Patogenesis dan patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

14

2.1.3. Patogenesis dan patofisiologi

Aterosklerosis pada arteri koroner jantung merupakan awal mula terjadinya penyakit jantung koroner. Proses pembentukan aterosklerosis tersebut dimulai dengan terjadinya cedera endotel pembuluh darah yang disebabkan oleh hipertensi, zat nikotin pada pembuluh darah, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus. 16 Gambar 2.1 Patogenesis pembentukan aterosklerosis. 16 Setelah cedera endotel, terjadi beberapa proses seperti pada gambar 2.1 yaitu: 16,28 1. Akumulasi lipoprotein pada tunika intima pembuluh darah. LDL yang masuk akan teroksidasi didalamnya. 2. Stress oksidatif, termasuk konstituen dari LDL-teroksidasi menginduksi sitokin lokal. 3. Sitokin tersebut meningkatkan ekspresi dari molekul adhesi yang mengikat leukosit pada endotel dan molekul kemoatraktan monocyte chemoattractant protein 1 [MCP-1] yang secara langsung membantu migrasi leukosit ke dalam tunika intima. 4. Setelah masuk dinding arteri, monosit darah mendapatkan stimulus dari macrophage colony-stimulating factor M-CSF yang meningkatkan ekspresi dari reseptor scavenger. 5. Reseptor scavenger membantu makrofag untuk fagositosis LDL- teroksidasi dan nantinya membentuk sel busa. 6. Migrasi sel otot polos ke tunika intima dari tunika media. Terjadi penebalan dinding pembuluh darah 7. Sel otot polos mengalami proliferasi dan terjadi pembentukan matriks ekstraseluler. 15 8. Pada tahap berikutnya, kalsifikasi dapat terjadi dan fibrosis dapat terus berlanjut, kadang disertai dengan kematian sel otot polos yang nantinya terbentuk kapsul fibrosa atau disebut plak fibrosa. Plak yang terbentuk pada arteri koroner membuat lumen pembuluh darah koroner menyempit sehingga asupan oksigen otot jantung untuk berkontraksi menurun dan menimbulkan rasa tidak nyaman yang sering disebut sebagai nyeri dada dan biasanya muncul saat beraktivitas dan stress emosional. Keadaan tersebut sering disebut juga stable angina pectoris sebagai manifestasi dari penyakit jantung iskemik. 16 Plak fibrosa yang bisa terbentuk adalah plak yang stabil dan yang rentan. Plak fibrosa yang stabil mengandung lipid yang sedikit dan kapsul fibrosa yang tebal, sedangkan plak yang rentan mengantung lipid yang banyak dan kapsul fibrosa yang tipis sehingga lebih rentan pula untuk mengalami ruptur. Ruptur plak aterom akan mengaktifkan agregasi platelet yang nantinya aktivasi faktor pembekuan darah dan membentuk thrombus di dalam lumen pembuluh darah. 16 Sumbatan thrombus yang terdapat dalam pembuluh darah akan menyebabkan ketidak-seimbangan suplai oksigen dan kebutuhannya. Bentuk dari sindrom koroner akut bergantung kepada derajat obstruksi koroner. Sindrom koroner akut SKA adalah kumpulan gejala klinis yang sesuai dengan iskemia miokard akut dan yang termasuk ke dalam SKA adalah unstable angina UA, non ST-segment elevation myocardial infarction NSTEMI, dan ST-segment elevation myocardial infarction STEMI. 29 Obstruksi trombus yang parsial akan menimbulkan gejala dari UA, sedangkan obstruksi trombus yang total akan menyebabkan infark pada miokard. STEMI dan NSTEMI termasuk ke dalam infark miokard tetapi hanya dapat dibedakan jika sudah dilakukan pemeriksaan EKG yaitu didapatkan elevasi dari ST-segment. NSTEMI dan UA dapat dibedakan dengan test biomarker jantung, pada NSTEMI didapatkan biomarker jantung Creatine Kinase-MB, troponin T, dan troponin I yang meningkat. 29 16

2.1.4. Gejala klinis dan diagnosis