Sikap Petani Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir Dan Hubungannya Dengan Karakteristik Sosial Ekonomi ( Studi Kasus : Kabupaten Toba Samosir )

(1)

SIKAP PETANI PADA PROGRAM COMMUNITY DEVELOPMENT (CD) SAPI SISTEM BERGULIR DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK

SOSIAL EKONOMI

( Studi Kasus : Kabupaten Toba Samosir )

SKRIPSI

OLEH :

FENNY ANDANI 040309037

SEP-PKP

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SIKAP PETANI PADA PROGRAM COMMUNITY DEVELOPMENT (CD) SAPI SISTEM BERGULIR DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK

SOSIAL EKONOMI

( Studi Kasus : Kabupaten Toba Samosir )

SKRIPSI

OLEH :

FENNY ANDANI 040309037

SEP-PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Disetejui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir.H. Butar-Butar, M.Si) (Ir.M.Jufri, M.Si)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RINGKASAN

FENNY ANDANI (040309037) dengan judul skripsi “SIKAP PETANI PADA PROGRAM COMMUNITY DEVELOPMENT (CD) SAPI SISTEM BERGULIR DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI” (Studi Kasus : Kabupaten Toba Samosir). Penelitian dibimbing oleh Bapak Ir.Hasudungan Butar-Butar,M.Si dan juga Bapak Ir.M.Jufri,M.Si. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2008 sampai November 2008, pada 10 Kecamatan yakni Kecamatan Porsea, Kecamatan Balige, Kecamatan Lumban Julu, Kecamata Siantar Narumonda, Kecamatan Sigumpar, Kecamatan Uluan, Kecamatan Laguboti, Kecamatan Tampahan, Kecamatan Silaen dan Kecamatan Borbor, di Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara yang dilakukan secara purposive.

Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sensus,

dimana semua responden adalah petani penerima bantuan Program Community Development (CD) dalam bentuk bantuan pengembangan usaha ternak sapi jenis Sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sistem bergulir dari PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Jumlah keseluruhan responden adalah sebanyak 174 KK. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan korelasi Rank Spearman.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Perkembangan program Community Development (CD) sapi sistem bergulir terus berjalan dengan beberapa kegiatan–kegiatan yang dilakukan pihak TPL sebagai pemberi bantuan untuk mendukung pengembangan, seperti :

• Penyediaan kandang ternak yang layak kepada beberapa penerima bantuan.

• Memberikan bibit-bibit Rumput Gajah maupun Rumput Setaria sebagai untuk pakan ternak.

• Memberikan modal sebesar Rp. 300.000,00 untuk pengembangan usaha ternak sapi bali tersebut.

• Melakukan kunjungan untuk pembinaan dan bantuan pemeliharaan perkembangan sapi bantuan, seperti memberikan obat-obatan, suntikan vaksin di awal pemeliharaan dan penukaran sapi yang gagal berkembang biak.

Pengembangan Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir, juga dibuktikan dengan dibangunnya Pondok Bina Tani di areal seluas 10 yang didanai oleh dana CD TPL sebagai areal penanam pakan ternak.

2. Sikap petani terhadap Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir di Kabupaten Toba Samosir dari PT. Toba Pulp Lestari, Tbk yaitu pada 174 KK penerima bantuan. Dimana sebanyak 113 orang (64,94 %) yang menunjukan sikap positif dan sebanyak 61 orang (35,06 %) yang menunjukan sikap negatif. Sehingga sikap petani responden penerima bantuan terhadap Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir adalah positif.

3. Tidak ada hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan formal, tingkat kosmopolitan) petani dengan sikapnya pada Program Community Development (CD)

sapi sistem bergulir.

4. Tidak ada hubungan karakteristik ekonomi (luas lahan, ketersedian tenaga kerja keluarga dan total pendapatan keluarga di luar ternak sapi) petani dengan sikapnya pada Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir.


(4)

5. Masalah–masalah yang dihadapi dalam pengembangan program CD sapi sistem bergulir adalah : kandang hunian ternak tidak layak, budidaya sapi dimana sapi sulit berkembang biak, kurangnya ketersediaan pakan hijau, kekurangan modal untuk pengembangan usaha pupuk kandang, kesalahan pendataan yang telah menerima bantuan baik jumlah bantuan yang diterima maupun alamat penerima, MoU pada tahap pengguliran yang belum sesuai dan hal administratif lainnya, timbul kecemburuan sosial pada masyarakat yang tidak mendapatkan dan sifat yang tidak pernah puas akan bantuan.

6. Upaya–upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pengembangan program CD sapi sistem bergulir adalah : mengusahakan sendiri kandang yang layak, TPL mengganti sapi lama yang mandul dengan sapi yang baru, TPL membantu menciptkan areal umum untuk pakan hijau sapi, pelaksanaan pelatihan dan bantuan modal alat dan bahan, mengadakan koordinasi dengan aparat setempat, mengubah MoU atau memberi jumlah bantuan yang sama antara penerima bantuan awal dengan pengguliran, dan tetap fokus pada program CD yang terus berkelanjutan.


(5)

RIWAYAT HIDUP

FENNY ANDANI, lahir pada tanggal 16 Februari 1987 di Medan, Sumatera Utara. Anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Ayahanda Ir.Bambang Agoes Soebowo (Alm) dan Ibunda Diana Dewi Siregar (Almh).

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1991 masuk Taman Kanak-kanak di TK Bina Jaya Sawit Seberang, Langkat dan tamat tahun 1992.

2. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Angkasa I Medan dan tamat tahun 1998.

3. Tahun 1998 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Angkasa Lanud Medan dan tamat tahun 2001.

4. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Harapan Medan dan tamat tahun 2004.

5. Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

6. Bulan Juli – Agustus 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bahapal Raya Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun.

7. Bulan September – November 2008 melaksanakan penelitian skripsi di Kecamatan Porsea, Kecamatan Balige, Kecamatan Lumban Julu, Kecamata Siantar Narumonda, Kecamatan Sigumpar, Kecamatan Uluan, Kecamatan Laguboti, Kecamatan Tampahan, Kecamatan Silaen dan Kecamatan Borbor, di Kabupaten Toba Samosir.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas berkat rahmad, hidayahdan barokah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan judul “SIKAP PETANI PADA PROGRAM COMMUNITY DEVELOPMENT (CD) SAPI SISTEM BERGULIR DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI” (Studi Kasus : Kabupaten Toba Samosir).

Pada kesempatan ini penulis dengan ketulusan dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir.Hasudungan Butar-Butar, M.Si sebagai Ketua Komosi Pembimbing. 2. Bapak Ir.M.Jufri, M.Si sebagai Anggota Komosi Pembimbing.

3. Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.

4. Ibu Dr.Ir.Salmiah, MS sebagai Sekertaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. 5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.

