Menurut penelitian Muchsis 2002 di kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat, dimana penderita yang meninggal 1 kasus 0,29 karena tidak mendapatkan
Vaksin Anti Rabies setelah digigit anjing.
29
Menurut penelitian Hartati 2006 di Kabupaten Simalungun dimana yang meninggal sebanyak 1 kasus 0,3 yang
terjadi pada anak umur 6 tahun dan tidak mendapatkan Vaksin Anti Rabies.
27
6.2. Karakteristik Menurut Reservoir
6.2.1. Jenis Hewan Penular Rabies Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies
Berdasarkan Jenis Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007
Jenis He wan Pe nular Rabie s
98,0 2,0
Anjing KeraMonyet
Gambar 6.7. menurut hewan penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu dapat dilihat bahwa jenis hewan penular Rabies terbanyak terdapat oleh hewan anjing yaitu
sebanyak 99 ekor 98,0 dan keramonyet sebanyak 2 ekor 2,0.
Universitas Sumatera Utara
Tingginya hewan penular Rabies pada jenis binatang anjing disebabkan kebiasaan masyarakat dalam memelihara anjing sebagai hewan kesayangan, penjaga
rumah dan penjaga kebun dibandingkan dengan hewan lain. Menurut penelitian Suwandi 2003, tingginya kasus di Kota Medan oleh
gigitan anjing yaitu 265 kasus 77,94 disebabkan karena kebiasaan masyarakat dalam memelihara anjing dibandingkan dengan binatang lainnya.
28
Menurut Subronto 2006 gigitan oleh anjing menempati persentase tertinggi 99,4 diikuti kucing 0,29 dan hewan lainnya 0,31.
14
Dalam laporan sementara kajian lapangan oleh National Institute of Communicable Diseases
dinyatakan bahwa setiap tahun terjadi sekitar 2,12 juta kasus gigitan hewan dan lebih dari 95 adalah gigitan anjing.
7
6.2.2. Keadaan Akhir Hewan Penular Rabies Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies
Berdasarkan Keadaan Akhir Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007
Ke adaan Akhir Hewan Pe nular Rabies
8,9
26,7
64,4 Mati
Hidup Hilang
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.8. menurut keadaan akhir Hewan Penular Rabies pada tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu dapat dilihat bahwa yang tertinggi yaitu
terdapat dalam keadaan mati sebanyak 65 ekor 64,4, dalam keadaan hidup sebanyak 27 ekor 26,7 dan dalam keadaan hilang sebanyak 9 ekor 8,9.
Tingginya kematian pada Hewan Penular Rabies terutama anjing disebabkan karena adanya tindakan membunuh anjing setelah masyarakat mengetahui bahwa
anjing tersebut menggigit salah satu masyarakat, namun ada juga yang melakukan observasi selam 10-14 hari.
Menurut Tri 2007, penangkapan hewan yang dicurigai rabies dan dikurung selama 15 hari merupakan hal yang wajib untuk dilaksanakan. Kenyataan sering
terjadi di lapangan pada saat kejadian penggigitan, pada umumnya orang langsung membunuh hewan tersebut tanpa dilaporkan terlebih dahulu ke instansi yang
berwenang menangani yaitu Dinas Peternakan Kehewanan atau Dinas yang berkompeten menangani bidang kesehatan hewan.
7
Universitas Sumatera Utara
6.2.3. Hasil Laboratorium Terhadap Hewan Penular Rabies Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies
Berdasarkan Hasil Laboratorium Terhadap Hewan Penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007
Hasil Laboratorium Hewan Penular Rabies
2,0
98,0 Tidak diperiksa
Positif Negatif
Gambar 6.9. menurut hasil laboratorium terhadap hewan penular Rabies di Puskesmas Pancur Batu dapat dilihat bahwa yang tertinggi yaitu tidak diperiksa
sebanyak 99 ekor 98,0, positif sebanyak 2 ekor 2,0 dan yang negatif tidak ada. Pemeriksaan laboratorium untuk kasus rabies tidak diperiksa merupakan
tertinggi dibanding melakukan pemeriksaan hal tersebut disebabkan masyarakat yang umumnya langsung membunuh hewan tersebut sehingga tidak dilakukan
pemeriksaan, ada juga hewan tidak dapat ditangkap atau hilang dan banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa hewan yang menggigit harus
mendapatkan observasi dan pemeriksaan di laboratorium.
