Untuk tahapan-tahapan di TPS RW 04 sendiri yaitu, Pertama setiap hari sampah-sampah warga di angkut oleh petugas TPS. Selanjutnya sampah
yang terkumpul dipisahkan yakni sampah organik dan nonorganik. Untuk sampah organik seperti sisa sayuran dan dedaunan, akan dijadikan pupuk
organik dengan menggunakan mesin. Hal ini dilakukan dengan mengeringkan sampah yang basah. Karena menurut Bapak Mahmud dari hasil wawancara
yang telah dilakukan diketahui bahwa sampah yang basah harus dikeringkan terlebih dahulu, ini dikerenakan apabila sampah basah tetap dimasukan
kedalam mesin penghancur, mesin akan tiba-tiba mati, oleh karena itu sampah harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur di bawah sinar
matahari. Setelah sampah organik dihancurkan tahap selajutnya sampah di saring dengan mesin pengayak, ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan pupuk organik yang halus, dan untuk memisahkan dari benda- benda lain yang tercampur.
Untuk sampah non-organik seperti gelas plastik, kaleng, kertas, kardus dan lain-lain petugas hanya memilah dan membersihkan untuk kemudian
dijual ketempat rongsokan, harapan dari pengelola TPS RW 04 adalah adanya bantuan untuk membeli alat penghancur plastik, menurut Bapak Zainudin
Ketua RW 04 “jika ada mesin penghancur plastik, nilai jual olahan sampah plastik akan semakin tinggi, tidak seperti sekarang sampah plastik hanya
dirapihkan dan dibersihkan”.
7
seperti pada gambar 4.4 berikut:
Gambar 4.4 Kegiatan Petugas di Tempat Pengelolaan Sampah
Sumber : Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
7
Hasil wawancara dengan Bapak Zainudin Ketua RW 04, 2 Desember 2014. Di Rumah Bapak Zainudin.
Untuk perihal pembiayaan di TPS RW 04 ini bersumber dari iuran warga setipa bulannya, dimana setiap kepala keluarga RW 04 wajib
membayar iuran sampah sebesar sepuluh ribu rupiah setiap bulannya, biaya ini untuk biaya oprasional dan pengangkutan sampah. Seperti hasil
wawancara yang dilakukan kepada Ketua RW 04 berikut : “untuk biaya memang kita sangat membutuhkannya yah,
selain dari hasil penjualan pupuk kompos dan juga sampah non-organik. Kita juga mewajibkan warga untuk mebayar
iuran untuk setiap bulannya warga diwajibkan membayar sepuluh ribu gitu yah, itu juga untuk ongkos angkut sampah
lah ibaratnya. Karena sampah warga kita angkut setiap harinya, dan juga untuk membeli pulsa listrik, karen mesin-
mesin disni kan pake listrik semua, jadi gitu”.
8
Dari keterangan yang dijelaskan oleh Bapak Zainudin di atas tentang sumber biaya yang berasal dari warga, dibenarkan oleh beberapa
masayarakat yang telah diwawancarai terkait iuran sampah yang harus dibayarkan warga setiap bulannya, di antaranya dari hasil wawancara
terhadap Bapak Dedi warga RW 04 berikut: “kalau pengelolaan sampah rumah tangga ya mas, yah
kebetulan disini kita punya tempat pengelolaan sampah, yang dibawah sana, kalau mau nanti kesana, jadi sampah
yang ada dimasyarakat dikumpulkan kemudian setiap hari diangkut menggunakan gerobak sama petugas, kemudian
sampah yang sudah kumpul itu, diolah di tempat pengelolaan sama petugas, biasanya jadi pupuk gitu mas,
nanti setiap bulannya kita harus bayar mas sepuluh ribu, buat uang kebersihan dan juga sebagai upah aja karena
sampah kita ada yang angkut. jadi gitu ja sih yang saya tau,
tentang pengelolaan sampah”. Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan Bapak Dedi, Ibu
Haniroh pun membenarkan tentang iuran sampah tersebut seperti hasil wawancara berikut:
8
Ibid.