6. Seluruh petani responden penerima bantuan sapi bali bergulir Program Community Development (CD) yang telah memberi data dan informasi bagi kelengkapan skripsi ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya serta rasa bangga memiliki orang tua tercinta H. Anwar Siregar dan Hj.Delima Siagian (Opung dan Nenek) atas segala asuhan, didikan, perhatian, kasih sayang serta dukungan materi dan doa-doa yang diberikan dari awal penulis sekolah sampai dapat menamatkan


(7)

perkuliahaan, untuk papa dan mama tersayang Ir.Bambang Agoes Soebowo (Alm) dan Diana Dewi Siregar (Almh) yang selalu dirindukan..

Sahabat-sahabat yang telah banyak membantu mulai dari awal perkuliahaan sampai akhir pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Maret 2009


(8)

DAFTAR ISI

RINGKASAN... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ...12

2.3 Kerangka Pemikiran ... 19

2.4 Hipotesis Penelitian ... 22

METODOLOGI PENELITIAN... 23

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2 Metode Penentuan Responden ... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4 Metode Analisis Data ... 24

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 26

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 29

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 29

4.1.1 Profil PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ... 29

4.1.2 Kabupaten Toba Samosir ... 32


(9)

4.1.2.2 Tata Guna Lahan ... 33

4.1.2.3 Keadaan Penduduk ...34

4.1.2.4 Sarana dan Prasarana... 35

4.2 Karakteristik Responden ... 35

4.2.1 Umur ... 36

4.2.2 Tingkat Pendidikan Formal ... 36

4.2.3 Tingkat Kosmopolitan... 37

4.2.4 Luas Lahan... 37

4.2.5 Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga... 37

4.2.6 Total Pendapatan Keluarga Di Luar Ternak Sapi... 37

HASIL DAN PEMBAHASAN...38

5.1 Pengembangan Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir... 38

5.2 Sikap Petani Terhadap Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir... 42

5.3 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Responden dengan Sikap Petani Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir... 45

5.3.1 Hubungan Umur Petani Responden Dengan Sikapnya Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir ... 45

5.3.2 Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Petani Responden dengan Sikapnya Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir... 47

5.3.3 Hubungan Tingkat Kosmopolitan Petani Responden dengan Sikapnya Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir... 49

5.3.4 Hubungan Luas Lahan Petani Responden dengan Sikapnya Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir... 52

5.3.5 Hubungan Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Petani Yang Tersedia dengan Sikapnya Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir... 54

5.3.6 Hubungan Total Pendapatan Keluarga Petani Responden Di Luar Ternak Sapi Dengan Sikapnya Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir... 56

5.4 Masalah–Masalah Yang Dihadapi Dalam Pengembangan Program Community Development Sapi Sistem Bergulir... 60


(10)

5.5 Upaya–Upaya Yang Dihadapi Dalam Pengembangan

Program Community Development Sapi Bergulir ... 63

KESIMPULAN DAN SARAN...67

6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Interpretasi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi ... 25 2. Jumlah Kecamatan Berikut Ibu kota Kecamatan dan Luas

Daerahnya di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2007...33 3. Tata Guna Lahan di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2007...33 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten

Toba Samosir Tahun 2007 ... 34 5. Sarana dan Prasarana Yang Tersedia di Kabupaten Toba Samosir

Tahun 2007...35 6. Karakteristik Petani Responden Penerima Bantuan

Community Development Sapi Sistem Bergulir ... 36 7. Perkembangan Program Community Development Sapi Bali

Sistem Bergulir Dari PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ... 39 8. Sikap Petani Penerima Bantuan Community Development

Sapi Sistem Bergulir di Kabupaten Toba Samosir ... 43 9. Hubungan Umur Petani dengan Sikapnya Pada Program

Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir... 45 10.Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Umur dengan Sikap

Petani Pada Program Community Development Sapi Sistem

Bergulir... 46 11.Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Petani dengan Sikapnya

Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir... 47 12.Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Pendidikan Formal

Petanidengan Sikap Petani Pada Program Community Development Sapi Sistem Bergulir... 48 13.Hubungan Tingkat Kosmopolitan Petani dengan Sikapnya Pada

Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir ... 50 14.Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Tingkat Kosmopolitan

Petani dengan Sikap Petani Pada Program Community Development Sapi Sistem Bergulir... 51 15.Hubungan Luas Lahan Petani dengan Sikapnya Pada

Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir ... 52 16.Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Luas Lahan Petani

dengan Sikap Petani Pada Program Community Development


(12)

17.Hubungan Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Petani Yang Tersedia dengan Sikapnya Pada Program Community

Development (CD) Sapi Sistem Bergulir ... 54 18.Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Ketersediaan Tenaga

Kerja Dalam Keluarga Petani dengan Sikap Petani Pada

Program Community Development Sapi Sistem Bergulir... 55 19.Hubungan Total Pendapatan Keluarga Petani Di Luar

Ternak Sapi dengan Sikapnya Pada Program Community

Development (CD) Sapi Sistem Bergulir ... 56 20.Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Total Pendapatan

Keluarga Petani Di Luar Ternak Sapidengan Sikap Petani


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 21 2. Lokasi Operasional PT. Toba Pulp Lestari, Tbk di Kecamatan

Uluan... 71 3. Sapi Bali (Bos sondaicus) Di Lahan Pengembalaan ... 71


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1a-f. Idientitas Petani Penerima Bantuan Sapi Bali Sistem Bergulir.

2. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Sikap Petani Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir.

3a-f. Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Pengukuran Sikap. 4a-f. Skor Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Pengukuran Sikap.

5. Nilai T Skala Jawaban Responden Terhadapa Program Community Development Sapi Bali Sistem Bergulir.

6. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Sikap Petani Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir.

7. Nilai korelasi t–hitung dan t–tabel dengan Analisis Rank Spearman Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Sikap Petani Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir.

8a-f. Jawaban Responden Terhadap Pengukuran Tingkat Kosmopolitan. 9a-f. Skor Jawaban Responden Terhadap Pengukuran Tingkat Kosmopolitan. 10. Jumlah Anggota Keluarga Petani Penerima Bantuan Sapi Bali Sistem

Bergulir.

11. Potensi Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usia Produktif. 12a-f. Total Pendapatan Keluarga di Luar Ternak Sapi per Tahun.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu negara bila ingin menghendaki pembangunan yang lancar dan berkesinambungan, maka ia harus memulainya dari daerah pedesaan pada umumya, dan sektor pertanian pada khususnya (Todaro, 1998; 354).

