Kapsul Polisakarida Pili Pneumokokkus
                                                                                berikatan  dan  mengganggu  laktoferin,  sehingga  meningkatkan ketersediaan besi bebas yang dibutuhkan pertumbuhan bakteri.
d. Faktor A dan B Aderensi dan Virulensi Pneumokokkus Adesin, PavA dan PavB S. pneumoniae, berfungsi untuk invasi
dan  penyebaran  pneumokokkus  ke  sel  host.  PavA  akan  berikatan dengan  komponen  matriks  ektraselular,  fibronektin,  sedaangkan
PavB  akan  berikatan  dengan  fibronektin  dan  plasminogen.  Efek adesi atau penempelan ini diperantarai oleh sekuens berulang dari
streptococcal  surface  repeats SSURE.  Hal  ini  mengemukakan bahwa  PavA  dapat  mempengaruhi  kolonisasi  pneumokokkus
dengan memodulasi ekspresi atau fungsi factor virulensi. e. Neuraminidase
Tiga  bentuk neuraminidase yang  dapat  diidentifikasi  pada pneumokokkus,  yaitu  NanA,  NanB,  dan  NanC. NeuraminidaseA
memotong  asam  sialik  terminal  dari  glikan permukaan  sel  seperti musin, glikolipid, dan glikoprotein yang berkontribusi untuk adesi
dan  kolonisasi  pneumokokkus.  NanA  juga  berperan  penting  pada pembentukan biofilm. NanB terlibat pada metabolism pemanfaatan
asam sialik sebagai karbon dan sumber energi oleh pneumokokkus, sementara NanC memegang peran regulasi.
f. Hialuronidase
Hialuronidase disekresikan  oleh  pneumokokkus  dan  berfungsi memecah  komponen  asam  hialuronat  dari  jaringan  ikat  host  dan
matriks ekstraselular. Peningkatan permeabilitas  epitel disebabkan oleh aktivitas hialuronidase yang akan mendukung penyebaran dan
kolonisasi S.pneumoniae, khususnya  ketika  beraktivitas  bersama dengan pneumolisin.
g. Pneumolisin Toksin  protein  pneumokokkus,  pneumolisin,  adalah  anggota
dari keluarga thiol-activated cytolysins dan virulensi penting untuk factor  patogen.  Toksin  akan  berikatan  dengan  kolesterol  pada
membrane  sitoplasmik  sel  eukariotik,  diikuti  oleh  insersi  ke membrane,  yang  menyebabkan  pembentukan  pori  besar  dan
sitolisis. Pada tahap awal infeksi, pneumolisin membantu kolonisasi nasofaring  melalui  efek  inhibitor  pada  epitel  silia  respirasi.  Selain
itu,  toksin  juga  berefek  mengganggu  taut  antar  sel  yang mengakibatkan  integritas  epitel  selapis  terganggu.  Hal  ini  akan
membantu terjadinya invasi patogen. Pada  konsentrasi  sitotoksik  yang  tinggi,  pneumolisin  juga
menghambat  fungsi  protektif  imunitas sel  baik  bawaan  maupun didapat,  serta  pematangan  sel  dendritic.  Akan  tetapi  pada
konsentrasi  non-sitolitik  yang  lebih  rendah,  toksin  memiliki aktivitas  pro-inflamasi  sebagai  konsekuensi  pembentukan  pori
sublitik  dan  masuknya  kalsium  kedalam  imunitas  dan  sel-sel inflamasi.  Hal  ini,  pada  gilirannya,  mengakibatkan  hiperaktivitas
fagositosis,  induksi  untuk  memproduksi  sitokin-sitokin  pro- inflamasi.
                