Pertanyaan Penelitian Tujuan penelitian Memenuhi Kebutuhan Minimal Sehari lansia MDR Minimal Daily

dan 13,5 278.895 jiwa penduduk adalah lanjut usia Suryadi dan Nugroho, 1999 didalam Darmojo, 2004 Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar dimana di desa tersebut banyak di jumpai keluarga yang memiliki lansia yang tidak memperhatikan gizi yang baik terhadap lansia.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, adapun pertanyaan dari penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan keluarga dalam pemenuhan gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar.

3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia sehingga dapat diketahui tingkat pengetahuan keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi tehadap lansia.

4. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui pengetahuan, keluarga dalam pemberian gizi pada lansia. Hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan terutama bagi tenaga kesehatan dalam memberikan perhatian, dan lebih banyak penjelasan tentang arti penting gizi pada lansia. 1. Pendidikan Keperawatan Sebagai informasi tambahan bagi peserta didik dalam materi pembelajaran tentang keperawatan gerontik khususnya pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia Universitas Sumatera Utara 2 Praktek Keperawatan Menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca yang ingin mengetahui tentang hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia,juga dapat dijadikan sebagai bahan informasi tambahan dalam materi penyuluhan terhadap keluarga yang memiliki lansia dirumah. Selain itu dapat dijadikan sebagai evidence base bagi praktek keperawatan semua tata pelayanankesehatan terutama keperawatan Komunitas dan Gerontik 3 Penelitian Keperawatan Dapat dijurnalkan sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia agar kualitas hidup lansia di Indonesia semakin meningkat. 4. Keluarga Lansia Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi keluarga dalam merawat lansia untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan agar lansia dapat menjalani hari tua dengan rasa aman, nyaman dan menyenangkan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan knowledge adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what “, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu science bukan sekedar menjawab “why “ dan “ how”, misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas,dan sebgainya. Notoatmodjo, 2003. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2003. Pengetahuan adalah suatu kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan tahayul dan pengembangan keliru Mubarok, 2006.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2003 pengetahuan di bagi dalam 6 tingkat yaitu antara lain sebagai berikut : 1. Tahu Know Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu hal yang spesifik dari seluruh hal yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu hal ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa ynag dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 2. Memahami comprehension Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat mengiinterpretasi materi secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi Aplication Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat di artikan aplikasi atau menggunakan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan dalam penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah problem solving cyslel didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4. Analisa Analtsis Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis Synthesis Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, Universitas Sumatera Utara dan dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas Notoatmodjo, 2003

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoadmojo 2003 pengetahuan dipengaruhi oleh faktor : a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu. b. Persepsi Persepsi, mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil. c. Motivasi Universitas Sumatera Utara Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengeyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi dan memerlukan rangsangan dari dalam individu maupun dari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku akan dirasakan suatu kebutuhan. d. Pengalaman Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan diketahui, dikerjakan juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, pengahasilan sering dilihat untuk memiliki hubungan antar tingkat pengahasilan dengan pemanfaatan

2.1.4 Proses memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2003 mengatakan bahwa cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional dan cara modern ilmiah. a. Cara tradisional atau non ilmiah Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi cara coba salah, cara kekuasaan, Berdasarkan pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran. 1 Cara coba salah Trial and Error Universitas Sumatera Utara Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memcahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan apabila kemungkinan tidak berhasil pula dicoba kemungkinan yang lain pula sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut coba-salah trial and error. 2 Cara kekuasaan Otoriter Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun nonformal, ahli agama, pemegang pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan. 3 Berdasarkan pengalaman pribadi Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak dapat mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari jawaban yang lain, sehingga dapat berhasil memecahkannya. 4 Melalui jalan pikiran Yaitu dengan menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran pengetahuan. Penalaran dengan menggunakan jalan pikiran ada 2 dua yaitu dengan cara induksi dan deduksi. Penalaran Induktif, yaitu penalaran yang Universitas Sumatera Utara berdasar atas cara berfikir untuk menarik kesimpulan umum dari sesuatu yang bersifat khusus atau individual. Penalaran deduktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir yang menarik kesimpulan yang khusus dari sesuatu yang bersifat umum Setiadi, 2007. b. Cara modern atau cara ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian research methodology. Metode ilmiah adalah upaya memecahkan masalah melalui berfikir rasional dan berfikir empiris dan merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu. Metode ilmiah pada dasarnya menggabungkan berfikir rasional dengan berfikir empiris, artinya pertanyaan yang dirumuskan disatu pihak dapat diterima oleh akal sehat dan dipihak lain dapat dibuktikan melalui data dan fakta secara empiris Setiadi, 2007.