Berbicara tentang pedesaan sebenarnya kita berbicara tentang kemiskinan dan keterbelakangan serta cara memeranginya. Dan kalau kita berbicara tentang masalah kemiskinan dan keterbelakangan ini, maka kita menghadapi masalah yang sangat besar dan kompleks. Secara sederhana, masalah pokoknya adalah: (1) pendapatan yang rendah; (2) adanya kesenjangan yang dalam antara yang kaya dan miskin, dimana yang miskin adalah mayoritas; dan (3) partisipasi masyarakat yang minim dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah. Sehingga berikutnya tampak sebab-sebab pokok seperti: (1) kurangnya pengembangan sumber daya alam; (2) kurangnya pengembangan sumber daya manusia; (3) kurangnya lapangan kerja; (4) adanya stuktur masyarakat yang menghambat. Sekarang bagaimana menjawab permasalahan tersebut, apa strateginya, bagaimana pendekatannya, dari mana kita harus mulai dan bagaimana bias memberikan sumbangan yang positif (Hagul, 1992; 3-4 ).

Strategi pengembangan ekonomi daerah dapat dikelompokan menjadi empat kelompok besar yaitu; (1) Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas (Locality or Physical Development Strategy), (2) Strategi Pengembangan Dunia Usaha (Busines Development Strategy), (3) Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia (Human Resource


(16)

Development Srategy), dan (4) Strategi Pengembangan Masyarakat (Communty Based Development Strategy) (Arsyad, 1999; 122).

Konsep community development semakin memasyarakat secara internasional yang pada umumnya mengandung beberapa prinsip yaitu: (1) mempersatukan usaha dari rakyat untuk rakyat dengan usaha pemerintah; (2) memajukan usaha ekonomi, sosial dan kebudayaan; (3) mengintregasikan masyarakat dengan komunitas masyarakat nasional. Dilihat sebagai suatu proses perubahan dan pembaruan, dua unsur yang dianggap paling hakiki dan diharap saling mendukung dalam community development adalah partisipasi masyarakat dalam memperbaiki taraf hidupnya sedapat mungkin berdasarkan prakarsa sendiri dan pelayanan teknis atau bentuk pelayanan lain untuk mendorong prakarsa dan partisipasi.

Guna melaksanakan strategi ini ada sejumlah negara sedang berkembang yang menerapkannya secara selektif di beberapa komunitas terpilih, biasanya dalam bentuk pilot proyek, tetapi ada sejumlah negara lain yang menerapkannya secara nasional. Di samping itu dilihat dari pihak yang menyelenggarakannya, community development dapat dilaksanakan baik oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah (Soetomo, 2006 ; 99-100).

Strategi Pengembangan Masyarakat (Communty Based Development Strategy) adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang ditujukan untuk pengembangan suatu kelonpok masyarakat tertentu di suatu daerah. Dalam bahasa popular sekarang ini sering juga dikenal dengan istilah kegiatan pemberdayaan (empowerment) masyarakat. Kegiatan-kegiatan seperti ini berkembang marak di Indonesia belakangan ini karena ternyata kebijakan umum ekonomi yang ada tidak mampu memberikan manfaat bagi kelompok masyarakat tertentu . Tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan manfaat


(17)

sosial, misalnya melalui penciptaan proyek-proyek padat karya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau memperoleh keuntungan dari usahanya (Arsyad, 1999; 125).

Menurut Brett (1993) konsep community development telah di artikulasi oleh sebagian besar negara-negara sedang berkembang sebagai salah satu model pembangunan yang paling relevan untuk diadopsi, karena ia tidak saja diyakini dapat mengurangi rigriditas birokrasi dan intervensi pemerintah dalam pembangunan, tetapi juga secara konsepsual didasari oleh prinsip bottom-up planning. Dalam mengaplikasi konsep community development tersebut, maka koperasi dan lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya, telah dilihat sebagai pelaksana program yang paling berkompeten. Alasannya karena lembaga-lembaga tersebut ditengarai lebih memiliki akuntabilitas, dan lebih memberikan pelayanan kepada masyarakat, dibanding dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang ada (Hidayat, 2001; 11)

Pembangunan di bidang ekonomi yang berhasil akan berarti meningkatkan kemampuan masyarakat untuk melindungi lingkungannya. Dari uraian ini dapat dimengerti bahwa segala usaha yang menyatukan ekonomi dan ekologi merupakanan prasyarat bagi terlaksanannya konsep pembangunan berkelanjutan. Kelestarian lingkungan diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk kelestarian lingkungan (Suparmoko, 2000; 20).

PT. Toba Pulp Lestari Tbk (PT. TPL) yang dulunya bernama PT. Inti Indorayon Utama (IIU) telah menyiapkan dana sebesar Rp. 10 miliar lebih yang akan dibagikan kepada 8 kabupaten di sekitar lokasi pabrik yakni Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Pak-Pak Barat, Toba Samosir, Samosir, Simalungun dan Tapanuli Selatan. Langkah ini sebagian dari community development milik PT. TPL. Besarnya bagian dana


(18)

yang disalurkan dari 1% hasil penjualan bersih PT. TPL tersebut, berbeda-beda untuk setiap daerah. Dalam menghitung besarnya bantuan yang disalurkan, memakai tolak ukur total produksi kabupaten terhadap perusahaan, panjang jalan kabupaten yang digunakan perusahaan dan luas lahan tanaman industri di masing-masing kabupaten (Ikhwan, 2005; Kompas)

Program community development dari PT. TPL terselenggara dengan motto yakni “Dari masyarakat oleh masyarakat untuk masyarakat” dimana maksudnya adalah bahwa program diciptakan dari masyarakat dan dilaksanakan oleh masyarakat lalu kemudian hasil yang dirasakan langsung kepada masyarakat binaan tersebut. Serta melalui action plan, PT. TPL akan mengadakan visibility study kepada masyarakat, mengadakan pertemuan dan berdiskusi-berdialog interaktif dengan masyarakat, membuat dan merumuskan program pengembangan ekonomi dengan masyarakat serta menindak lanjuti dan melaksanakan program serta mengavaluasinya.

Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha transformasi pola pertanian tradisional tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan para petani dalam meningkatkan produktivitasnya saja; akan tetapi yang lebih penting lagi semua itu tergantung pada kondisi-kondisi sosial, kondisi komersial dan kondisi kelembagaan yang merupakan faktor-faktor lingkungan yang harus dihadapi oleh petani. Artinya, apabila para petani memperoleh kepercayaan dan kemudahan untuk mendapat bantuan seperti kredit pupuk, air, bibit unggul, informasi pertanian, fasillitas pemasaran, harga pasar yang adil bagi produk-produknya; dan apabila ia dapat merasa yakin bahwa diri dan keluarganya akan mendapat manfaat yang besar dari setiap perbaikan yang terkandung dalam program-program pengembangan pertanian, maka tidak ada alasan untuk khawatir bahwa para petani tradisional tidak akan responsive terhadap aneka rangsangan ekonomi


(19)

dan kesempatan-kesempatan baru guna memperbaiki standar hidupnya (Todaro, 1998; 386).

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pengembangan Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir di daerah penelitian.