“kalau setau saya sih pengelolaan sampah itu yang mengolah sampah menjadi barang yang berguna, kaya
ditempat pengelolaan sampah yang dibawah itu yah, kita warga ngumpulin sampah nanti petugas ngambil sampah
terus diolah ditempat itu, terus setiap bulannya kita membayar uang sampa sepuluh ribu itu untuk timbal balik
karena sampah kita sudah diangkut”. Jika dihubungkan dengan tahapan pengelolaan sampah yang baik
dan benar, maka di wilayah RW 04 sudah melakukan pengelolaan sampah dengan baik dari mulai tahap pengumpulan, tahap pengakutan dan tahap
pemusnahan, untuk tahap pemusnahan kegiatan yang dilakukan adalah composting yakni pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi
zat organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk hijau. Selanjutnya
reduction metode ini digunakan dengan cara menghancurkan sampah kebentuk yang lebih kecil, penghancuran dilakukan dengan menggunakan
mesin-mesin hasil bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Secara keseluruhan dapat disimpulkan pengelolaan sampah yang dilakukan di RW
04 sudah termasuk terbaik pengelolaan sampah yang ada di Kelurahan Kayumanis.
3. Bentuk Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Wilayah RW 07-RW
12 Zona C
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Kayumanis diketahui jika di wilayah RW 07 sampai dengan RW 12 ini memiliki bentuk
pengelolaan yang sama, hal ini disebabkan karena wilayah tersebut memiliki topografi dan keadaan lingkungan yang hampir sama, dimana ketika
melakukan observasi peneliti melihat masih dengan mudah dijumpai lahan- lahan kosong disekeliling rumah warga, bentuk pemukimannya pun tidak
saling berhimpitan, dan masih ditumbuhi pepohonan sehingga terasa asri dan sejuk.
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap para Ketua RW dan beberapa masyarakat sekitar diperoleh informasi tentang bentuk pengelolaan
sampah rumah tangga yang dilakukan masyarakat, dimana sampah di wilayah ini tidak menjadi masalah yang terlalu dipikirkan masyarakat, karena di
wilayah ini sampah yang dihasilkan dari rumah tangga tinggal dibuang saja ketempat sampah permanen yang berada di depan maupun di belakang
rumah, seperti yang dijelaskan sebelumnya di wilayah ini masih dengan mudah di temui lahan-lahan atau tanah kosong di belakang rumah yang
biasanya dijadikan tempat sampah seperti pada gambar 4.5.
Gambar 4.5 Lahan kosong yang dijadikan tempat pembuangan sampah
Sumber : Dokumentasi Penelitian tahun 2014.
Selain di biarkan begitu saja, biasanya warga membakar sampah kering seperti kertas, botol pelastik dan pelastik di tempat pembakaran yang
biasanya warga sebut dengan tabunan, seperti pada wawancara yang dilakukan terhadap Bapak Mas’ud Ketua RW 12 berikut :
“pengelolaan sampah ya sampah itu di olah jadi barang bermanfaat kan, kalau disini ya pengelolaannya masing-
masing, karena disni masih luas lahannya, jadi kalau buang sampah di pelataran aja, langsung di bakar ja di tabunan
jadi warga disini gak terlalu musingin ibaratnya, buat ngelola sampah jadi sampah tinggal buang ja ke kebon
”
9
9
Wa a ara la gsu g de ga Bapak Mas’ud Ketua RW , 8 No e
er 4.
