Definisi Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Jantung Koroner

2.1.1. Definisi

Menurut AHA, penyakit jantung koroner PJK adalah suatu istilah yang digunakan ketika terjadi penumpukan plak di arteri koroner jantung. Penumpukan plak tersebut dapat membuat asupan oksigen ke otot-otot jantung berkurang sehingga jantung tidak dapat berkontraksi secara normal dan menyebabkan serangan jantung. 2 Istilah lain untuk PJK adalah penyakit aterosklerotik koroner. Aterosklerotik dapat menyebabkan penimbunan lemak dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. 13

2.1.2. Faktor Risiko

Kejadian aterosklerotik pada pembuluh darah terjadi karena beberapa faktor risiko yang saling berkaitan sehingga dapat mempercepat proses aterogenik. Faktor risiko yang berpengaruh terbagi menjadi dua, faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. 13 Faktor risiko yang tidak dapat diubah terdiri dari: 1. Usia Seiring dengan peningkatan usia, kejadian aterosklerotik semakin mudah terjadi. Sekitar 82 kejadian PJK pada usia lebih dari 65 tahun akan menyebabkan angka mortalitas pada individu tersebut meningkat karena jantung mengalami perubahan fisiologis bahkan tanpa ada penyakit sebelumnya. 2 2. Jenis kelamin Secara umum, laki-laki lebih sering mengalami PJK. Namun kejadian mortalitas pada perempuan menopause sering dikarenakan oleh PJK tetapi tidak setinggi angka kejadian pada laki-laki. 2 7 3. Riwayat keluarga Angka kejadian meningkat pada pasien dengan riwayat infark miokard pada ayah atau sodara laki-laki sebelum usia 55 tahun dan ibu atau saudara perempuan sebelum usia 65 tahun. 2 Menurut data dari AHA, angka kejadian mortalitas juga meningkat pada pasien yang memiliki ras African American. Selain itu, risiko PJK juga lebih tinggi pada beberapa orang Amerika Meksiko, Indian Amerika, Hawaii dan beberapa orang America Asia. Hal tersebut dikarenakan tingkat obesitas dan diabetes yang tinggi dan pada orang Asia dikarenakan oleh rendahnya high density lipoprotein cholesterol HDL-C. 2 Faktor risiko yang dapat diubah, terdiri dari: 1. Hipertensi Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Tekanan darah merupakan hasil dari cardiac output dan resistensi perifer total. 13,14 Di dunia, sekitar satu miliyar penduduk memiliki hipertensi dan dua pertiganya adalah penduduk dari Negara berkembang. Hipertensi juga merupakan penyebab paling utama kematian karena kadang hipertensi ini bersifat sebagai “silent killer” yang tidak dirasakan oleh penderitanya hingga sudah terjadi komplikasi ke organ lain seperti gagal jantung, infark miokard, stroke, atau gagal ginjal. 2,13 Menurut Framingham heart study, hipertensi dapat meningkatkan keadaan PJK dua kali lipat dibandingkan dengan orang yang mempunyai tekanan darah normal. Sehingga pencegahan dengan deteksi dini dan penanganan tekanan darah yang tepat dapat menurunkan juga angka morbiditas dan mortalitas dari komplikasinya. 2,5 8 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah. 15 Peningkatan tekanan darah sistemik dapat menyebabkan beban ventrikel kiri jantung bertambah dikarenakan peningkatan curah jantung ke seluruh tubuh sehingga beban ventrikel kiri yang semakin meningkat tersebut membuat otot jantung ventrikel kiri hipertrofi atau disebut left ventricular hypertrophy LVH. 13,16 Hipertensi selain membuat beban ventrikel jantung meningkat juga membuat permeabilitas dinding pembuluh darah menurun sehingga elastisitasnya tidak seperti keadaan normal. Kejadian-kejadian tersebut semakin memperparah keadaan aterosklerosis koroner karena dengan meningkatnya beban ventrikel maka semakin tinggi juga kebutuhan oksigen ventrikel tersebut, sedangkan dengan adanya penyempitan pada pembuluh darah koroner, kebutuhan oksigen untuk ventrikel tersebut akan berkurang sehingga menyebabkan iskemik hingga infark pada otot jantungnya. 13,16 2. Hiperlipidemia Hiperlipidemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan lipid serum diatas batas normal. Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas berasal dari makanan eksogen dan dari sintesis lemak endogen. 