Gambar 2.1. Patologi Pneumonia Lobaris
11
Sumber. Mohan H. Textbook of Pathology. 6
th
ed. Jaypee Brothers Medical Publishers. 2010. P469.
Adapun  pada  gambaran  histologi  tahap  patologi  pneumonia  lobaris ditemukan beberapa gambaran khas Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Gambaran Histologi Patologi Pneumonia Lobaris
11
Sumber. Mohan H. Textbook of Pathology. 6
th
ed. Jaypee Brothers Medical Publishers. 2010. P470- 471.
B. Bronkopneumonia Disebabkan  infeksi  bakteri  akut  yang  mengenai  bronkiolus  terminal,
memiliki ciri eksudat purulent, yang meluas ke sekitar alveolus melalui rute endobronkial,  yang  menghasilkan  gambaran  konsolidasi.  Hal  ini  sering
terlihat pada usia lanjut usia yang berhubungan dengan kelemahan kronik. Etiologi penyebabnya biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, B
Haemolytic streptococci, Haemophilus influenza, Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas.
Gambar 2.3. Gambaran Histologi Bronkopneumonia
11
Sumber.  Mohan  H.  Textbook  of  Pathology.  6
th
ed.  Jaypee  Brothers  Medical  Publishers. 2010. P472.
C. Pneumonia Intersisial Proses inflamasi yang disebabkan oleh infeksi virus atau mikoplasma,
dapat  mengakibatkan  terjadinya  pneumonia  intersisial  tanpa  eksudat alveolar. Karakteristik tipe pneumonia ini adalah adanya edema pada septal
alveolar  dan  infiltrat mononuklear.
Etiologinya  disebabkan  oleh Mycoplasma pneumonia, virus sinsitial sistem pernapasan, virus influenza,
adenovirus, citomegalovirus, Chlamydia, dan Coaxiella.
Gambar 2.4. Gambaran Histologi Pneumonia Intersisial
11
Sumber. Mohan H. Textbook of Pathology. 6
th
ed. Jaypee Brothers Medical Publishers. 2010. P473.
Tabel 2.2. Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Gambaran Anatomi Parenkim Paru
13
Varian Mikroorganisme Penyebab
Karakteristik
Pneumonia Lobaris Tersering S. pneumoniae
Eksudasi intra-alveolus sebagian besar menghasilkan konsolidasi,
Dapat melibatkan seluruh lobus, Jika tidak diobati, morfologinya dibagi
4  tahap:  kongesti,  hepatisasi  merah, hepatisasi abu, dan resolusi
Bronkopneumonia Banyak
mikroorganisme, termasuk
Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenza,
Klebsiella pneumoniae,
dan Streptococcus pyogenes
Infiltrat inflamasi  akut  meluas  dari bronkiolus ke percabangan alveolus,
Distribusi patchy melibatkan satu atau lebih lobus
Pneumonia Intersisial
Tersering virus
atau Mycoplasma pneumoniae
Difus, patchy  terlokalisasi  di  area intersisial dinding alveolus,
Penyebaran melibatkan satu atau lebih lobus
Sumber. Schneider AS, Szanto PA. BRS Pathology. 5
th
ed. Wolters Kluwer. 2014. P211.
Secara  klinis  menggolongkan  pneumonia  kepada  pasien  harus  dilakukan dengan hati-hati bergantung pada tempat terjadinya infeksi pneumonia, karena hal
ini  dapat  membantu  seorang  dokter  dalam  menatalaksana  pasien  dengan memberikan terapi antibiotik yang tepat.
Gambar 2.5. Perbedaan Penampakan antara Pneumonia Lobaris dan Bronkopnuemonia
11
Sumber. Mohan H. Textbook of Pathology. 6
th
ed. Jaypee Brothers Medical Publishers. 2010. P472.
