Definisi Faktor risiko Patogenesis

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skabies

2.1.1 Definisi

Skabies atau penyakit kudis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varietas hominis. 9,10,14,17

2.1.2 Etiologi

Sarcoptes scabiei adalah arthropoda yang termasuk kelas Arachnida, subclass Acari, ordo Astigmata, family Sarcoptida. 14 Tungau ini merupakan parasit obligat yang seluruh siklus hidupnya ada di manusia. 9 Arthropoda ini adalah organisme yang bertelur dan ukuran tungau betina dewasa sekitar 0,3-0,45 mm x 0,25-0,35 mm sedangkan tungau jantan dewasa berukuran lebih kecil yaitu sedikit lebih besar dari setengah ukuran tungau betina. 14 Tungau dewasa berbentuk oval seperti mutiara, transparan, putih, dan tanpa mata. 14,38 Bentuk larva dan nimpa menyerupai tungau dewasa tetapi ukurannya lebih kecil. 14 Tungau dewasa memiliki 4 pasang kaki yang pendek sedangkan larva memiliki 3 pasang kaki. 14,38 Gambar 2.1 Gambaran mikroskopis tungau Sarcoptes scabiei. Sumber: CDC, 2010. Diakses dari: http:www.cdc.govparasitesscabiesindex.html.

2.1.2.1 Siklus Hidup

Siklus hidup Sarcoptes scabiei seumur hidup pada kulit manusia. 38 Siklus hidup tungau terdiri dari 4 stadium yaitu telur, larva, nimpa dan tungau dewasa. 10 1. Tungau betina dewasa membuat terowongan dengan mengunyah dan menggerakkan tubuhnya di stratum korneum sampai batas stratum 2. granulosum kemudian meletakkan telur-telurnya pada 1cm panjang terowongan sekitar 2-3 telur setiap hari. 10,38 Bentuk telur oval dengan panjang 0,10 – 0,15 mm. Telur menetas dalam 3 sampai 4 hari. 10 3. Setelah telur menetas, larva bermigrasi ke permukaan kulit dan menggali terowongan pendek ke dalam stratum korneum yang disebut molting pouches. 10 Larva hanya mempunyai 3 pasang kaki. Stadium larva berlangsung selama 3 sampai 4 hari, kemudian mengalami pergantian kulit. 10 4. Setelah berganti kulit, larva berubah menjadi nimpa dengan 4 pasang kaki. 10 Larva dan nimpa dapat ditemukan di molting pouches atau di folikel rambut dan terlihat seperti tungau dewasa tetapi lebih kecil. 10 5. Tungau dewasa melakukan perkawinan di molting pouches. 10 Tungau jantan dewasa masuk ke molting pouches yang dibuat oleh tungau betina kemudian meninggalkan tungau betina. 10 Kemudian tungau betina yang telah dibuahi meninggalkan molting pouches dan menggembara di permukaan kulit sampai menemukan tempat yang cocok untuk menggali terowongan yang permanen. 10 Setelah tungau betina dewasa menemukan tempat yang cocok, tungau tersebut menggali terowongan yang berkelok- kelok kemudian meletakkan telur-telurnya sepanjang hidupnya selama 1-2 bulan. 10 Sekitar 10 dari telur-telur tersebut berkembang menjadi tungau dewasa. 10 Tungau jantan hidup di permukaan kulit dan memasuki terowongan untuk melakukan perkawinan. 38 Tungau jantan membuat lubang dangkal di kulit sampai menemukan terowongan tungau betina. 10 Tungau-tungau jantan ini jarang terlihat. 10 Gambar 2.2 Siklus hidup Sarcoptes scabiei. Sumber: CDC, 2010. Diakses dari: http:www.cdc.govparasitesscabiesbiology.html. Masa inkubasi sebelum timbul gejala klinis pada penderita skabies adalah 3 sampai 6 minggu untuk infestasi yang pertama kali. 9 Tetapi mungkin bisa sesingkat 1-2 hari pada kasus infestasi berulang. 17