2.1.5 Fungsi pengetahuan

Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali, atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai sesuatu yang konsisiten Azwar, 2005.

2.1.6 Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Notoatmodjo, 2003. Universitas Sumatera Utara Pada penelitian ini, peneliti mengukur gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia dengan menggunakan kuesioner karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana. 2.2 Keluarga 2.2.1 Pengertian Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang yang terdiri dari bapak, ibu, kakak, kakek dan nenek. Setiowati, 2008. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. Mubarak, 2009. Menurut Friedman, 1998 yang dikutip dalam penelitin Kuswardani, 2009 sebagai bagian dari tugasnya untuk menjaga kesehatan anggota keluarganya, keluarga perlu menyusun dan menjalankan aktivitas-aktivitas pemeliharaan kesehatan berdasarkan atas apakah anggota keluarga yakin menjadi sehat dan mencari informasi mengenai kesehatan yang benar yang dapat bersumber dari petugas kesehatan langsung ataupun dari media massa Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan.

Untuk dapat mencapai tujuan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga Fredman, 1981 dikutip dari Effendy, 1998 yaitu: 1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. Keluarga mengenal perkembangan fisik dari anggota keluarganya dan aktivitas yang normal atau tidak mampu untuk dilakukan. 2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Segera setelah keluarga mengetahui bahwa ada kondisi anggota keluarganya yang tidak sesuai dengan normal maka sebaiknya keluarga memutuskan dengan cepat tindakan yang harus dilakukan untuk kesembuhan anggota keluarganya dengan segera membawanya ke petugas kesehatan. 3. Memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat fisik. 4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan fisik anggota keluarga. 5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga- lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas- fasilitas kesehatan yang ada. 6. Harus memilki banyak informasi mengenai kesehatan fisik anggota keluarganya dari lembaga petugas kesehatan yang ada

2.2.3 Peran Keluarga Terhadap Lansia

Peran keluarga terhadap lansia merupakan peran berupa dukungan yang Universitas Sumatera Utara bersifat pemenuhan terhadap kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual dari lansia tersebut. Dukungan ini tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan jasmani saja tetapi juga mengarah terhadap dukungan mental spiritual dari lansia agar terus merasa bermakna dalam kehidupan orang di sekitarnya sehingga kualitas hidup lansia dapat terjaga. Dukungan keluarga adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian, dari orang orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Dukungan keluarga merupakan suatu tempat yang ada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya. Dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif yang paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial yang belum digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk keluarga misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan Friedman, 1998. Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antar keluarga dengan lingkungan sosialnya, ketiga dimensi interaksi dukungan keluarga tersebut bersifat reproksitas timbal balik atau sifat dan frekuensi hubungan timbal balik, umpan balik kualitas dan kualitas komunikasi dan keterlibatan emosional kedalaman intimasi dan kepercayaan dalam hubungan sosial. Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota- anggotanya, keluarga merupakan pelaku aktif dalam memodifikasi dan mengadaptasi komunitas hubungan personal untuk mencapai keadaan berubah. Universitas Sumatera Utara Berbagai bentuk kehidupan keluarga sekarang menunjukkan berbagai kemampuan untuk menyediakan dukungan yang diperlukan selama masa dimana permintaannya besar. Penyakit kronis biasanya menuntut pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih besar dari keluarga Friedman, 1998.