2 Dalam aterogenesis, kolesterol dan trigliserida adalah lipid yang paling berperan. Lipid plasma tidak dapat beredar bebas dalam darah sehingga dibutuhkan protein yang disebut lipoprotein. Lipoprotein terbagi menjadi empat kelas di dalam darah, yaitu: 13 - Kilomikron yang mengandung banyak trigliserida, Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Normal 120 mmHg 80 mmHg Prehipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg Hipertensi derajat 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg Hipertensi derajat 2 160 mmHg 100 mmHg 9 - Lipoprotein densitas sangat rendah VLDL yang kandungannya sama seperti kilomikron, - Lipoprotein densitas rendah LDL yang memiliki kadar paling tinggi kolesterolnya, - Lipoprotein densitas tinggi HDL yang kandungan proteinnya lebih tinggi dari kolesterol. Tabel 2.2 Kadar lipid serum 17,18 Peningkatan kolesterol memiliki hubungan dengan peningkatan angka kejadian PJK. Satu pertiga dari penyakit jantung iskemik dikarenakan oleh tingginya kolesterol. Secara umum, 2,6 juta kematian di dunia disebabkan oleh tingginya kolesterol. Pada tahun 2008 di dunia, prevalensi peningkatan kolesterol total pada dewasa 240 mgdL yaitu sebesar 9,7 . 14 Kolesterol yang tinggi ini lebih berperan pada pembentukan plak aterom ketika sudah terjadi jejas pada pembuluh darah koroner. Hal tersebut terbukti dengan diturunkannya kadar kolesterol dalam darah, angka kejadian PJK semakin menurun. 14 3. Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus DM adalah keadaan dimana terjadi gangguan metabolisme yang dapat berupa kerusakan pancreas sehingga membuat defisiensi insulin ataupun terjadinya resistensi insulin pada sel-sel tubuh sehingga dampak dari kedua keadaan tersebut adalah terjadinya peningkatan glukosa darah. 17 Lipid Optimal mgdL Borderline mgdL Tinggisangat tinggi mgdL Kolesterol total 200 200-239 240 Kolesterol HDL Laki-laki: 40 Perempuan: 50 Kolesterol LDL 100 100-129 130 Trigliserida 150 150-199 200 10 Peningkatan glukosa dalam darah pada DM tipe 2 dijelaskan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi endotel pembuluh darah yang dikarenakan oleh stress oksidatif sehingga akan mempermudah LDL berakumulasi dalam jejas tersebut. LDL yang terakumulasi dapat membuat plak aterom dan kemudian terjadi permeabilitas vaskular yang abnormal. 19 Tabel 2.3 Kadar glukosa dalam darah untuk diagnosis diabetes. 18,20 Penyakit jantung koroner dapat terjadi 2 sampai 4 kali lebih mudah dengan faktor risiko diabetes dibandingkan dengan yang tidak memiliki faktor risiko tersebut. Penelitian di United Kingdom Prospective Diabetes Study UKPDS menyatakan bahwa penurunan glukosa darah dapat menurunkan resiko stroke 21 dan infark miokard 23 dengan menurunkan juga angka kejadian komplikasi mikrovaskular. 19 Diabetes sering dikaitkan dengan beberapa faktor risiko lainnya seperti hiperlipidemia, hipertensi sistemik, dan obesitas sehingga dibutuhkan terapi yang secara keseluruhan untuk sindrom metabolik tersebut. 14 4. Obesitas Obesitas adalah keadaan dimana terjadi kelebihan kandungan lemak di jaringan adipose sehingga dampaknya adalah peningkatan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang. Obesitas dipicu oleh asupan kalori yang masuk dari makanan tidak seimbang dengan asupan kalori yang keluar sehingga terjadi penumpukan karbohidrat, lemak, dan protein pada sel-sel adiposit sebagai trigliserida. Untuk obesitas sentral diukur dari lingkar pinggang yang Glukosa darah puasa mgdL Glukosa darah sewaktu mgdL Plasma vena Darah kapiler Plasma vena Darah kapiler DM 126 100 200 200 Belum pasti DM 100 - 125 90-99 100-199 90-199 Bukan DM 100 90 100 90 11 diinterpretasikan jika lingkar pinggang 90 cm untuk laki-laki dan 80 cm untuk perempuan. 21,22 Obesitas sering menjadi faktor pemicu dari diabetes mellitus, hipertensi, dan hiperlipidemia sehingga obesitas dapat dijadikan faktor risiko dari penyakit jantung koroner. Menurut World Heart Federation, 58 dari diabetes mellitus dan 21 dari penyakit jantung iskemik disertai oleh peningkatan indeks massa tubuh diatas 21. 