akan mengakibatkan alkalosis. Penurunan pengembangan paru karena kebocoran kapiler, hipoxemia,  peningkatan  kebutuhan  respirasi,  peningkatan  sekresi  dan
bronkospasme yang  dipicu  infeksi  semuanya  akan  berakibat  pada  gejala  klinis sesak  napas.  Jika  cukup  berat,  perubahan  mekanika  paru  yang  menyebabkan
pengurangan volume paru serta kemampuan pengembangan paru dan mengalirnya darah ke dalam ruang intapulmonar dapat menjadi penyebab kematian pasien.
2.1.6. Manifestasi Klinis
Manifestasi  klinis pneumonia  komunitas  secara  umumnya  sama  dengan pneumonia tipe lainnya, yaitu manifestasi klinis yang sering muncul adalah demam
dengan  takikardia,  memiliki  riwayat  demam  menggigil  dan  berkeringat.  Adapun gejala batuk dapat non-produktif dan produktif, sedangkan sekret yang keluar dapat
berupa mukus, purulent, atau darah yang bercampur dengan sputum. Gejala utama lain yang muncul adalah sesak napas. Pada kondisi ringan mungkin pasien masih
bisa  berbicara  dengan  kalimat  lengkap,  namun  pada  kondisi  berat,  pasien  akan kesulitan  dalam  bernapas.  Jika  terdapat  penyebaran  sampai  pleura,  pasien  akan
merasakan sakit  dada  pleuritik.  Lebih  dari  20  pasien  memiliki  gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare. Gejala lain yang mungkin muncul
adalah lemas, sakit kepala, nyeri otot dan nyeri sendi.
3
Adapun dari pemeriksaan fisik yang kemungkinan akan didapatkan adalah peningkatan  frekuensi  pernapasan  dan  penggunaan  otot  bantu  napas  tambahan.
Pada  palpasi,  mungkin  akan  ditemukan  peningkatan  dan  penurunan  fremitus, sedangkan pada perkusi, akan didapatkan perubahan dari tumpul menjadi rata, pada
daerah  yang mengalami  konsolidasi  dan  efusi  pleura.  Adapun  pada  auskultasi, kemungkinan  terdengar  suara  ronkhi  dan  suara  gesekan  atau  friksi  pada  pleura.
Pada orang tua, gejala-gejala tersebut tidak terlalu nampak.
3
2.1.6.1. Batuk dan Sputum Abnormal
16
Batuk  adalah refleks  penting  yang  membantu  membersihkan  jalan  napas ketika terdapat sejumlah material yang terinhalasi, sekret berlimpah, atau substansi
abnormal, seperti edema atau pus. Dalam definisi lain, batuk adalah reflek tiba-tiba, biasanya  involunter,  pengeluaran  udara  dari  paru  dengan  karakteristik  yang  khas
dan  suara  yang  mudah  dikenali. Batuk  merupakan  gejala  paling  umum  pada gangguan  respirasi,  yang  mana  memiliki  fungsi  pertahanan  saluran  napas  dari
substansi asing, dan menjaga patensi jalan napas dengan mengeluarkan sekret dari jalan udara.
Efek dinamis dari batuk adalah pembentukan kecepatan aliran udara pada jalan  napas  yang  cukup  kuat  untuk  mengeluarkan  secret  yang  terakumulasi  di
permukaan mukosa. Mesikpun pada umumnya batuk merupakan reflek volunteer, namun terkadang batuk dapat menjadi reflek fisiologis. Reflek batuk diperantarai
oleh lengkung reflek pada reseptor sensori yang akan terus berjalan ke serabut saraf aferen, sistem saraf pusat, serabut saraf eferen, dan otot efektor.
Reseptor batuk merupakan reseptor iritan. Reseptor-reseptor ini berada pada ujung saraf bebas yang banyak terdapat pada lapisan mukosa laring, carina, trakea,
dan  bronkus,  yang  distimulasi  oleh  iritan  mekanik  dan  kimiawi.  Pada  tempat- tempat  tersebut,  batuk  merupakan  pertahanan tubuh  paling  efektif  untuk
membersihkan sekret. Reseptor batuk lain berada di faring, jalan napas perifer, dan intrathorak  atau  ekstrathorak  lain.  Ketika  reseptor  tersebut  teraktivasi  baik  dari
iritan  mekanik  atau  kimiawi,  impuls  akan  dihantarkan  ke  serabut  saraf  aferen  di vagus,  mesikpun  beberapa  ada  di  glossofaringeal  dan  trigeminal,  tergantung
reseptor yang terlibat. Kemudian dilanjutkan ke pusat batuk di medulla. Di sini lah tempat  insiasi  terjadinya  batuk  dan  modifikasinya. Lalu,  dilanjutkan  ke  serabut
saraf eferen di vagi laring, kemudian pada efektor dilanjutkan ke saraf frenikus dan  saraf  motoric  spinal  yang  mempersarafi  otot-otot  ekspirasi  napas. Pada
pneumonia,  reseptor  batuk  biasanya  diinisasi  karena  adanya  akumulasi  cairan  di saluran  napas.  Sehingga  batuk  dapat  ditemukan  pada  hamper  semua  pasien
pneumonia. Adapun bagaimana batuk terjadi secara mekanise, melewati beberapa tahap,
yaitu: a. Inspirasi awal yang dalam,
b. Penutupan  glottis  yang  ketat,  diperkuat  dengan  struktur supraglottis,
c. Kontraksi cepat dan kuat otot ekspirasi,
d. Pembukaan tiba-tiba glottis sedangkan otot ekspirasi kontraksi terus.
