49
4.4.2. Hubungan faktor risiko responden dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun
Tabel 4.12 Hubungan riwayat keluarga PJK dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun
Riwayat PJK keluarga
Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun
Total Risiko
tinggi Risiko
sedang Risiko
rendah N
N N
N Tidak
9 81,8
33 84,6
69 88,5
111 86,7
Ya 2
18,2 6
15,4 9
11,5 17
13,3 Total
11 100
39 100
78 100
128 100
p-value=0,746
Dalam tabel 4.16 didapatkan hasil bahwa yang memiliki risiko tinggi dan tidak memiliki riwayat penyakit PJK di keluarga sebesar 81,8 dan yang
memiliki riwayat penyakit keluarga PJK sebesar 18,2. Hasil ini tidak memiliki hubungan yang bermakna karena p-value=0,746 0,05.
Penelitian ini sama seperti penelitian Yusnidar
44
yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit jantung dalam keluarga
dengan kejadian PJK dan riwayat penyakit jantung dalam keluarga bukan merupakan faktor risiko utama terjadinya PJK dengan p=0,310 dan Odds Ratio
OR=0,7. Hasil tersebut dapat dikarenakan riwayat penyakit jantung koroner dalam keluarga bukan faktor risiko utama namun riwayat keluarga akan
meningkatkan angka kejadian jika responden sudah memiliki gaya hidup yang berisiko terhadap penyakit jantung koroner, selain itu masih adanya
kemungkinan recall bias pada responden.
50
Tabel 4.13 Hubungan perokok dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun
Perokok Tingkatan risiko mengalami PJK dalam
10 tahun Total
Risiko tinggi
Risiko sedang
Risiko rendah
N N
N N
Tidak 4
36,4 26
66,7 67
85,9 97
75,8 Ya
7 63,6
13 33,3
11 14,1
31 24,2
Total 11
100 39
100 78
100 128
100 p-value=0,0001
Dalam tabel 4.17 didapatkan hasil bahwa seorang perokok memiliki risiko tinggi mengalami PJK dalam 10 tahun sebesar 63,6 dan seorang non-
perokok memiliki risiko rendah mengalami PJK dalam 10 tahun sebesar 85,9. Hasil ini mempunyai hubungan yang bermakna karena p-value=0,0001 0,05.
Hasil analisis ini didukung dengan penelitian dari Supriyono
6
yang hasil p-value=0,011 0,05 dan Amelia
38
yang hasil p-value=0,027 sehingga menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memiliki hubungan bermakna dengan
PJK dan merokok ini berisiko untuk terjadinya PJK pada usia 45 tahun sebesar 2,4 kali dibandingkan yang tidak merokok OR=2,4.
6
51
Tabel 4.14 Hubungan klasifikasi kolesterol dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun
Klasifikasi kolesterol
Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun
Total Risiko
tinggi Risiko
sedang Risiko
rendah N
N N
N Optimal dan
borderline 239 mgdl
2 18,2
16 41,0
49 62,8
67 52,3
Tinggi- sangat tinggi
240 mgdl 9
81,8 23
59,0 29
37,2 61
47,7
Total 11
100 39
100 78
100 128
100 p-value=0,005
Dalam tabel 4.18 didapatkan hasil bahwa kolesterol 240 mgdl dan memiliki risiko tinggi sebesar 81,8 dibandingkan dengan kolesterol 239
mgdl dan memiliki risiko rendah sebesar 62,8. Hasil ini memiliki hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol dengan tingkatan risiko PJK karena p-
value=0,005 0,05. Berdasarkan penelitian Supriyono
6
, kenaikan kadar kolesterol 200 mgdl tidak memiliki hubungan yang bermakna p=0,082, namun dapat
meningkatkan risiko untuk terjadinya PJK sebesar 1,8 kali lebih besar dibandingkan dengan kadar kolesterol darah 200 mgdl OR=1,8.
Namun menurut Amelia
38
, jika responden memiliki dislipidemia maka responden berisiko 6,479 kali menderita PJK dibandingkan yang tidak
dislipidemia. Hasil tersebut didukung hasil dari penelitian Supriyono
6
dan Amelia
38
dengan p value 0,006 dan 0,0001, OR 2,8 dan 6,479.
52
Tabel 4.15 Hubungan diabetes mellitus dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun
Diabetes mellitus
Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun
Total Risiko
tinggi Risiko
sedang Risiko
rendah N
N N
N Ya
2 18,2
4 10,3
3 3,8
9 7,0
Tidak 9
81,8 35
89,7 75
96,2 119
93,0 Total
11 100
39 100
78 100
128 100
p-value=0,452
Dalam tabel 4.19 didapatkan hasil bahwa yang menderita DM dan memiliki risiko tinggi untuk mengalami PJK lebih sedikit jumlahnya 18,2
dibandingkan dengan yang tidak menderita DM 81,8. Hal tersebut dapat dikarenakan jumlah sampel yang tidak DM lebih banyak dibandingkan yang DM
sehingga mempengaruhi hasil dari analisis ini. Namun, hasil dari yang tidak menderita DM dan memiliki risiko rendah untuk mengalami PJK lebih banyak
96,2 dibandingkan yang memiliki risiko tinggi. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara
diabetes mellitus dengan tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun karena p-value=0,452 0,05.