2. Bagaimana sikap petani pada pengembangan Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir di daerah penelitian.

3. Bagaimana hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan formal, tingkat kosmopolitan) petani dengan sikapnya pada Program Community Development (CD)

sapi sistem bergulir.

4. Bagaimana hubungan karakteristik ekonomi (luas lahan, ketersedian tenaga kerja keluarga dan total pendapatan keluarga di luar ternak sapi) petani dengan sikapnya pada Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir .

5. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam pengembangan Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir.

6. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir.


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana pengembangan Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir di daerah penelitian.

2. Mengetahui sikap petani pada Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir di daerah penelitian.

3. Mengetahui hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan formal, tingkat kosmopolitan) petani dengan sikapnya pada Program Community Development (CD)

sapi sistem bergulir di daerah penelitian .

4. Mengetahui hubungan karakteristik ekonomi (luas lahan, ketersediaan tenaga kerja keluarga dan total pendapatan keluarga di luar ternak sapi) petani dengan sikapnya pada Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir di daerah penelitian .

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bahan informasi bagi penyelenggara program, agar berjalan lebih baik dan bermanfaat bagi petani.

2. Bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berkaitan dengan pelaksanaan program Program Community Development (CD).


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Setelah sumber daya alam diketahui secara pasti pemilikannya dan penguasannya, maka semua kegiatan ekonomi yang memanfaatkan dan mengurangi volume sumber daya alam harus dikenakan pungutan atau harga sesuai dengan penggunaan atau kerusakan yang ditimbulkannya. Maka dapat dikatakan bahwa apabila sumber daya alam itu telah diketahui hak penguasaanya dan dampak pelestarian fungsi sumber daya alam dan jasa-jasanya juga telah diketahui dan pantas mendapat subsidi, atau biaya eksternalnya telah diinternalkan sepenuhnya, maka kegiatan ekonomi tidak lagi merupakan musuh dari ekologi atau lingkungan tetapi justru kegiatan ekonomi akan melindungi linngkungan dan harus diberi penghargaan. Kondisi lingkungan yang baik akan meningkatkan kemampuan produksi perekonomian yang pada gilirannya mampu mendatangkan kemampuan untuk menjaga lingkungan serta memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat (Suparmoko, 2000; 19).

Ekonomi lingkungan manganalisis pencemaran sebagai eksternalitas. Suatu eksternalitas adalah setiap dampak terhadap tingkat kesejahteraan pihak ketiga yang timbul karena tindakan seseorang tanpa dipungut kompensasi atau pembayaran (Suparmoko, 2000; 29).

Setelah berganti nama dari sebelumnya PT. Indorayo, PT. Toba Pulp Lestari (PT. TPL, Tbk) menegaskan komitmen baru untuk menjaga kelestarian lingkungan. Sejak kembali beroperasi akhir Maret 2004, PT. TPL telah menutup proses produksi


(22)

menjadi polutan, dan melakukan pengolahan limbah, serta menggunakan eucalyptus

berasal dari tanaman sendiri. Selain itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program CD menjadi bagian dari komitmen tersebut. Program pengembangan masyarakat ini berorientasi pada pemberdayaan masyarakat sekitar. Program tersebut diharapkan dapat menjadi kontribusi pada masyarakat sekitar pabrik maupun Hutan Tanaman Industri (HTI). Program pengembangan masyarakat ini mengharapkan akan terjalin kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat (Anonimus, 2004).

Dalam perjalanan usahanya saat ini PT. TPL memiliki visi yakni “Masyarakat tumbuh, berkembang, maju dan sejahtera” serta misi yakni “Membangun hubungan harmonis dan produktif dengan masyarakat untuk memiliki mentalita industri, Membangun lingkungan pemukiman yang sehat dan indah bercirikhas TPL dan berpikiran maju, Meningkatkan pendapatan masyarakat binaan secara priodik dan signifikan, Mengubah teknik bertani tradisional menjadi teknik bertani agro-industri, Menghilangkan praktek rentenir dan tengkulak, menciptakan petani yang swasembada ikan-daging dan sayur mayur”. Disamping itu juga menyediakan program community development untuk pengembangan masyarakat Kabupaten Toba Samosir dalam beberapa bidang yaitu (1) Integrated Farming System (IFS) yang terdiri dari peternakan, perikanan dan pertanian, (2) Infrastruktur yang terdiri dari listrik, air dan jalan, (3) Sosial Dasar yang terdiri dari sarana pendidikan, agama dan kesehatan dan (4) Tumpang Sari (Presentasi CD PT. TPL, 2005).

Pola Community Development (CD) merupakan bentuk penerapan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan (Corporate Social Responsibility-CSR) yang saat ini banyak dipraktikkan oleh perusahaan besar. Penerapan pendekatan CSR hendaknya dilakukan secara holistic, artinya pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak


(23)

dalam kegiatan bisnis semata, melainkan juga bergerak dari yang sifatnya derma

(charity) menuju ke arah CSR yang lebih menekankan pada keberlanjutan pengembangan masyarakat (community development). Intinya, bagaimana dengan CSR

tersebut masyarakat menjadi berdaya baik secara ekonomi, sosial, dan budaya secara berkelanjutan (sustainability) niscaya akan sangat berkontribuasi bagi pembangunan masyarakat dalam arti peningkatan kesejahteraan keluarga dan komunitas secara berkelanjutan sehingga perusahaan juga dapat terus berkembang secara berkelanjutan (Badaruddin, 2008 ; 2).

Program Pemberdayaan Masyarakat Toba Samosir (PPMTB) yang diberikan PT. TPL, Tbk dengan memberikan bantuan berupa budidaya ternak sapi bali memperlakukan beberapa perjanjian kesepakatan. Adapun syarat untuk masyarakat penerima batuan adalah sebagai berikut:

1. Warga yang berdomsili atau bertempat tinggal di desa tempat Program Sistem Pertanian Teradu (PSPT) dilaksanakan dan diutamakan penduduk yang telah berkeluarga dan tidak sedang menerima bantuan sapi dari pihak lain.

2. Bersedia menyediakan lahan seluas 1.000 m2 untuk penanaman bibit Rumput Gajah maupun Rumput Setaria serta bersedia mengolah tanah tersebut, yaitu: menanam, merawat dan memelihara bibit rumput tersebut.

3. Bersedia membuat kandang sapi dengan ukuran sesuai petunjuk teknis dari PT. TPL dan membebankan biaya pembuatan kandang pada warga penerima batuan. 4. Bersedia mengikuti pelatihan dengan jadwal serta tempat yang telah ditentukan

PT. TPL dan bersedia melaksanakan Program Sistem Pertanian Terpadu (PSPT) dengan sungguh-sungguh (Memorandum of Understanding PPMTB, 2004).