2.1.2.2 Transmisi

Tungau ini tidak dapat terbang atau lompat tetapi merayap sejauh 2,5 cm per menit di atas permukaan kulit yang kering. 14 Tungau dapat bertahan hidup selama 24 sampai 36 jam pada suhu ruangan dan kelembaban rerata. 14 Cara penularan tungau ini dapat secara langsung yaitu kontak langsung antara kulit dengan kulit, kontak seksual atau tidak langsung melalui benda yaitu pakaian, seprai dan lain-lain. 14,17 Tranmisi secara tidak langsung melalui benda mati terjadi paling nyata pada crusted scabies. 38 Kondisi ini sangat menular dan siapapun yang berada di sekitar penderita berisiko terinfestasi tungau. 38 Sekitar 6000 tungaug per debris dari setiap seprai, lantai, gorden, kursi telah terdeteksi. 38 Pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa tungau betina yang baru fertilisasi adalah yang paling utama pada transmisi karena tungau betina dewasa jarang meninggalkan terowongan. 17 Transmisi utama adalah perpindahan tungau betina yang telah dibuahi. 14 Lebih dari 90 tungau yang imatur mati sebelum mencapai tahap tungau dewasa. 17 Pada infestasi pertama kali, peningkatan jumlah Sacroptes scabiei terjadi selama lebih dari 4 minggu telah dilaporkan, biasanya 10-15 tungau sekitar 3-50 yang hidup di host. 17,21 Sebaliknya, pada kasus yang lebih parah yaitu crusted scabies, jumlah tungau sangat banyak sekitar ratusan sampai jutaan tungau yang berinfestasi dan terjadi penebalan kulit pada penderita dikarenakan gangguan imun atau respon sensorik. 17,21,38 Transmisi langsung dapat terjadi selama 15-20 menit dengan kontak dekat. Pada iklim tropis dengan suhu 30 o C dan kelembaban relatif 75, tungau betina dapat bertahan hidup selama 55-67 jam diluar host. 17 Dengan demikian, tungau betina berpontensi untuk bertransmisi secara tidak langsung. 17 Telur Sarcoptes scabiei dapat bertahan hidup pada suhu yang rendah lebih dari 10 hari diluar host. 17 Hal ini juga memungkinan telur berpotensi sebagai sumber transmisi. 17

2.1.3 Faktor risiko

Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian skabies adalah usia, jenis kelamin, ras, hunian padat, higienitas, dan iklim. 17 Semua kelompok umur dapat terkena skabies, karena penularan dapat terjadi melalui transimisi langsung dan tidak langsung. 33 Pada penelitian Nanda 2014 terdapat hubungan antara umur dengan kejadian skabies, bahwa semakin umur mendekati remaja mempunyai risiko terkena skabies OR=2,263. 20 Beberapa faktor dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat sensitisasi individual. 34 Tingkat pendidikan juga mempengaruhi prevalensi penyakit di komunitas. 5 Individu dengan tingkat pendidikan rendah lebih berisiko tertular penyakit skabies. 18