2.2.4 Batasan Dukungan

Dukungan keluarga dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakeses atau dirasakan untuk keluarga artinya dukungan keluarga bias tidak digunakan tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolomgan dan bantuan jika diperlukan Friedman, 1998. Jenis Dukungan 1. Dukungan Emosional Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosionsl mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang yang bersangkutan misalnya umpan balik, penegasan Smetbart, 1999. 2. Dukungan Penghargaan Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota Cohen, 1999. Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat penghargaan positif untuk orang tersebut, dorongan maju, persetujuan demgan Universitas Sumatera Utara gagasan atau perasaan individu dn perbandingan positif orang itu dengan orang- orang lain seperti misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya menambah penghargaan diri. 3. Dukungan Instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan kongkrit Friedman, 1998. Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stres. 4. Dukungan Informatif Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator informative mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, penyebar informasi tentang dunia Friedman, 1998. Dukungan saran-saran atau umpan balik. 2.3 LANSIA 2.3.1 Pengertian Lansia Lansia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut: a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau Universitas Sumatera Utara jasa. c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua.tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran. Nugroho, 2008. Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dirimengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Bandiyah, 2009

2.3.2 Batasan Lansia

Menurut dokumen Pelembagaan lansia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka perencanaan hari lansia nasional tanggal 29 Mei oleh Presiden RI, batas umur lansia adalah 60 tahun atau lebih Setiabudhi, 1999, dan menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia bagi petugas kesehatan yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1999, umur dibagi lansia 3 yaitu: a. Usia pra senilis atau virilitas adalah seseorang yang berusia 45-49 tahun Universitas Sumatera Utara b. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau dengan masalah kesehatan.

2.3.3 Proses Menua

Menurut Constantinides 1994 dalam Nugroho 2000 mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan - lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap indvidu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Karakteristik proses penuaan menurut Crisofalo 1990 dalam Setiabudhi 1999. ada beberapa karakteristik tentang proses penuaan pada manusia dan hewan yang menyusui yaitu: 1 Peningkatan kematian sejalan dengan peningkatan usia 2 Terjadinya perubahan kimiawi dalam sel jaringan tubuh yang mengakibatkan massa tubuh berkurang, peningkatan lemak dan lipofuscin yang dikenal dengan age pigmen, serta perubahan diserat kolagen yang dikenal dengan cross-lin 3 Terjadinya perubahan yang progresif dan merusak Universitas Sumatera Utara 4 Menurunnya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan di lingkungan 5 Meningkatnya kerentaan terhadap berbagai penyakit tertentu Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penuaan adalah proses yang secara berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam tubuh yang berakibat dengan kematian. Menurut teori biologis penuaan terbagi menjadi dua tipe yaitu teori instrinsik yang menjelaskan perubahan berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab dari dalam sel sendiri dan teori ekstrintik yang menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.

