2.7.2 Jenis
Tikus putih Rattus norvegicus merupakan hewan pengerat dan sering digunakan sebagai hewan percobaan atau digunakan untuk
penelitian, dikarenakan tikus merupakan hewan yang mewakili dari kelas mamalia, karena kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi,
metabolisme biokimia, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah dan ekskresi menyerupai manusia. Galur tikus yang sering digunakan
dalam penelitian, antara lain: Sprague dawley, Wistar, Long evans dan Holdzman.
Tikus putih juga memiliki berbagai sifat menguntungkan, seperti: 1
Cepat berkembang biak 2
Mudah dipelihara dalam jumlah banyak 3
Lebih tenang, dan ukurannya lebih besar daripada mencit. Tikus putih juga memiliki ciri
–ciri albino, kepala kecil dan ekor yang lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya cepat,
temperamennya buruk, kemampuan laktasi tinggi, dan tahan terhadap perlakuan Isroi, 2010.
2.7.3 Biologi Tikus Putih
Di Indonesia hewan percobaan ini sering dinamakan tikus besar dibandingkan dengan tikus liar. Tikus laboratorium lebih cepat
menjadi dewasa dan umumnya lebih mudah berkembang biak. Berat badan tikus laboratorium lebih ringan dibandingkan dengan berat
badan tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu beratnya 35 –40
gram, dan berat dewasa rata –rata 200–250 gram Fakultas Kedokteran
Hewan UGM, 2005.
Tabel 1. Data Biologi Tikus Putih Rattus norvegicus Sumber: Isroi, 2010.
DATA BIOLOGI KETERANGAN
Lama hidup 2,5
–3,5 tahun
Berat badan
Newborn 5
–6 gr Pubertas
150 –200 gr
Dewasa jantan 300
–800 gr Dewasa betina
200 –400 gr
Reproduksi
Kematangan seksual 65
–110 hari Siklus estrus
4 –5 hari
Gestasis 20
–22 hari Penyapihan
21 hari
Fisiologi
Suhu tubuh 35,9
–37,5 Denyut jantung
250 –600 kalimenit
Laju nafas 64
–144 kalimenit Tekanan darah diastole
60 –90 mmHg
Tekanan darah sistol 75
–120 mmHg
Tikus putih Rattus norvegicus sering digunakan sebagai hewan percobaan
karena tikus juga dapat menderita suatu penyakit dan sering dipakai dalam studi nutrisi, tingkah laku, kerja obat, dan toksikologi Isroi, 2010.
2.8 Kerangka Penelitian
2.8.1 Kerangka Teori
Paparan gelombang elektromagnetik handphone terhadap testis akan memicu
peningkatkan ROS
dan penurunan
jumlah TAC.
Ketidakseimbangan antara ROS dan TAC ini akan menimbulkan stres oksidatif yang nantinya akan menyebabkan penurunan kualiitas
sperma dan kerusakan tubulus seminiferus. Untuk menanggulangi radikal bebas tersebut dibutuhkan senyawa antioksidan. Ekstrak etanol
kulit manggis memiliki senyawa antioksidan yaitu xanthone. Xanthone akan menghambat pembentukan ROS sehingga akan
mengurangi kerusakan yang akan terjadi pada jaringan testis.
Keterangan : =
Variabel yang di teliti = Peningkatan
= Penurunan = Menghambat
Gambar 8. Kerangka Teori.
Paparan Gelombang Elektromagnetik Handphone
Xanthone Reactive Oxygen Species ROS
Total Antioxidant Capacity TAC Pemberian Ekstrak
Etanol Kulit Manggis
Gambaran Histopatologi Testis Jumlah Sel Spermatogenik
Jumlah Sel Spermatozoa
Kualitas Sperma Stres Oksidatif
Ketidakseimbangan antara ROS TAC
Antioksidan Testis