Tekanan intrapulmonari yang sangat tinggi yang dihasilkan pada dua fase terakhir menghasilkan aliran udara yang sangat cepat dari paru-paru setelah glottis
terbuka. Selain  itu,  perbedaan  tekanan  antara  bagian  luar  dan  dalam  jalur  udara intrathorak  selama  fase  ke-4,  menyebabkan kompresi  yang  dinamis  dan  adanya
penyempitan.  Kombinasi  dari  aliran  udara  yang  tinggi  dan  saluran  napas  yang menyempit  menghasilkan  aliran  udara  dengan  kecepatan  linier  dan  terkadang
mendekati kecepatan suara. Karakteristik suara batuk dihasilkan akibat adanya getaran pada pita suara,
lipatan  mukosa  atas,  dan  bawah  glottis,  serta  akumulasi  secret.  Perbedaan  pada suara batuk dikarenakan beberapa faktor, yaitu sifat dan kuantitas sekret, perbedaan
anatomi,  dan  perubahan  patologi  laring  dan  jalur  napas  lain, serta  adanya  gaya paksa batuk. Getaran batuk ini juga berguna untuk meluruhkan secret yang berada
di dinding jalan napas. Reflek batuk ini memiliki peran penting dalam membersihkan secret yang
berada  pada  jalan  napas  perifer di  mana kerja  dari  klirens  mukosiliar  terganggu. Terdapat mekanisme bagaimana batuk dapat membersihkan secret pada jalan napas
perifer yaitu dengan mekanisme “milking”. Mekanisme ini terjadi pada jalan napas terkecil sehingga secret akan terperas ke atas melewati bronkus.
Batuk akut adalah batuk yang pulih dalam waktu 2-3 minggu setelah onset penyakit  atau  pulih  dengan  penanganan  pada  penyakit  yang  mendasarinya.
Sedangkan  batuk  kronik  adalah  batuk  yang  menetap  dalam  waktu  lebih  dari  3 minggu,  mesikpun  penelitian  lain  berpendapat  7-8  minggu.  Pada  pneumonia
komunitas lebih  sering  pada  batuk  akut,  namun  dapat  timbul  batuk  kronik  jika pasien memiliki riwayat merokok.
Warna,  konsistensi,  bau,  dan  jumlah  sputum  berbeda-beda  pada  setiap gangguan  paru.  Warna  dan  bau  yang  khas  dapat  menunjukkan suatu  infeksi
mikroorganisme  yang  spesifik. Sputum  yang  dikeluarkan  biasanya  berisikan material endogen dan eksogen, termasuk transudasi atau eksudasi, mikroorganisme,
sel  atau  jaringan  nekrosis,  muntah  yang  teraspirasi,  atau  partikel  asing  lain. Penampakan  kasar  dan  pemeriksaan  fisik  lain  pada  sputum,  tergantung  pada
material  yang terdapat pada sputum. Sputum mukoid biasanya jernih dan kental, hanya  mengandung  sedikit  elemen  mikroskopis.  Sedangkan  sputum  purulent
biasanya berwarna, seperti kuning atau hijau, dan keruh. Ini menandakan adanya sel darah putih dalam jumlah besar, khususnya granulosit neutrofil.
Sputum dapat memprediksi etiologi pada penyakit pneumonia berdasarkan warnanya dan konsistensinya. Pada patogen S. pneumonia sputum yang dihasilkan
berwarna  kuning  tua, Pseudomonas,  Haemophillus, dan  spesies  pneumokokkus menghasilkan  sputum  berwarna  hijau, Klebsiella berwarna  merah,  tebal  dan
konsistensinya  seperti  jelly,  dan  pada  infeksi  anaerobik  sputum  yang  dihasilkan memiliki baud an rasa yang buruk.
2.1.6.2. Batuk Darah Hemoptisis
10,16
Hemoptisis adalah batuk yang dikeluarkan mengandung darah atau sekret berdarah.  Seringkali  hemoptisis  ini  dibuat  bingung  dengan  hematemesis,  yaitu
muntah  darah.  Darah  yang  dibatukkan  biasanya  merah  cerah, memiliki  pH  basa, dan  bercampur  dengan  busa,  sedangkan  jika  darah  yang  dimuntahkan  biasanya
berwarna gelap, memiliki pH asam, dan bercampur zat makanan. Hemoptisis  terjadi  karena  adanya  kerusakan  pada  parenkim  paru  dengan
ruptur pembuluh darah atau inflamasi, cedera, atau kanker dari organ pernapasan. Jumlah  dan  durasi  perdarahan  dapat  menunjukkan  sumber  perdarahan.  Untuk
mendeteksi  penyebab  hemoptisis  dapat  menggunakan  bronkoskopi  dan  CT  scan. Sedangkan pada pasien yang berat, akan terjadi syok sepsis dan kegagalan organ
Berikut alur penilaian dari keparahan penumonia.
2.1.6.3. Sesak Napas Dispneu
3,6,12,13
Ketika  mikroorganisme  mampu  bertahan  dari  mekanisme  pertahanan saluran  napas  atas,  maka  makrofag  alveolus  yang  akan  menjadi  pertahanan
selanjutnya.  Makrofag  alveolus  memiliki  kemampuan  fagositosis  untuk mengeliminasi mikroorganisme tanpa merangsang respon inflamasi atau imun yang
signifikan.  Sehingga  tidak  merusak  jaringan  sekitar.  Namun,  ketika