2. Berdasarkan observasi, santri tidak tidur menggunakan kasur tetapi tidur di lantai. Peneliti menduga transmisi skabies secara tidak langsung seperti
melalui kasur, seprai, dan selimut kejadiannya rendah sehingga transmisi skabies secara langsung lebih berperan yaitu kontak langsung antara kulit
dengan kulit pada santri di Pondok Pesantren Ummul Qura.
4.2 Karakteristik penderita
4.2.1 Distribusi penderita berdasarkan jenis kelamin
Distribusi penderita skabies berdasarkan jenis kelamin di Pondok Pesantren Ummul Qura dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 3
Distribusi penderita skabies berdasarkan jenis kelamin.
Jenis Kelamin Frekuensi
Persentase
L aki-Laki
30 68,2
Perempu an
14 31,8
Jumlah 44
100,0
Dari 44 santri yang menderita skabies, penderita santri laki-laki adalah 30 santri 68,2, lebih banyak dibandingkan dengan santri perempuan 14 santri
31,8. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Eka 2004, jumlah penderita skabies laki-laki 27 santri 84,4 dan perempuan 5 santri 15,4.
15
Penelitian Suci dkk 2013 juga menunjukkan hasil yang sama yaitu sebagian besar laki-laki 76 orang 55,1 dibandingkan perempuan 62 orang 44,9.
18
Penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari dan Saleha Sungkar 2014 menunjukkan prevalensi skabies berhubungan dengan jenis kelamin p=0,048 prevalensi
skabies santri laki-laki 66 57,4 sedangkan prevalensi skabies santri perempuan 33 42,9.
5
Penyebab hal ini diduga karena higienitas personal laki-laki kurang. Perempuan lebih cenderung menjaga kebersihan dan penampilan diri sedangkan
laki-laki tidak memperhatikan penampilan diri sehingga berpengaruh terhadap perawatan kebersihan diri.
18
Higienitas dan penampilan diri antara lain seperti perilaku saling meminjam pakaian dan handuk, kebiasaan mandi, dan kebiasaan
mengganti pakaian, kebiasaan memakai selimut bersama, dan kebiasaan mencuci
pakaian bersama berhubungan dengan kejadian skabies.
19
Pada penelitian Suci dkk 2013 menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kejadian skabies dengan
personal hygiene p0,05.
18
4.2.2 Distribusi penderita berdasarkan usia
Menurut Depkes RI 2009, kategori usia adalah sebagai berikut. 1. Masa balita
: 0-5 tahun 2. Masa kanak-kanak
: 5-11 tahun 3. Masa remaja awal
: 12-16 tahun 4. Masa remaja akhir
: 17-25 tahun 5. Masa dewasa awal
: 26-35 tahun 6. Masa dewasa akhir
: 46-55 tahun 7. Masa lansia awal
: 56-65 tahun 8. Masa lansia akhir
: 65-sampai atas. Berdasarkan kategori usia diatas maka distribusi penderita skabies
berdasarkan usia di Pondok Pesantren Ummul Qura dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
4
Distribusi penderita skabies berdasarkan usia
Kelompok usia Frekuensi
Persentase ≤ 11 tahun
3 6,8
12 - 16 tahun 39
88,6
16 tahun 2
4,5
Jumlah 44
100,0
Pada tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penderita skabies lebih banyak pada kelompok usia 12-16 tahun yaitu sebanyak 39 santri
88,6, sedangkan kelompok usia ≤ 11 tahun sebanyak 3 santri 6,8, dan
kelompok usia 16 tahun sebanyak 2 santri 4,5. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Eka 2004 didapatkan hasil pada kelompok usia 11-15 tahun
sebanyak 21 orang 66.
15
Penelitian Riris 2010 menunjukkan bahwa kelompok umur 12-14 tahun lebih banyak menderita skabies yaitu sebanyak 53 orang
55,79 dibandingkan kelompok umur 15-17 tahun sebanyak 30 orang 31,58.
19
Pada penelitian Suci dkk 2013, santri yang skabies paling banyak
berusia 13 tahun sebesar 26,8 diikuti usia 16 tahun sebesar 20,3 , usia 14 tahun 18,1 dan usia 15 tahun 13,8.
18
Penelitian yang dilakukan oleh Nanda 2014 terdapat hubungan antara umur dengan kejadian skabies. Penelitian tersebut
menunjukkan semakin umur responden mendekati remaja mempunyai risiko terkena skabies OR=2,263.
20
Hasil ini sesuai dengan teori prevalensi skabies tertinggi adalah anak-anak sampai remaja, kemudian menurun pada kelompok dewasa muda, dan meningkat
kembali pada lansia.
17
4.2.3 Distribusi penderita berdasarkan tingkat pendidikan