masyarakat umum; para elit politiklah yang mempengaruhi masyarakat umum, dan massa yang mempengauhi elit. Lebih lanjut Robert Dahl
menyatakan bahwa orang harus mengidentifikasi kelompok yang mengendalikan dibandingkan dengan ukuran mayoritas yang bukan merupakan artefak dari
peraturan-peraturan demokratik, suatu mayoritas individu-individu yang mempunyai pilihan-pilihan tentang masalah-masalah politik pokok
16
1.7.2.3. Pendekatan Kelembagaan institusionalism