Tabel 2.3. Perbedaan Pneumonia Lobaris dan Bronkopneumonia
11
Perbedaan Pneumonia Lobaris
Bronkopneumonia
Definisi Infeksi bakteri akut pada
sebagian lobus atau satu lobus penuh pada satu paru atau
keduanya. Infeksi bakteri akut di
bronkiolus terminal meluas ke alveolus
Kelompok Usia Lebih sering pada dewasa
Lebih sering pada bayi dan usia tua
Faktor Predisposisi Lebih sering pada individu
sehat Penyakit sebelumnya,
kelemahan, flu, campak Etiologi
Pneumokokkus, Klebsiella pneumoniae, Staphilokokkus,
Streptokokkus Staphilokokkus,
Streptokokkus, Pseudomonas, Haemophilus influenza
Patologi Morfologinya dibagi 4 tahap:
kongesti, hepatisasi merah, hepatisasi abu, dan resolusi
Konsolidasi patchy dengan granular sentral, eksudasi
alveolus, septa menebal Diagnosis
Leukositosis neutrofil, kultur darah positif, konsolidasi
pada X-ray Leukositosis neutrofil, kultur
darah postif, keruh berbintik X-ray
Prognosis Respon baik pada
pengobatan, resolusi sering terjadi, prognosis baik
Respon terhadap pengobatan tertentu, prognosis jelek
Komplikasi Jarang terjadi: efusi pleura,
empyema, abses paru Bronkiestasis, dan komplikasi
seperti pneumonia lobaris Sumber. Mohan H. Textbook of Pathology. 6
th
ed. Jaypee Brothers Medical Publishers. 2010. P473
2.1.3. Epidemiologi
Data epidemiologi pneumonia komunitas di Amerika, menunjukkan bahwa insidensi  pneumonia  terdapat  12  kasus  dari  1000  orang.  Akan  tetapi  kejadian
pneumonia dapat meningkat pada usia di bawah 4 tahun , yaitu berkisar 12-18 kasus dari 1000 balita dan juga meningkat pada usia lebih dari 60 tahun, yaitu berkisar 20
dari  1000  orang  dan  akan  terus  meningkat  seiring  bertambahnya  usia.  Adapun sebagian  besar  pasien  yaitu  80  dari  4  juta  pasien  pneumonia komunitas yang
terjadi tiap tahun, ditangani sebagai pasien rawat jalan, dan 20 ditangani di rumah sakit. Sedangkan kematian pneumonia komunitas di Amerika berkisar 45.000 setiap
tahunnya.
2
Faktor  risiko  pneumonia komunitas penting  untuk  diketahui,  karena berhubungan  dengan  pengobatan  yang  akan  diambil  oleh  pasien.  Faktor  risiko
pneumonia komunitas adalah  alkohol,  asma,  immunosupresi,  pengaruh  adat,  dan pada  usia  lansia.  Sedangkan  faktor  resiko  pneumococcus  yaitu  infeksi S.
pneumoniae meliputi  demensia,  kejang,  gagal  jantung,  penyakit  cerebrovaskular, alkohol,  merokok,  PPOK,  dan  HIV.  Enterobakter  cenderung  menginfeksi  pasien
yang sudah pernah masuk rumah sakit atau yang menerima terapi antibiotik, atau merupakan  penyakit  komorbid  dari  alcohol,  gagal  jantung  dan  gagal  ginjal. P.
aeruginosa sering  timbul  pada  pasien  yang  memiliki  gangguan  paru  structural berat, seperti bronkiektasis, fibrosis sistik, atau PPOK berat. Adapun faktor risiko
Legionella berupa diabetes, keganasan hematologi, kanker, gagal ginjal berat, HIV, merokok, pria, atau tinggal di hotel.
Kejadian pneumonia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Maka  pneumonia  lebih  sering  dijumpai  pada  orang  lanjut  usia.  Hal  ini  berkaitan
dengan  penurunan  kualitas  dan  kuantitas  dari  saluran  pernapasan  itu  sendiri, sehingga lebih rentan terjadinya infeksi.