2.3.3.4 . Perubahan yang terjadi pada lansia

Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan Depkes RI, 1998. Menurut Setiabudhi 1999 perubahan yang terjadi pada lansia yaitu: a. Perubahan dari aspek biologis Perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya metabolisme protein, gangguan metabolisme Nucleic Acid dan deoxyribonucleic DNA, terjadinya ikatan DNA dengan protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetika, gangguan kegiatan enzim dan sistem pembuatan enzim, menurunnya proporsi Universitas Sumatera Utara protein di otak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenchim serta adanya penambahan lipofuscin. 1 Perubahan regenerasi sel pada lansia yang terjadi di sel otak dan syaraf berupa jumlah sel menurun dan fungsi digantikan sel yang tersisa, terganggunya makanisme perbaikan sel, control inti sel terhadap sitoplasma menurun, terjadinya perubahan jumlah dan struktur mitokondria, degenerasi lisosom yang mengakibatkan hoidrolisa sel, berkurangnya butir Nissil, penggumpalan kromatin, dan penambahan lipofiscin, terjadi vakuolisasi protoplasma. 2 Perubahan yang terjadi di otak lansia adalah otak menjadi trofi yang beratnya berkurang 5 sampai 10 yang ukurannya kecil terutama di bagian prasagital, frontal dan parietal, jumlah neuron berkurang dan tidak dapat diganti dengan yang baru, terjadi pengurangan neurotransmiter, terbentuknya struktur abnormal di otak dan akumulasi pigmen organik mineral lipofuscin, amyloid, plaque, neurofibrillary tangle, adanya perubaan biologis lainnya yang mempengaruhi otak seperti gangguan indera telinga, mata, gangguan kardiovaskuler, gangguan kelenjar thyroid, dan kartikosteroid. 3 Perubahan jaringan yaitu terjadinya penurunan sitoplasma protein, peningkatan metaplastic protein seperti kolagen dan elastin. b. Perubahan Fisiologis Menurut Arisman 2004 dan Nugroho 2000 perubahan fisiologis akibat penuaan terkait status nurtisi gizi, meliputi: Universitas Sumatera Utara 1 Perubahan sistem gastrointestinal menurut Arisman 2004 yaitu: a Rongga mulut : Tanggalnya gigi, dan ketidak bersihan mulut yang menyebabkan gigi, dan gusi kerap terinfeksi, serta sekresi air ludah berkurang, yang mengakibatkan pengeringan rongga mulut, dan berkemungkinan menurunkan cita rasa. b Esofagus : Gangguan menelan akibat gangguan neuromuscular, seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot menebal c Lambung : Lapisan lambung menipis, sekresi HCL dan pepsin berkurang akibatnya penyerapan vitamin B12 dan zat besi menurun. d Usus : Berat total usus halus berkurang, peristaltic melemah, penyerapan kalsium dan zat besi menurun. Tabel.1 Perubahan Fisiologis Pada Lansia NO Sistem Tubuh Temuan Normal 1 Integumen Kulit kehilangan kelenturan dan kelembapannya pada masa lansia. Lapisan epitel menipis dan serat kolagen elastis menyusut dan menjadi kaku. 2 Kardiovaskular Penurunan kekuatan kontraktil moikardium menyebabkan penurunan curah jantung. Penurunan ini signifikan jika lansia mengalami stress karena ansietas,kegembiraan, penyakit atau aktifitas berat 3 Gastrointestinal dan abdomen Penuaan menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak pada tubuh dan abdomen akibat terjadinya peningkatan ukuran abdomen 4 Reproduksi Perubahan pada struktur dn fungsi reproduksi terjadi sebagai Universitas Sumatera Utara akibat perubahan hormonal 5 Perkemihan Hipertropi kelenjar prostate dapat teradi pada pria lansia. Hipertropi ini memperbesar kelenjar dan tekanan terletak pada leher kandung kemih akibatnya infeksi traktus urinarius, sering berkemih inkotinensia, dan terjadi retensi urin. 6 Musculoskeletal Lansia yang berolah raga secara teratur tidak kehilangan masa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang tidak aktif, serat otot berkurang sebanding penurunan masa otot, c. Perubahan Psikologis Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan secara fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai sikap lansia terhadap kemunduran fisiknya disengagement theory yang berarti adanya penarikan diri dari masyarakat dan dari diri pribadinya satu sama lain. Lansia dianggap terlalu lamban dengan daya reaksi yang lambat, kesigapan dan kecepatan bertindak dan berfikir menurun Darmojo, 1999. Daya ingat memory lansia memang banyak menurun dari lupa sampai pikiran dan demensia. Pada umumnya lansia masih ingat pada peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, tetapi lupa dengan kejadian yang baru Darmojo, 1999.