(24)

Program dari PT. TPL yang dilaksanakan dalam Integrated Farming System

(IFS) di Kabupaten Toba Samosir pada bidang peternakan adalah bantuan pengembangan usaha sapi bali bergulir (Presentasi CD PT. TPL, 2005).

PT. TPL memberikan bantuan sapi bali berjumlah 3 (tiga) ekor yakni; 2 (dua) ekor sapi betina dan 1 (satu) ekor sapi jantan yang berumur 1 (satu) tahun dengan tinggi badan + 103 cm. Selanjutnya sistem pergulirannya adalah dimana pihak penerima batuan mengembalikan 2 (dua) ekor anak sapi setelah memelihara sapi induk selama 2 (dua) tahun. Kondisi anak sapi berumur 1 (satu) tahun dengan tinggi badan + 103 cm. Setelah mengembalikan 2 (dua) ekor anak sapi tersebut, 3 (tiga) ekor induk awal menjadi milik pihak penerima batuan. Oleh PT.TPL selanjutnya akan digulirkan pada peserta PSPT berikutnya (Memorandum of Understanding PPMTB, 2004).

Sebagian besar bantuan modal usaha kepada para binaan hendaknya tidak diberi dalam bentuk uang tunai (cash), tetapi dalam bentuk seperangkat peralatan usaha dan sarana penunjang lainnya. Alasan utama dipilihnya model penyaluran dana bantuan seperti ini, antara lain, untuk mengurangi kemungkinan terjadinya ‘penyimpangan’ dalam penggunaan bantuan modal usaha yang diberikan (Hidayat, 2001; 54-55).

Produktifitas ternak dalan garis besarnya dipengaruhi dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Pendekatan melaui faktor genetik dapat dilakukan dengan ketersediaan bibit-bibit unggul yang baik mutunya (Usman, 1981; 2).

Bagi PT. TPL pemilihan pada pengembangan sapi dengan memilih jenis Sapi Bali (Bos sondaicus) yang disebarkan ke daerah binaan dikarenakan jenis sapi ini memilki sifat cepat berkembang, dagingnya enak, mudah dipelihara, harganya mahal, dan dapat meningkatkan income dalam jangka waktu yang panjang (Presentasi CD PT. TPL, 2005).


(25)

Sapi bali (Bos sondaicus) merupakan sapi asli Indonesia yang diduga sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa domestikasi tersebut berlangsung di Bali sehingga disebut sapi bali (Guntoro, 2002; 15).

Sapi bali merupakan ternak asli Indonesia yang mempunyai masa depan ekonomis cerah ( a promising economic future ) dan telah tersebar di 26 propinsi di Indonesia. Sapi bali merupakan sapi primadona Indonesia karena kemampuan reproduksinya tinggi, mampu menghasilkan kualitas daging dan karkas yang baik, dapat digunakan sebagai tenaga kerja di sawah dan tegalan, serta memiliki kemampuan adaptasi lingkungan yang luas (Gunawan dkk, 2003; 15).

Keunggulan sapi bali terletak pada daya adaptasi baik terhadap lingkungan, seperti memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan iklim sedang sampai panas dan terhadap kondisi makanan yang kasar/kurang serat bermutu rendah sehingga cocok untuk daerah yang minim makan bergizi seperti daerah pertanian baru dan daerah tepi hutan. Memiliki sifat mudah diliarkan dan mudah dijinakan kembali serta kelebihan lain seperti memiliki tingkat fertilitas yang tinggi dan produsi karkasnya tinggi dibanding jenis sapi tropis lainnya (Guntoro, 2002; 28-29).

Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha transformasi pola pertanian tradisional tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan para petani dalam meningkatkan produktivitasnya saja; akan tetapi yang lebih penting lagi semua itu tergantung pada kondisi-kondisi sosial, kondisi komersial dan kondisi kelembagaan yang merupakan faktor-faktor lingkungan yang harus dihadapi oleh petani (Todaro, 1998; 386).


(26)

Setidaknya ada tiga alasan penting mangapa sebuah perusahaan melakukan kegiatan community development, antara lain adalah;

1. Izin lokal untuk beroperasinya perusahaan dalam pengembangan hubungan dengan masyarakat lokal.

2. Mengetahui soial budaya masyarakat lokal

3. Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui program community development. Reputasi hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat lokal dan community development dapat menciptakan kesempatan usaha yang baru (Anonimus, 2007).

Aktivitas ekonomi yang dijalankan perusahaan sebagaimana prinsip etika bisnis diharapkan bermanfaat tidak hanya bagi perusahaan itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat. Penerapan etika bisnis tersebut merupakan wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial-moral suatu institusi bisnis dan para pelaku dunia usaha misalnya sebuah perusahaan, terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Menerapkan Penerapan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan (Corporate Social Responsibility

-CSR) secara konsisten merupakan bagian dari upaya memaksimalkan nilai perusahaan.

CSR merupakan komitmen perusahaan berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan tetap mengedepankan peningkatan kualitas hidup karyawan beserta keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas (Fajri, 2006; 2).

Steiner (1994) menyebutkan bahwa ada tiga alasan penting mengapa pebisnis mau merespons dan mengembangkan CSR dengan usahanya, pertama, perusahaan adalah makhluk masyarakat dan oleh karenanya harus merespons permintaan masyarakat. Ketika harapan masyarakat terhadap fungsi perusahaan berubah, maka


(27)

perusahaan juga harus melakukan aksi yang sama. Kedua, kepentingan bisnis dalam jangka panjang ditopang oleh semangat tanggung jawab sosial itu sendiri. Hal ini disebabkan karena arena bisnis dan masyarakat memiliki hubungan yang saling menguntungkan (simbiosis). Dalam jangka panjang kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada upaya untuk bertanggung jawab terhadap masyarakat sebagai bagian dari aktivitas bisnisnya. Sebaliknya, kesejahteraan masyarakat tergantung pula terhadap keuntungan yang dihasilkan dan tanggung jawab bisnis perusahaan. Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau menghindari kritik masyarakat, dan pada akhirnya akan sampai pada upaya mempengaruhi peraturan pemerintah (Badaruddin, 2008; 2).

Program CSR sekilas sepertinya membutuhkan biaya tak sedikit sehingga berpengaruh terhadap laba perusahaan. Jika dikaji, CSR merupakan investasi jangka panjang yang juga berguna untuk minimalisasi risiko sosial. CSR berfungsi pula sebagai sarana meningkatkan citra perusahaan bagi publik, termasuk investor dan menjadi bagian dari strategi bisnis dan pengelolaan risiko perusahaan. Penerapan CSR secara konsisten akan membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat serta menumbuhkan kepercayaan masyarakat (Fajri, 2006; 2).