3
2.1.4. Etiologi
Pneumonia komunitas disebabkan oleh berbagai mikroorganisme termasuk bakteri,  jamur,  virus  dan  protozoa.  Meskipun  penyebab  yang  tersering  adalah S.
pneumonia, mikroorganisme lain perlu dipertimbangkan sebagai faktor resiko dan factor  keparahan  penyakit.  Menurut  klasifikasi  terdahulu,  penyebab  patogen
pneumonia dibagi dua, yaitu pathogen tipikal dan atipikal. Patogen tipikal berupa S. pneumoniae, S. aureus, Haemophilus influenza, dan bakteri Gram-negatif seperti
Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan patogen atipikal biasanya disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, dan
Legionella sp. serta beberapa virus yang menyerang pernapasan seperti influenza dan adenovirus.
3
Tanda dan gejala dari patogen atipikal dan patogen tipikal dapat dibedakan berdasarkan gambar berikut:
Tabel 2.4. Perbedaan Tanda  dan Gejala  dari  Pneumonia Atipik  dan Pneumonia Tipik
3
Tanda dan Gejala Pneumonia Atipikal
Pneumonia Tipikal
Onset Gradual
Akut Suhu
Kurang tinggi Tinggi, menggigil
Batuk Non produktif
Produktif Dahak
Mukoid Purulent
Gejala lain Nyeri  kepala,  myalgia,  sakit
tenggorokan, suara
parau, nyeri telinga
Jarang
Gejala di luar paru Sering
Lebih jarang Pewarnaan Gram
Flora normal atau spesifik Kokkus Gram + atau -
Radiologi Patchy atau normal
Konsolidasi lobar Laboratorium
Leukosit normal
kadang rendah
Lebih tinggi Gangguan fungsi hati
Sering Jarang
Sumber. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, dkk. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18
th
ed. Mc Graw Hill Medical. 2012. P2130.
Namun, terdapat
juga klasifikasi
yang membagi
penyebab mikroorganismenya  berdasarkan  tempat  perawatannya.  Klasifikasi  ini  membagi
tiga  tempat  perawatan  menjadi  rawat  jalan  dan  rawat  inap,  rawat  inap  kemudian dibagi kembali menjadi ICU dan non-ICU. Berikut klasifikasi tersebut,
Tabel 2.5.  Mikroorganisme  Penyebab  Pneumonia Komunitas Berdasarkan Tempat Perawatan.
3
Rawat Jalan Rawat Inap
Non-ICU ICU
S. pneumoniae S. pneumonia
S. pneumonia Mycoplasma pneumonia
M. pneumonia S. aureus
Haemophilus influenza Chlamydia pneumonia
Legionella sp. C. pneumonia
H. influenza Bakteri Gram-negatif
Virus saluran
pernapasan influenza,  parainfluenza  dan
adenovirus Legionella sp.
H. influenza
Virus saluran
pernapasan influenza,  parainfluenza  dan
adenovirus Sumber. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, dkk. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18
th
ed. Mc Graw Hill Medical. 2012. P2131.
Mikroorganisme atipikal tidak dapat dikultur dengan media  yang standar, maupun dengan pewarnaan Gram. Adapun pengobatan terhadap pathogen atipikal
ini,  hakekatnya  resisten  terhadap  anti-biotik  B-laktam  dan  harus  diobati  dengan makrolid,  fluoroquinolone,  atau  tetrasiklin.  Akan  tetapi,  pada  10-15  kasus
pneumonia komunitas,  merupakan  polimikroba di  mana etiologinya  disebabkan oleh kombinasi pathogen tipikal dan atipikal.
Meskipun, pada zaman ini, sudah dilakukan anamnesis yang menyeluruh, pemeriksaan  fisik  dan  pemeriksaan  radiologi  yang  rutin,  tetap  saja  untuk
menentukan  patogen  penyebab  pneumonia komunitas masih  sulit,  terbukti  lebih dari setengah kasus, tidak teridentifikasi penyebabnya yang spesifik. Akan tetapi,
berdasarkan data epidemiologi dan faktor resiko tertentu, mungkin dapat ditemukan hubungan dengan pathogen tertentu.
3
2.1.4.1 Streptococcus pneumonia
Penyebab  paling  sering  dari  pneumonia  bakteri,  baik  yang  didapat  dari komunitas sekitar  75  dari  seluruh  kasus  maupun  dari  rumah  sakit.
Patogenesisnya  berawal  dari  bakteri  pneumokokus  mencapai  alveoli  melalui