2.3.5 Masalah yang terjadi pada lansia

a. Permasalah Umum Setiabudhi 1999 menegaskan kembali bahwa permasalahan secara Universitas Sumatera Utara umum lansia sebagai berikut 1. Besarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya persentase kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatannya. 2. Jumlah lansia miskin semakin banyak 3. Nilai kekerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik 4. Rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional yang melayani usia lanjut 5. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia 6. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan polusi pada kehidupan dan penghidupan lansia. b. Permasalahan Khusus Menurut Setiabudhi 1999 permasalahan khusus pada lansia terbagi 2 aspek yaitu: 1 Permasalahan dari Aspek Fisiologis Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan sosial, ekonomis dan medik. perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan berkeriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh, pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman berkurang, tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat badan menjadi bungkuk, tulang keropos, massanya dan kekuatannya berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru - paru berkurang, nafas menjadi Universitas Sumatera Utara pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi tekanan darah tinggi, otot jantung bekerja tidak efisien, adanya penurunan fungsi organ reproduksi, terutama pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria, serta seksualitas tidak terlalu menurun. 2 Permasalahan dari Aspek Psikologis Menurut Hadi Martono 1997 dalam Budi Darmojo 1999 beberapa masalah psikologis lansia antara lain: a Kesepian loneliness, yang dialami lansia pada saat meninggalnya pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas sosialnya tinggi, lansia yang hidup di lingkungan yang beranggota keluarga yang cukup banyak tetapi mengalami kesepian. b Duka cita beravement, dimana pada periode duka cita ini merupakan periode yang sangat rawan bagi lansia. Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis dan kemudian suatu episode depresi. Depresi akibat duka cita biasanya bersifat self limiting. c Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi Universitas Sumatera Utara dan kemampuan beradaptasi sudah menurun. d Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobio, gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsetif-kompulsif. Pada lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu obat. e Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terdapat pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia. f Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham curiga yang sering lansia merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangga berniat membunuhnya. Parafrenia biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau di isolasi atau menarik diri dari kegiatran sosial. g Sindroma Diagnosa, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku yang sangat menganggu. Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena sering lansia ini bermain-main dengan urine dan fesesnya. Lansia sering memupuk barang-barangnya dengan tidak teratur Jawa: “Nyusuh”. Kondisi ini walaupun kamar telah dibersihkan lansia dimandikan bersih namun dapat berulang kembali. 3 Permasalahan dari aspek sosial budaya Menurut Setiabudhi 1999 permasalahan sosial budaya lansia Universitas Sumatera Utara secara umum yaitu masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat industri yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional dalam pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lansia dalam berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia. 2.4 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia 2.4.1. Pengertian nutrisi Menurut Wartonah 2003 nutrisi merupakan zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan mengunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Dampak dari pemenuhan nutrisi pada lansia akan menjaga kondisi lansia menjadi sehat, tidak gampang terserang penyakit serta memelihra status giznya.

2.4.2 Macam-macam zat gizi Nutrisi

Zat-zat gizi nutrisi terdiri dari Karbohidrat, Protein, Lemak, air, mineral, Universitas Sumatera Utara vitamin dan serat. Sumber makanan mengandung karbohidrat terutama bersama dari serealia padi-padian, umbi dan olahannya. Sumber makanan yang mengandung lemak berasal dari minyak, lemak, binatang, kelapa dan kacang- kacangan Almatzier, 2003.

2.4.3 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Menurut Sediaoetama 2000 jumlah nutrisi yang mencukupi pemenuhan kebutuhan tubuh meliputi : a. Bahan makanan pokok Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting di dalam suatu susunan hidangan di Indonesia, karena bila suatu susunan hidangan tidak mengandung bahan makanan pokok tidak dianggap lengkap dan sering orang yang mengkonsumsinya mengatakan belum makan, meskipun perutnya telah kenyang. b. Bahan makanan lauk pauk Golongan bahan makanan ini disebut lauk pauk, karena memang mencakup bahan pangan ikan, daging, kacang-kacangan. Pada umumnya kelompok bahan makanan ini merupakan sumber utama protein di dalam hidangan. c. Bahan makanan sayur dan bahan makanan buah Kedua kelompok bahan makanan ini termasuk bahan nabati, bahan makanan sayur dan buah, umumnya merupakan penghasil vitamin dan mineral.