Sikap

Sikap adalah suatu bangun psikologis. Seperti juga semua wujud psikologis, sikap adalah hipotesis. Membangun adalah cara-cara mengkonseptualisasikan unsur-unsur yang tak mudah dipahami daerah yang diselidiki oleh suatu ilmu tertentu. Para ilmuwan sosial menyelidiki keyakinan dan perilaku orang dalam usahanya untuk menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai keadaan mental dan proses mental. Sikap


(28)

tidak dapat diobservasikan atau diukur secara langsung. Keberadaannya harus ditarik kesimpulan dari hasil-hasilnya (Mueller, 1996; 2).

Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau memihak pada objek tersebut (Azwar, 1995; 5).

Sikap dapat didefenisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya (Ban dan Hawkins, 2002; 106).

Jadi, pengertian sikap ini dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu sikap dalam bentuk fisik dan sikap dalam bentuk nonfisik. Sikap dalam bentuk fisik adalah tingkah laku yang terlahir dalam bentuk gerakan dan perbuatan fisik. Sikap dalam bentuk non fisik, yang sering juga disebut mentalitas, merupakan gambaran keadaan kepribadian seseorang yang tersimpan dan mengendalikan setiap tindakannya; tidak dapat dilihat serta sulit dibaca. (Suit dan Almasdi, 2006 : 5).

Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya, pada suatu kontinum afektif. Kontinum afektif dapat berkisar antara “sangat positif” hingga ke “sanagat negatif” terhadap suatu objek sikap tertentu (Mueller, 1996; 11).

Jika individu bersikap positif terhadap objek tertentu, maka ia akan cenderung membantu atau memuji, atau mendukung objek tersebut; jika ia bersikap negatif, maka ia akan cenderung untuk mengganngu atau menghukum atau merusak objek tersebut (Krech dkk, 1996; 9).

Pengamatan terhadap indikator sikap atau perilaku sewaktu individu berkesempatan untuk mengungkapkan sikapnya. Dalam berbagai bentuk skala sikap yang umumnya harus dijawab dengan “setuju” atau “tidak setuju” (Azwar, 1995; 89).


(29)

Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan-perasaan dan kecenderungan untuk bertindak (Ban dan Hawkins, 2002; 106).

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan perilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 1995; 24).

Keragaman sikap di antara anggota-anggota kelompok suatu kelompok budaya sebagian besar disebabkan oleh kenyataan bahwa anggota kelmpok tersebut ternyata mempunyai keyakinan yang sama mengenai objek, orang, peristiwa, masalah (Krech dkk, 1996; 102).

Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahun, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Dalam hal ini pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka tinggal dapat dikatakan masih menyedihkan. Sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya (Kartasapoetra, 1991; 21)

Kelompok konservatif adalah mereka yang ekstrem yang paling mudah memusuhi orang dan mudah curiga. Paling kaku dan suka memaksa, paling cepat menuduh orang lain atas kelemahannya dan ketidak sempurnaannya. Paling tidak toleran dan paling mudah kecewa pada orang lain, paling tidak luwes dan tidak mau mengalah (dalam hal persepsi dan penilaian). Meskipun sering kritis (dalam arti agresif) mengenai kesalahan orang lain, tetapi mereka sangat luar biasa dalam membela diri dan


(30)

melindungi diri dari kebutuhan egonya sendiri. Mereka tidak mampu pada peraturan (Krech dkk, 1996; 133).

Faktor Sosial Ekonomi

Para petani dalam kemampuannya menerima pembaharuan atau hal-hal yang baru sifatnya tidak sama atau akan sangat tergantung kepada keadaan status sosial, ekonomi, psikologis serta tingkat pengetahuan dan pendidikannya (Kartasapoetra, 1991; 54).

Petani yang berusia lanjut berumur sekitar lebih dari 50 tahun biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertin yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru (Kartasapoetra, 1991;55).

Berbeda dengan petani yang berusia muda bahwa petani yang berusia tua (di atas 50 tahun) cenderung lebih konservatif dalam menyikapi perubahan (Soetrisno, 1999;5).

Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor rendahnya tingkat produktivitas usahatani. Tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama. Sedangkan seseorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru (Soekartawi, 2002; 26).

Salah satu faktor sosial yang mempengaruhi sikap petani adalah tingkat kosmopolitan. Menurut Rogers dan Shoemakers (1989), pandangan petani akan semakin kosmopolitan didukung jika sering berhubungan dengan orang luas. Tingkat


(31)

kosmopolitan didukung oleh fasilitas transportasi dan komunikasi dengan masyarakat yang lebih luas sehingga proses masuknya ide-ide baru lebih mudah.

Derajat kosmopolitannya tinggi yaitu melakukan mobilitas yang cepat pergi kesana-kemari untuk memperoleh informasi (Soekartawi, 1999; 182).

Kendala sosial ekonomi misalnya perbedaan biaya dan peneriman usahatani, kurangnya biaya uasahatani yang diperoleh dari kredit, harga produksi, kebiasaan dan sikap, kurangnya pengetahuan, tingkat pendidikan (Soekartawi, 2002; 2).

Menurut Rogers (1983), banyak dilakukan penelitian tentang hubungan antara indeks adopsi dan ciri-ciri sosial individu. Adaapun indeks adopsi individu beberapa diantaranya adalah; pendidikan, baca tulis, status sosial yang lebih tinggi, sikap yang lebih berkenaan terhadap kredit, sikap yang lebih berkenaan terhadap perubahan, sikap yang lebih kerkenaan terhadap pendidikan, intelegensi, partisipai sosial, kosmopolitalisme, keterbukaan dengan media massa, pencarian informasi yang lebih aktif, pengetahuan tentang inovasi. Variabel ini telah diteliti diberbagai wilayah pertanian yang berbeda, baik negara industri maupun negara sedang berkembang yaitu pada pendidikan, kesehatan dan perilaku konsumen. Hasil penelitian yang mencolok ditemukan hampir disemua bidang (Ban dan Hawkins, 2002; 126-127)

Luas lahan pertanian akan dipengaruhi oleh skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya kan mempengaruhi efesiensi atau tidaknya suatu peningkatan usaha pertanian (Kartasapoetra, 1991; 23).

Hubungan antara nilai-nilai individu dan sikapnya tidaklah sederhana. Dalam satu hal, sejauh mana berbagai sistem nilai individu membentuk perkembangan dan pengaturan sikap tampaknya merupakan fungsi dari keterpusatan nilai. Jika bagi seseorang ini merupakan nilai sentral (pusat) maka sikap kelompok minoritas dapat


(32)

bersifat sama nilainya (equalitarian) dengan kelompok mayoritas. Sikap-sikap yang selaras dengan sikap-sikap lain dalam suatu kumpulan seyogyanya relatif lebih mudah bergerak ke arah yang selaras dibandingkan dengan sikap-sikap yang tidak selaras dengan sikap-sikap lain. Teori keseimbangan memperkirakan bahwa suatu sikap yang dalam keadaan tidak seimbang dengan sikap lain dalam suatu kumpulan akan bergerak cenderung menurut arah yang akan menyeimbangkan sistem tersebut (Krech dkk, 1996;105&150).