Penjelasan Ketua RW 12 juga di perkuat dengan pernyataan beberapa warga yang terlah di wawancarai diantaranya Bapak Latif Warga
RW 12 Ketika ditanyakan bagaimana pengelolaan sampah di wilayahnya, jawabannya sebagai berikut:
“untuk pengelolaan sampah sendiri kalau di kita itu belum ada mas, memang si sangat bagus kalau memang program
itu ada, buat menambah pemasukan juga yah, seperti di TPA galuga itu disana orang sengaja dateng buat beli
sampah pelastik, buat diolah lagi, itu menguntungkan loh kalau untuk di sini sampah yah tinggal buang aja ke kebon
kalau engga paling juga dibakar di tabunan
”. Tidak jauh berbeda penjelasan dari informan sebelumnya, Bapak
Salam warga RW 12 pun menjelaskan pengelolaan sampah di wilayahnya sebagai berikut :
“pengelolaan sampah itu kegiatan pemanfaatan sampah, dari barang ngga berguna menjadi barang yang berguna,
tapi kalu disini mah si, belum diterapin pengelolaan sampah itu, warga tinggal buang aja di belakang rumah terus kita
bakar deh di tabunan
”. Apabila dihubungkan dengan tahapan pengelolaan sampah yang baik
dan benar yakni dengan tahapan pengumpulan, tahapan pengangkutan dan tahapan pemusnahan, maka masayaraka di Zona C sudah melakukan
pengelolaan sampah, namun apa yang dilakukan masyarakat belum maksimal terlihat pada tahapan pemusnahan warga tidak melakukan ricycle atau
pengolah kembali sampai menjadi barang yang bermanfaat, tapi masyaraka lebih memilih tahapan pemusnahan dengan metode dumping yakni sampah
dibuang atau diletakan begitu saja ditanah lapangan, jurang atau tempat sampah, kemudian warga juga menggunakan metode individual incenaration
yakni pembakaran sampah secara perseorangan ini biasanya dilakukan oleh penduduk terutama didaerah pedesaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan
dapat ditarik kesimpulan warga yang tinggal di Zona C masih kurang dalam hal kesadaran dalam mengelola sampah rumah tangga.
4. Bentuk Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan
Kayumanis
Pengeloaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.
Secara garis besar, kegiatan pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan,
dan pembuangan akhir.
10
Sedangkan menurut Bapak Dudum Dumiyati selaku Kepala Kelurahan Kayumanis menjelaskan tentang pengelolaan sampah yang
ada di Kelurahan Kayumanis pada saat wawancara yang dilakukan di Ruangannya di Kantor Kelurahan Kayumanis seperti berikut:
“yang sementara ini pengelolaan sampah rumah tangga tuh kalau tidak salah kita melakukan kegiatan untuk menangani
permasalahan sampah, minimal memisahkan sampah organik dan non organik, kalau disini itu baru di rw 04 aja
yah ada bantuan alat dari gubernur kalau yang lain belum yah, saya mah sih berharap semua wilayah bisa melakukan
kegiatan pengelolaan sampah”. Dari hasil wawancara terhadap Kepala Kelurahan yang mejelaskan
bahwa di wilayahnya tempat pengelolaan sampah hanya terdapat di RW 04. Hal ini dibenarkan dari hasil wawancara terhadap Ketua RW 02 Bapak
Maksum beliau menjelaskan sebagai berikut: “harusnya kaya di rw 04 itu dia punya tempat khusus buat
ngolah sampah karena memang di kelurahan ini baru disana ada tempat pengelolaan, harusnya seperti itu atau di
kelurahan harus ada tempat pengelolaannya, jadi sampah satu kelurahan itu di kelola, lumayan kalau di kelola,
sampah se kelurahan kan banyak itu, haha
”. Kemudian pendapat Ketua pengelola Tempat Pengelolaan RW 04
Bapak Mahmud menjadi pembuktian penjelasan yang di berikan Bapak Lurah, berikut penjelasan Bapak Mahmud:
“kalau untuk tempat pemgelolaan sampah sendiri khususnya di kelurahan kayumanis yah baru ada di kita aja,
10
Kuncoro Sejati, pengelolaan sampah terpadu. Yogyakarta, kanisus 2009, hal. 24.