2.1.4 Patogenesis

Tungau, telur, skibala atau feses tungau berperan sebagai iritan yang akan merangsang sistem imun tubuh untuk mengerahkan komponen- komponennya. 17,21,35 Selama 3-4 minggu pertama setelah infestasi pertama biasanya asimptomatik. Tetapi pada infestasi berulang, gejala klinis mungkin muncul lebih cepat sekitar 1-2 hari. 17 Dalam beberapa hari pertama, antibodi dan sistem imun spesifik lainnya belum memberikan respon. 22 Namun, terjadi perlawanan dari tubuh oleh sistem imun nonspesifik yaitu inflamasi. 22 Tanda inflamasi adalah kemerahan pada kulit, panas, nyeri, bengkak dan fungsio laesa. 22,23,24 Hal ini disebabkan karena pengaruh amin vasoaktif seperti histamine, triptamin, dan mediator lainnya yang berasal dari mastosit. 22,24 Mediator-mediator ini menyebabkankan gatal pada kulit. 22 Mediator-mediator lain yang juga berperan adalah prostaglandin, kinin dan faktor kemotaktik seperti C5a, histamine, leukotrien. 22,24 Faktor kemotaktik akan menarik fagosit ke tempat inflamasi. 22,24 Prostaglandin dan kinin meningkatkan permeabilitas endotel sehingga fagosit seperti neutrofil dan monosit akan menghancurkan antigen. 22,24 Bila proses inflamasi oleh sistem imun non spesifik belum dapat mengatasi infestasi tungau, maka imunitas spesifik akan terangsang. 36 Sistem imun spesifik yang berperan adalah reaksi delayed type hypersensitivity Hipersensitivitas tipe lambat atau Hipersensitivitas tipe 4. 17,21 Pada reaksi hipersensitivitas tipe 4, ketika pertama kali terekspos terhadap antigen protein dari Sarcoptes scabiei. 17,21 Hasil scabies gene discovery project didapatkan bahwa alergen Sarcoptes scabiei homolog dengan tungau debu rumah. 17 Sel CD4+ mengenali antigen dan terkait dengan molekul kelas II pada permukaan APC kemudian berdiferensiasi dari sel T CD4+ menjadi sel Th1. 22,23,24 Pada skabies respon imun didominasi oleh sel Th1 dengan sel T CD4+, sedangkan pada crusted scabies respon imun yang mendominasi adalah sel Th2 dan sel efektor predominan di kulit kemungkinan sel T CD8+. 17 Beberapa sel Th1 masuk ke sirkulasi dan berada pada pool memori sel T untuk waktu yang lama. 22,23,24 Sel-sel Th1 ini akan menyekresikan sitokin terutama IFN- , yang bertanggung jawab terhadap ekspresi hipersensitivitas tipe lambat. 22,23,24 Pada analisis level sitokin, rasio IFN- IL-4 tinggi pada skabies dan menstimulasi peripheral blood mononuclear cells PBMCs. 17 Sedangkan pada crusted scabies, kadar IL-5 dan IL-3 tinggi dan menstimulasi PBMCs. 17 Ekspresi hipersensitivitas tipe lambat ini bergantung pada sebagian besar sitokin yang disekresi oleh sel Th1. 22,23,24 Sitokin-sitokin yang dihasilkan dan efek yang ditimbulkan adalah sebagai berikut. 22,23,24 IFN- mengaktivasi makrofag. Paling penting sebagai aktivator makrofag yang kuat. Makrofag yang teraktivasi berperan dalam mengeliminasi antigen yang menyerang. IFN- juga akan memperbanyak diferensiasi sel Th1. IL-12 adalah sitokin yang diproduksi makrofag dan sel dendritik. Sekresi sitokin ini menginduksi diferensiasi sel T CD4+ menjadi sel Th1. IL-12 juga merupakan inducer poten dari sekresi IFN- oleh sel T dan sel NK. Il-2 menyebabkan proliferasi parakrin dan autokrin dari sel T. TNF dan limfotoksin akan meningkatkan sekresi dari prostasiklin, yang meningkatkan aliran darah dan menyebabkan vasodilatasi lokal. Selain itu, terjadi peningkatan ekspresi P-E-Selektin, molekul adhesi yang mempromosikan penempelan limfosit dan monosit. Efek lain yang ditimbulkan adalah induksi dan sekresi kemokin seoerti IL-8. Kemokin diproduksi oleh sel T dan makrofag. Kemokin ini akan merekrut lebih banyak lagi leukosit. Gambar 2.3 Patogenesis hipersensitivitas tipe 4. Sumber: Goldys RA et al. Immunology 5 th Ed, 2003, p 384. Pada sebuah ekperimen menunjukkan bahwa tungau skabies dapat menurunkan regulasi dari ekspresi banyak sitokin dan molekul adhesi dari sel keratinosit epidermis kulit, fibroblast dermis, dan sel endotel mikrovaskular dermis. 17

2.1.5 Gejala klinis