2.4.4 . Permasalah Nutrisi Pada Lansia

Universitas Sumatera Utara Menurut Budi 1998 masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Nutrisi yang berlebihan Kebiasaan pola makan yang banyak pada usia muda yang menyebabkan berat badan berlebihan. Kebiasaan itu sukar untuk dirubah pada masa lansia, padahal lansia dalam pola makan perlu mengurangi asupan makanan, karena aktivitas fisik yang menurun, apabila berlanjut akan terjadi kegemukan dan merupakan pencetus penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi. b. Kurangnya Nutrisi Pada lansia apabila kekurangan nutrisi disebabkan adanya masalah- masalah sosial ekonomi serta gangguan penyakit. Konsumsi kalori, protein yang kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Jika berlanjut akan menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang berakibat rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun. Pada lansia yang mengalami malnutrisi kekurangan gizi akibat penurunan nafsu makan yang disebabkan berkurangnya kepekaan indera perasa dan penciuman yang umum terjadi pada lansia. c. Kurang Vitamin Kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral dalam makanan maka akan menyebabkan nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, serta kulit kering, lesu, dan tidak bersemangat.

2.4.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia antara lain Nugroho, 2000. Universitas Sumatera Utara a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan Pada lansia terjadi gangguan nutrisi terjadi pada gigi geligi dan semuanya tanggal yang akan mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan, apabila makanan yang disajikan tidak diolah sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan pengunyahan maka akan terjadi gangguan dalam pencernaan dan penyerapan oleh usus. b. Berkurangnya cita rasa rasa dan buah Hal ini terjadi pada lansia dengan berkurangnya cita rasa yang disebabkan oleh gangguan pada indera pengecap yang menurun serta adanya iritasi yang kronis dari selapur lendir. hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, serta hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit. Pada lansia apabila terjadi gangguan emosional seperti stress, putus asa dan rasa takut akan menyebabkan mulut kering, yang dipengaruhi oleh pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom yang menyebabkan sekresa saliva. Keluhan mulut kering dapat menghambat nafsu makan pada lansia yang menyebabkan asupan nutrisi berkurang. Pada lansia sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisi sedikit Ernawati, 2000 c. Berkurangnya koordinasi otot-otot syaraf Sistem persyarafan yang terjadi suatu perubahan sistem. persyarafan yang cepat dapat menurunkan hubungan persyarafan menjadi Universitas Sumatera Utara lambat dalam respon dan waktu bereaksi, serta mengecilnya syaraf panca indera, adanya gangguan pendengaran, penglihatan serta sistem respirasi. Pada lansia gangguan ini terjadi karena pengaruh pertambahan umur dan menurunnya fungsi organ tubuh misalnya pada gangguan refleks yang dapat menurun. Pada syaraf otot terejadi flaksi atau lemah, tonus kurang, tendernes dan tidak mampu bekerja. Untuk otot pada saluran cerna yang terjadi suatu kelemahan karena pengunaan yang menurun yang berakibat terjadinya konstipasi Ernawati, 2000 d. Keadaan fisik yang kurang baik Keadaan fisik pada lansia terjadi suatu perubahan-perubahan fisik diantaranya dari perubahan sel yang lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya. Masalah yang menyangkut fisik yaitu lansia tidak bisa berjalan atau melakukan sesuatu sendiri. Masalah fisik misalnya apatis dan lesu dengan tanda-tanda fizik yaitu berat badan menurun, wajah pucat, sedangkan kelemahan fisik terjadi seperti artritis cedera serebrovaskuler yang menyebabkan kesulitan untuk berbelanja dan memasak Darmojo, 2000. e. faktor ekonomi Faktor ekonomi mempengaruhi lansia dalam melaksanakan pengobatan. Pada lansia secara umu lansia yang memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak bantuan orang lain. Lansia yang tidak memiliki penghasilan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau saudara meskipun status ekonomi Universitas Sumatera Utara mereka juga tergolong miskin, dimana lansia menggantungkan hidupnya terutama pada anak perempuan terdekat. Rata-rata penghasilan lansia adalah Rp 300.000 lebih rendah daripada rata-rata pengeluaran 300.000. keadaan tersebut menunjukkan betapa rentannya kondisi ekonomi lansia apalagi kalau dilihat dari lansia yang tidak berpenghasilan yang secara langsung akan mempengaruhi dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia dan perawatan lansia Siroit, 1999. f. Faktor Sosial lansia Pada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial yaitu merasakan atau sadar akan kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas fisiknya. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial dari segi ekonomi akibat pemberhentian jabatan atau pensiun yang dipengaruhi oleh meningkatnya biaya hidup dengan penghasilan yang rendah sulit, serta bertambahnya biaya untuk pengobatan. Keadaan lansia ini membutuhkan dukungan keluarga sepeneuhnya khususnya dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi sehari-hari karena hal ini penting dan bertujuan untuk menjaga kondisi dan status gizi lansia sehari- harinya. Tanpa adanya dukungan keluarga akan menyebabkan keadaan lansia tidak baik dan menimbulkan permasalahan misalnya akan menimbulkan Universitas Sumatera Utara berbagai penyakitnya karena kurangnya pemenuhan asupan nutrisi. g. Faktor Penyerapan Makanan lansia Masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh fungsi obsorpsi yang melemah adanya daya penyerapan yang terganggu. Apabila hal ini terjadi pada lansia maka akan mempengaruhi status gizinya yang berakibat timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh asupan makanan yang terganggu.