2.3 Kerangka Pemikiran

Salah satu program penting dalam konteks paradigma baru Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TPL adalah rencana pemekaran sebuah CD project. Yakni proyek pengembangan ekonomi masyarakat, TPL berencana membentuk suatu kemitraan dengan masyarakat setempat serta meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Program yang telah dilaksanakan antara lain Integrated Farming System (IFS), Infrastruktur, Sosial Dasar dan Tumpang sari.

Bantuan usaha ternak sapi bali dengan sistem bergulir adalah salah satu program CD dalam pengembangan Integrated Farming System yangtelah dijalankan.

Penerimaan bantuan tersebut memunculkan sikap, tingkah laku yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari dalam diri petani, baik faktor sosial seperti umur, tingkat penididikan, tingkat kosmopolitan dan faktor ekonomi seperti luas lahan pertanian yang dimiliki, ketersedian tenaga kerja keluarga dan total pendapatan keluarga di luar usaha tani ternak sapi.


(33)

Dimana sikap petani terhadap program CD merupakan bentuk reaksi ataupun respon terhadap adanya stimulus, yakni memunculkan dalam bentuk sikap positif atau negatif.

Penerimaan bantuan tersebut mendapat berbagai masalah yang dihadapi yang mempengaruhi petani terhadap pemanfaatan bantuan tersebut sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut.


(34)

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan:

: Proses

Community Development

Integrated farming

system Tumpang sari

Infrasturktur

Pertanian Peternakan

(Sapi Bali Sistem Bergulir) Perikanan

Upaya

Sikap

Positif Negatif

Masalah

Corporate Social Responsibility (CSR)

Petani Peternak Sapi

Faktor Sosial: - Umur

- Tingkat pendidikan formal - Tingkat kosmopolitan Faktor Ekonomi:

- Luas lahan

- Ketersediaan tenaga kerja keluarga

- Total pendapatan keluarga di luar ternak sapi

Sosial dasar PT. Toba Pulp Lestari Tbk


(35)

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Sikap petani pada Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir di daerah penelitian adalah positif.

2. Ada hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan formal, tingkat kosmopolitan) petani dengan sikapnya pada Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir.

3. Ada hubungan karakteristik ekonomi (luas lahan, ketersedian tenaga kerja keluarga dan total pendapatan keluarga di luar ternak sapi) petani dengan sikapnya pada Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir.


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kecamata Porsea, Kecamatan Balige, Kecamatan Lumban Julu, Kecamata Siantar Narumonda, Kecamatan Sigumpar, Kecamatan Uluan, Kecamatan Laguboti, Kecamatan Tampahan, Kecamatan Silaen dan Kecamatan Borbor. Dengan pertimbangan bahwa PT. Toba Pulp Lestari Tbk melaksanakan bantuan pada masyarakat melalui Program Community Development (CD) dalam bentuk bantuan pengembangan usaha ternak sapi jenis Sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sistem bergulir bagi petani di Kabupaten Toba Samosir yang mencakup pada 10 kecamatan tersebut.

3.2 Metode Penentuan Responden

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode sensus,

responden dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang mendapat bantuan pengembangan usaha ternak sapi jenis Sapi Bali (Bos sondaicus) melalui Program

Community Development (CD) sapi sistem bergulir PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Dimana jumlah keseluruhan responden adalah sebanyak 174 KK.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung kepada peternak sapi dan informan dari PT. Toba Pulp Lestari Tbk dengan alat bantu kuesioner,


(37)

sedang data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan beberapa buku-buku pendukung penelitian.

3.4 Metode Analisis Data.

Hipotesis 1, dianalisis dengan teknik penskalaan Likert yaitu dengan pemberian skor pada setiap pilihan jawaban. Untuk pernyataan positif : Sangat Setuju (SS) bernilai 5, Setuju (S) bernilai 4, Ragu-ragu (R) bernilai 3, Tidak Setuju (TS) bernilai 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1. Untuk pernyataan negatif : Sangat Setuju (SS) bernilai 1, Setuju (S) bernilai 2, Ragu-ragu (R) bernilai 3, Tidak Setuju (TS) bernilai 4 dan Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 5, (Nazir, 1983; 397).

Mengukur sikap digunakan dengan skala pengukuran Likert dengan rumus:

T = 50 + 10 XX

S

Keterangan :

T = Skor standar

X = Skor responden

X = Rata-rata skor kelompok S = Deviasi standar kelompok Kriteria Uji, apabila :

T > 50 = Sikap positif T < 50 = Sikap negatif,


(38)

n 6 di² i=1

rs = 1 –

n³-n

Untuk menghitung nilai t sampel digunakan rumus:

th = rs n – 2

1- rs²

t

m =( m) ; (db) Keterangan:

rs =

Koefisien korelasi Rank Spearman

di = Selisih antar rank n = Jumlah petani sampel m = Derajat nyata

db = Derajat bebas

Berdasarkan perhitungan nilai rs yang nantinya didapat melalui analisis di atas, maka akan diperkirakan kekuatan hubungan korelasinya. Berikut adalah tabel interpretasi terhadap nilai r hasil analisis korelasi;

Tabel 1. Interpretasi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi

Interval Nilai r* Interpretasi

0,001 – 0,200 Korelasi Sangat Lemah

0,201 – 0,400 Korelasi Lemah

0,401 – 0,600 Korelasi Cukup Kuat

0,601 – 0,800 Korelasi Kuat

0,801 – 1,000 Korelasi Sangat Kuat *) Interpretasi berlaku untuk niali r positif maupun negatif

(Triton, 2006 ; 92).


(39)

Pada uji dua arah (sig. 2-tailed).

-t /2 < t-hitung < t /2 ...H0 diterima (Siegel, 1992: 255).

Atau dengan alat bantu SPSS (Statistical Product and Service Solution): Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Sig < (0.05) ...H0 ditolak Sig > (0.05) ...H0 diterima (Triton, 2006).

Diamana :

H0 : Tidak ada hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan sikap petani pada Program CD sapi sistem bergulir.

H1 : Ada hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan sikap petani pada Program CD sapi sistem bergulir.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.

Defenisi

- Community Development (CD) Strategy artinya strategi pengembangan masyarakat adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang ditujukan untuk pengembangan suatu kelonpok masyarakat tertentu di suatu daerah.

- Corporate Social Responsibility-CSR artinya tanggung jawab sosial perusahaan adalah penerapan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan secara konsisten yang merupakan bagian dari upaya memaksimalkan nilai perusahaan yang juga


(40)

merupakan bentuk komitmen perusahaan berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan

- Sikap petani adalah pencerminan dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri petani dan reaksi terhadap stimulus yang menghasilkan pengaruh atau penolokan, penilaian suka atau tidak suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek. - Sikap positif adalah sikap yang cenderung menyukai, mendekati, menerima bahkan

mengharapkan kejadian objek tertentu.