Universitas Sumatera Utara
6.3. Karakteristik Menurut Tempat Gambar 6.10. Diagram Batang Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies
Berdasarkan Tempat Wilayah Kerja di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007
Tempat Wilayah Kerja Puskesmas
12.8 41.5
5.9 7.9
6.9 4.0
1.0 4.0
5.0 4.0
3.0 3.0
1.0 5
10 15
20 25
30 35
40 45
B ar
u B
in ta
ng M
er ia
h D
. S im
be la
ng A
D ur
in J
an ga
k D
ur in
T on
gg al
H ul
u La
m a
N am
o S
im pu
r N
am o
R ia
m N
am o
R ih
N am
o B
in ta
ng P
er ta
m pi
la n
S al
am T
an i
S im
al in
gk ar
A S
em ba
he B
ar u
S ug
au Ta
nj un
g A
no m
Tu nt
un ga
n I
Tu nt
un ga
n II
Ti an
g La
ya r
Te ng
ah P
. S im
al in
gk ar
Desa P
ro p
o rs
i
Gambar 6.10. menurut tempat wilayah kerja puskesmas dari tersangka penderita Rabies di Puskesmas Pancur Batu dapat dilihat bahwa desa yang tertinggi
yaitu pada desa Namo Riam sebanyak 42 orang 41,5, kemudian desa Hulu sebanyak 13 orang 12,8, kemudian desa Sembahe Baru sebanyak 8 orang 7,9,
desa Tengah sebanyak 7 orang 6,9, desa Namo Rih sebanyak 6 orang 5,9, desa Namo Bintang sebanyak 5 orang 5,0, desa Namo Simpur, Pertampilen,
Simalingkar A masing-masing 4 orang 4,0, desa D.Simbelang A, Lama masing- masing 3 orang 3,0, desa Baru dan Salam Tani masing-masing 1 orang 1,0
dan desa yang tidak ada kasus pada tahun 2007 yaitu desa Bintang Meriah, Durin Jangak, Durin Tonggal, Sugau, Tanjung Anom, Tuntungan I, Tuntungan II, Tiang
Layar dan P. Simalingkar.
Universitas Sumatera Utara
Tingginya kasus di desa Namo Riam disebabkan kebiasaan masyarakat memelihara hewan peliharan terutama anjing dimana anjing digunakan untuk
menjaga rumah dan sebagian masyarakat menggunakan anjing untuk menjaga kebun dan masih banyak masyarakat yang tidak mengikat anjing peliharaan mereka. Letak
pemukiman masyarakat yang berkumpul pada satu lokasi menambah kejadian Rabies di desa Namo Riam.
6.4. Karakteristik Menurut Waktu Bulan Gambar 6.11. Diagram Batang Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Rabies
Berdasarkan Waktu Bulan di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2007
Waktu Bulan
9.9 5.9
26.7 19.8
10.9 5.9
9.9 1.0
5.0 2.0
3.0 5
10 15
20 25
30
Ja nu
ar i
Fe br
ua ri
M ar
et A
pr il
M ei
Ju ni
Ju li
A gu
st us
S ep
te m
be r
O kt
ob er
N op
em be
r D
es em
be r
Bulan P
ro p
o rs
i
Gambar 6.11. menurut waktu bulan dari tersangka penderita rabies di Puskesmas Pancur Batu yang tertinggi terjadi pada bulan April yaitu sebanyak 27
orang 26,7, kemudian bulan Mei sebanyak 20 orang 19,8, bulan Juni sebanyak 11 orang 10,9, bulan Januari dan Desember masing-masing 10 orang 9,9,
Universitas Sumatera Utara
bulan Agustus dan Maret masing-masing 6 orang 5,9, bulan September 5 orang 5,0, bulan Februari 3 oang 3,0, bulan Juli sebanyak 2 orang 2,0, bulan
Oktober sebanyak 1 orang 1,0 dan pada bulan Nopember tidak ada kasus. Hampir disetiap bulan kejadian Rabies terjadi di Kecamatan Pancur Batu,
namun yang tertinggi terjadi terjadi pada bulan April. Menurut Tri 2007, perubahan iklim atau cuaca di suatu daerah tidak banyak berpengaruh terhadap kejadian dan
distribusi rabies. Namun demikian, pengalaman selama ini membuktikan bahwa ada korelasi peningkatan kasus rabies dengan keadaan sewaktu terjadi musim kawin pada
anjing, dimana terjadi kontak langsung antar individual anjing sehingga memungkinkan terjadinnya penularan, karena kontak antara jantan dan betina atau
antara anjing jantan yang bertengkar memperebutkan betina.
7
Menurut Junaidi 2006 secara umum telah dikenal bahwa ada dua musim kawin setiap tahun pada anjing, tetapi secara metodelogi tidak menunjukkan
distribusi bimodal dari periode estrus, kebanyakan siklus terjadi selama pertengahan pertama jika dibandingkan dengan akhir pertengahan tahun. Penelitian yang lain
menunjukkan puncak aktifitas estrus pada bulan Mei, Juli dan Oktober.
31
Universitas Sumatera Utara
6.5. Analisa Statistik 6.5.1. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Letak Luka