2.4.6. Kebutuhan gizi pada lansia

Konsumsi kebutuhan makanan pada lansia bervariasi sesuai dengan keadaan tubuh, dimana kebutuhan Karbohidrat KH, lemak L dan protein P merupakan zat gizi yang menghasilkan energi tergantung pada Basal Metabolisme Rate BMR dan kegiatannya. BMR dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, suhu, lingkungan penyakit dan komposisi tubuh. Setiap kelebihan energi yang tidak diperlukan untuk metabolisme akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adipose. Kecukupan energi per orang perhari laki- laki umur 60 tahun keatas adalah 2200 kalorihari, untuk wanita umur 60 tahun keatas adalah 1500 kalori hari Almatsier, 2003 Konsumsi sumber protein pada lansia diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan semua jaringan-jaringan di dalam tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut dan kuku. Angka energi yang ditunjukkannya akan demikian tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi manusia setiap harinya. Ada dua jenis protein yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein hewani mengandung lemak jenuh, sedangkan protein nabati mengandung lemak tak jenuh. Kecukupan protein untuk laki- laki umur 60 tahun keatas adalah 55 gram hari, sedang untuk wanita Universitas Sumatera Utara dengan umur yang sama adalah 40 gram hari Almatsier, 2003. Tabel 2. Kebutuhan Gizi Pada Lansia Zat Gizi Pria Wanita 1. Energi Kal 2. Protein g 3. Vit. A RE 4. Vit. B1 mg 5. Vit. B2 mg 6. Niasin mg 7. Vit.B12 mg 8. A. Folat ug 9. Vit. C mg 10. Kalsium mg 11. Fosfor mg 12. Besi mg 13. Seng mg 14. Iodium ug 1950 50 600 0.8 1.0 8.6 1.0 170 40 500 500 13 15 150 1700 44 500 0.7 0.9 7.5 1.0 150 30 500 450 26 15 150 Tabel 3. Rata - Rata Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Umur Energi Kkal Protein gram Pria 60 tahun 2050 60 Wanita 60 tahun 1600 50

2.4.7. Usaha Perbaikan Gizi Lansia

Pencegahan dalam mengurangi dan menghindari kemungkinan gangguan kesehatan dan serangan penyakit yang cenderung menyerang pada lansia, maka dianjurkan berpola makan yang tidak berlebihan yaitu 1 Makanan yang konsumsi bervariasi baik dalam macam bahan Universitas Sumatera Utara makanan maupun cara memasaknya, 2 Cukup mengandung protein dan membatasi konsumsi lemak dan makanan yang banyak mengandung lemak yang tidak kelihatan kue, ikan, daging berlemak dan keju 3 Membatasi konsumsi gula, makanan dan minuman yang mengandung banyak gula 4 Membatasi konsumsi garam dapur atau ikatan Na antara lain bumbu penyedap atau vetsin 5 Cukup mengandung serat, zat pembangun dan zat pengatur dengan makan beras setengah giling, tumbuk atau beras merah, kacang- kacangan, sayur-sayuran dan sedapat mungkin secara teratur makan sayuran mentah lalap, asinan, karedok, makan buah setiap hari, minum yang cukup, sedapat mungkin susu rendah lemak, minum sari buah segar yang mengandung vitamin C tinggi jeruk, tomat, pepaya Almatsier, 2003. Adapun kecukupan gizi untuk laki-laki umur 60 tahun keatas adalah 55 gram hari, sedangkan untuk wanita dengan umur yang sama adalah 40 gram hari Almatsier, 2003.