Berdasarkan penelitian Supriyono
6
bahwa DM dengan kejadian PJK memiliki hubungan yang bermakna p=0,0001. Namun pada penelitian Andi
41
, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara DM
dengan kejadian PJK pada usia p=0,09. Secara teori, keadaan hiperglikemi akan membuat disfungsi endotel
sehingga mempermudah terjadinya plak aterom. Perbedaan hasil penelitian ini bisa dikarenakan adanya beberapa kemungkinan yaitu pasien yang mempunyai
diabetes mellitus tersebut belum menderita selama 10 tahun seperti hasil penelitian Fadma
39
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara lama menderita DM dengan kejadian PJK p=0,043, selain itu kemungkinan DM
53
dikelola dengan baik dari farmakoterapi atau non-farmakoterapinya, dan responden tidak memiliki faktor risiko lain seperti hipertensi, hiperlipidemia,
dan kadar glukosa darah puasa pasien 126 mgdl.
34
Tabel 4.16 Hubungan tekanan darah dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun
Tekanan darah Tingkatan risiko mengalami PJK dalam
10 tahun Total
Risiko tinggi
Risiko sedang
Risiko rendah
N N
N N
Normal dan
prehipertensi 1
9,1 9
23,1 44
56,4 54
42,2
Hipertensi derajat 1 dan 2
10 90,9
30 76,9
34 43,6
74 57,8
Total 11
100 39
100 78
100 128
100 p-value=0,0001
Analisis bivariat dalam tabel 4.19 menunjukan bahwa hipertensi derajat 1 dan 2 yang memiliki risiko tinggi dan sedang untuk mengalami PJK adalah
sebesar 90,9 dan 76,9 dibandingkan dengan tekanan darah normal- prehipertensi yang memiliki risiko tinggi dan sedang sebesar 9,1 dan 23,1.
Hasil ini memilliki hubungan yang bermakna karena p-value=0,0001 0,05. Hasil analisis ini diperkuat oleh penelitian Amelia
38
dan Yusnidar
44
bahwa ada hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan PJK yaitu p value=0,002 dan 0,004 dengan OR 5,091 dan 3,5. Teori Soeharto juga
menyebutkan bahwa hipertensi menjadi suatu awal untuk menimbulkan gejala lain dari stroke dan PJK.
35
54
Tabel 4.17 Hubungan obesitas sentral dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun
Obesitas sentral
Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun
Total Risiko
tinggi Risiko
sedang Risiko
rendah N
N N
N Ya
4 36,4
29 74,4
64 82,1
97 75,8
Tidak 7
63,6 10
25,6 14
17,9 31
24,2 Total
11 100
39 100
78 100
128 100
p-value=0,004
Dalam tabel 4.17 menunjukan bahwa yang mengalami obesitas sentral dan memiliki risiko tinggi jumlahnya 36,4 lebih sedikit dibandingkan dengan
yang tidak mengalami obesitas sentral 63,6 dan untuk hasil risiko rendahnya jumlah yang mengalami obesitas sentral lebih banyak 82,1. Hal tersebut dapat
dikarenakan faktor risiko lain juga yang sangat berperan dalam patogenesis PJK seperti hipertensi, dislipidemia, DM, dan merokok, sedangkan obesitas sentral
ini lebih berperan banyak pada kejadian dislipidemia dan DM sebagai sindrom metabolik. Hasil analisis ini memiliki hubungan yang bermakna secara statistik
antara obesitas sentral dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun karena p value=0,004 0,05.
Secara teori, walaupun obesitas sentral berperan pada sindrom metabolik namun semakin tinggi tingkat obesitas sentral maka semakin meningkat risiko
untuk mengalami kejadian PJK dan dipengaruhi oleh faktor risiko lainnya. Hal tersebut dikaitkan dengan kadar adiponektin plasma yang rendah atau
hipoadiponektinemia sehingga mekanisme anti inflamasi dan antithrombosis sedikit. Selain itu, lemak pada abdomen merupakan lemak jahat atau LDL yang
merupakan salah satu komponen patogenesis PJK. Hasil ini diperkuat dengan penelitian dari Aryana
40
yang menyatakan bahwa obesitas sentral memiliki hubungan bermakna dengan kejadian hipoadiponektinemia dengan p-
value=0,001.
55
4.5. Kelebihan Penelitian