23 Tabel 2.4 Klasifikasi kategori IMT untuk Asia. 18,24 5. Merokok Rokok merupakan salah satu penyebab kematian di Amerika Serikat. Data dari CDC menyebutkan bahwa merokok akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebanyak 2-3 kali dibandingkan dengan non-perokok. Tetapi perokok pasif yang hanya menghirup asap rokok di tempat kerja maupun rumah mempunyai kesempatan yang sama dengan perokok aktif yaitu 25-30 untuk berkembang menjadi penyakit jantung. 25 Efek rokok terhadap peningkatan risiko PJK sering dijumpai apabila telah mengkonsumsi rokok lebih dari 25 batang perhari, dan risiko tersebut akan semakin meningkat apabila konsumsi dari rokok tersebut juga meningkat. Zat-zat kimia pada rokok yang paling kuat efeknya untuk menyebabkan penyakit jantung adalah nikotin, karbon monoksida CO, dan gas oxidant bagan 2.1. 26 Nikotin adalah zat yang mengaktifkan saraf simpatis sehingga akan membuat vasokontriksi pembuluh darah dan meningkatkan kerja jantung sehingga kebutuhan oksigen terhadap jantung meningkat. Selain itu, nikotin IMT kgm2 Klasifikasi 18,5 Berat badan kurang 18,5 – 22,9 Berat badan normal 23,0 – 24,9 Berat badan lebih dengan risiko 25,0 – 29,9 Obesitas I 30,0 Obesitas II 12 juga dapat menyebabkan disfungsi endotel vaskular, abnormalitas lipid, dan resistensi insulin. 26 CO adalah konstituen mayor yang terdapat pada rokok. CO yang beredar didalam darah nantinya akan mengikat pada hemoglobin sehingga mengurangi jumlah hemoglobin untuk membawa oksigen dan menghambat hemoglobin juga untuk pelepasan oksigen. Paparan CO pada perokok dalam jangka panjang akan membuat massa sel darah merah membesar dan mengurangi kapasitas dari sel darah merah untuk membawa oksigen sehingga hasilnya adalah keadaan hipoksemia. Keadaan hipoksemia dapat menyebabkan juga peningkatan massa sel darah merah yang efeknya adalah peningkatan kekentalan darah atau hiperkoagulasi. 26 Zat oksidan pada rokok menghasilkan radikal bebas yang berperan dalam proses inflamasi dan nantinya akan mengaktifkan trombosit serta disfungsi endotel. Aktivasi trombosit akan membantu proses aterogenesis pada vaskular semakin mudah. 26 Bagan 2.1 Mekanisme rokok menyebabkan keadaan akut pada kardiovaskular. 26 6. Aktivitas Fisik Olahraga mempunyai banyak efek terhadap beberapa faktor risiko PJK yang dapat diubah. Beberapa contohnya yaitu olahraga dapat menurunkan angka kejadian obesitas, hipertensi, kolesterol total dan LDL, serta 13 meningkatkan kolesterol HDL dan sensitivitas insulin pada orang dengan diabetes. 27 Manfaat fisiologis dari olahraga adalah perbaikan fungsi dan kemampuan tubuh untuk menggunakan oksigen sehingga ketika kemampuan ini sudah membaik maka ketika melakukan pekerjaan sehari-hari hanya akan sedikit merasa kelelahan. 27 Terdapat beberapa bukti bahwa olahraga dapat meningkatkan kapasitas pembuluh darah untuk dilatasi sehingga dinding pembuluh darah lebih konsisten dan kemampuan untuk memberikan oksigen ke otot lebih baik. Menurut penelitian, pasien serangan jantung yang berpartisipasi dalam program olahraga yang diberikan, angka mortalitasnya berkurang dari 20 menjadi 25. 27 Rekomendasi aktivitas fisik dari CDC American College of Sports Medicine ACSM consensus statement and surgeon General’s Report adalah melakukan aktivitas sedang 30 menit atau lebih setiap harinya. Aktvitas sedang yang dimaksud adalah kegiatan yang sebanding dengan berjalan cepat sekitar 2 sampai 4 mil per jam yaitu berbagai tugas rumah tangga, bersepeda, berenang, dan lain-lain. Dengan melakukan 30 menit dari aktivitas sedang harian tersebut energi yang dikeluarkan per minggu adalah 600-1200 kalori. 27 7. Stres Stres merupakan salah satu faktor risiko yang terdapat pada penyakit jantung koroner. Hal tersebut dikarenakan stres dapat memicu abnormalitas metabolisme lipid karena peningkatannya hormon kortisol. Selain itu, hormon lainnya yang berperan adalah katekolamin. Peningkatan katekolamin ini akan meningkatkan denyut jantung dan membuat vasokontriksi. 33 Stres akut seperti keadaan trauma atau bencana dapat menjadi pemicu munculnya gejala serangan jantung atau infark miokard. Stres kronik seperti keadaan stres ketika bekerja dapat menjadi pemicu berulangnya gejala infark miokard yang sudah pernah dialami sebelumnya. 33 14

2.1.3. Patogenesis dan patofisiologi