2.4.8 Status Gizi Lansia

Menjadi tua merupakan proses alami maka perlu memperhatikan asupan nutrisi yang lansia konsumsi setiap hari. Pada lansia seringkali terjadi masalah dalam hal makan yaitu nafsu makan menurun, padahal pada lansia tetap membutuhkan asupan nutrisi yang lengkap seperti Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan mineral Wulan, 2007. Status Gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh konsumsi Universitas Sumatera Utara makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan tinggi badan dengan perhitungan IMT Indeks Massa Tubuh. Penilaian klinis status gizi yaitu penilaian yang mempelajari dan mengevaluasi tanda fisik yang ditimbulkan sebagai akibat gangguan kesehatan dan penyakit kurang gizi. Gejala dan tanda-tanda fisik yang tampak dapat menjadi bantuan untuk mengetahui kekurangan gizi. Adanya hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang ditentukann dengan membandingkan individu atau kelompok dengan nilai-nilai normal Depkes, 1999. Orang-orang yang berbeda di bawah ukuran berat normal mempunyai resiko penyakit infeksi, sementara yang berada di atas ukuran berat normal mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. Laporan FAON atau WHOUNU tahun 1995 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index BMI. Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Index Massa Tubuh IMT. IMT adalah alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO WHO untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa Negara berkembang Almatsier, 2003. Akhirnya diambil kesimpulan Kategori ambang batas IMT untuk Universitas Sumatera Utara Indonesia yaitu kategori ambang batas IMT untuk Indonesia yang dihitung dengan rumus Berat Badan BB dibagi Tinggi Badan TB dikali Tinggi Badan TB, dimana batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO WHO untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang Almatsier, 2003.

2.4.9 Peran Keluarga dalam pemberian gizi Pada Lansia

Secara spesifik dengan keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan status kesehatan yaitu terjadinya perubahan perilaku lansia, sehingga menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari sakit. Jadi dengan adanya dukungan dari keluarga maka status kesehatan, lansia akan lebih baik yang berasal dari pemenuhan kebutuhan nutrisi semakin baik dan terkontrol.

1. Memenuhi Kebutuhan Minimal Sehari lansia MDR Minimal Daily

Requrement Kebutuhan karbohidrat pada lansia sekitar 65 , protein 20 dan lemak 15, kebutuhan ini sama pada orang dewasa namun hanya berbeda dalam hal penyajian bentuk makanan karena terjadi perubahan fisiologis tubuh lansia terkait proses pencernaan secara kimiawi dan fisik. Pada usia lanjut telah tejadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian gizi pada lansia menurut Siti, 2009 yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Menu hendaknya mengandung gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. 2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50 dari Hidrat Arang yang bersumber dari Hidrat Arang kompleks sayu- sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian. 3. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yang 25-30 dari total kalori 4. Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 8-10 dri total kalori 5. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah besar yang besumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah yang bertahap. 6. Menggunakan bahan makanan yang rendah kalsium, seperti susu, yoghurt, ikan 7. Makanan mengandung zat besi Fe dalam jumlah besar seperti kacang- kacangan, hati daging, bayam dan sayuran hijau 8. Membatasi penggunaan garam perhatikan label makanan yang mengandung garam seperti adanya monosodium glutamat, sodium bikarbonat, sodium citcrat 9. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna 10. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah seperti bahan makanan lembek. Tabel 4. Komposisi anjuran kebutuhan makanan per hari lansia Komposisi makanan Takaran Nasi pengganti karbohidrat 1-1 12 piring Universitas Sumatera Utara Lauk hewani Proetein, lemak 2 potong Lauk nabati Proetein, lemak 3 potong Sayuran Vitamin, mineral 1-2 mangkuk Buah Vitamin, mineral 3 potong

2. Menyediakan makanan yang dianjurkan