- Sikap negatif adalah sikap yang cenderung menjauhi, membenci, menghindar ataupun tidak menyukai keberadaan objek tertentu.

- Umur adalah usia petani sampel pada saat penelitian dilaksanakan dinyatakan dalam tahun.

- Tingkat pendidikan petani sampel adalah jumlah tahun pendidikan formal yang pernah ditempuh petani, yang dinyatakan dalam tahun.

- Tingkat kosmopolitan adalah tingkat keterbukaan petani terhadap dunia luar yang diukur berdasarkan banyaknya melakukan kunjungan keluar serta penggunaan sarana informasi melalui media cetak dan media elektronik.

- Luas lahan adalah besarnya lahan yang dimiliki petani yang digunakan untuk areal usaha taninya yang diukur dalam satuan luas.

- Usia produktif adalah 15 – 64 tahun. Batasan Operasional

- Responden adalah petani penerima bantuan program Community Development (CD)

PT. Toba Plup Lestari Tbk dalam bentuk usaha ternak sapi jenis Sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sistem bergulir.


(41)

- Total pendapatan keluarga petani adalah hasil yang diperoleh seluruh anggota keluarga petani dari usahatani dan di luar usaha tani dalam satu tahun yang dijawab responden dalam kuesioner.

- Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga dihitung dari banyaknya anggota keluarga yang termasuk dalam usia produktif.

- Petani sampel berasal dari Kabupaten Toba Samosir di 10 kecamatan berbeda yaitu Kecamatan Porsea, Kecamatan Balige, Kecamatan Lumban Julu, Kecamata Siantar Narumonda, Kecamatan Sigumpar, Kecamatan Uluan, Kecamatan Laguboti, Kecamatan Tampahan, Kecamatan Silaen dan Kecamatan Borbor.


(42)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Profil PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

PT. Toba Pulp Lestari (PT. TPL) yang dulunya bernama PT. Inti Indorayon Utama (IIU) didirikan sejak tahun 1983 berdasarkan Akta Pendirian No.329 yang telah dibuat di hadapan notaris Misarardi Wilamarta SH di Jakarta pada tanggal 26 April 1983. Pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui surat keputusan No. C2-5130-HT01-01-TH.83 tertanggal 26 juli 1983. Pada tanggal 2 November 1983 didaftarkan di pengadilan tinggi Kelas IA Medan dengan No. 279/PT/1983 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia pada tanggal 4 desember 1984 dengan No.97, Tambahan Berita Negara No.1176.

Status perseroan yang dimiliki PT. Toba Pulp Lestari berubah menjadi perseorangan dengan fasilitas Penanaman Modal Asing (PMA) yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui surat keputusan No. C2-2643.HT.01.04-TH.90 tertanggal 12 Mei 1990. PT. Toba Pulp Lestari kembali lagi mengalami perubahan dimana status perseorangan berubah menjadi Perseroan Terbuka yang menawarkan saham-saham untuk dimiliki oleh masyarakat atau public (Presentasi


(43)

Maksud dan Tujuan Perusahaan

Berdasarkan Akta perbaikan No.111 tertanggal 12 Mei 1990 yang dibuat di depan notaris Rachmat Santoso SH, adapun maksud dan tujuan pokok perusahaan adalah untuk menjalankan industri pulp dan viscose rayon. Namun sesuai dengan penegasan Pemerintah Republik Indonesia melalui surat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I No.72.Hk.03.33.2003 tanggal 29 Januari 2003 usaha perseroan berubah menjadi industri pulp (Presentasi CD PT. TPL, 2005).

Modal Perusahaan

Modal Perusahaan yang dinyatakan dalam Akta Keputusan Rapat No.61 tertanggal 18 Juli 2003 dibuat di hadapan notaris Herawati SH di Jakarta dan telah mendapat persetujuan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat penerimaan atas laporan akta perubahan tersebut telah didaftarkan No.C-21113 HT.01.04.TH.2003 tertanggal 5 September 2003 adalah sebagai berikut:

• Modal Dasar, sejumlah Rp. 1.688.307.072.000,00 (satu trilyun enam ratus delapan puluh delapan milyar tiga ratus tujuh juta tujuh puluh dua ribu rupiah) dengan nomor nominal rp. 1000,00 per lembar saham.

• Modal Ditetapkan, sejumlah Rp. 1.406.922.560.000,00 (satu trilyun empat ratus enam milyar sembilan ratus dua puluh dua juta lima ratus enam puluh ribu rupiah) (Presentasi CD PT. TPL, 2005).

Susunan Komisaris dan Direksi

• Komisaris Utama : Leonardy Halim

• Komisaris : Drs. Sabam Leo Batu-bara


(44)

• Komisaris Independen II : Ir. Wilihar Tamba

• Direktur Utama : Roli Arifin

• Direktur I : Juanda Panjaitan

• Direktur II : Mulia Nauli

• Direktur II : Firman Purba

• Direktur IV : Wilim Alamat Perusahaan

PT. Toba Pulp Lestari, Uniplaza East Tower 7st floor, Jl. Letjen MT Haryono No A-1 Medan 20231, Sumatera Utara, Indonesia. Untuk alamat pabrik PT. Toba Pulp Lestari terletak di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara, Indonesia (Presentasi CD PT. TPL, 2005).

Situasi dan Prospek Perusahaan

Situasi perusahaan sejak dioperasikan kembali pada tahun 2003 sampai saat ini semakin baik dan sudah berjalan dengan normal. Hal ini dapat dilihat berdasarkan, antara lain :

a. Besarnya keinginan masyarakat putra daerah menjadi karyawan perusahaan. b. Besarnya keinginan masyarakat pengusahaan lokal menjadi mitra perusahaan. c. Besarnya permintaan masyarakat untuk mendapatkan bantuan Program

Pemberdayaan Masyarakat (Program Community Development) dari perusahaan..

Untuk prospek usaha perusahaan sangat baik, karena dari tahun ke tahun kebutuhan dunia akan pulp dan kertas semakin meningkat (Presentasi CD PT. TPL, 2005).


(45)

4.1.2 Kabupaten Toba Samosir

4.1.2.1 Luas Daerah dan Letak Geografis Kabupaten Toba Samosir

Kabupaten Toba Samosir terletak di propinsi Sumatera Utara antara 20 C 03’ – 20 C 40’ Lintang Utara dan 960 C 56’ – 990 C 40’ Bujur Timur.Luas wilayah Kabupaten Toba Samosir adalah 2.021,80 Km2. Kabupaten Toba Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 300-2.200 meter di atas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik. Adapun batas-batas daerah adalah sebagai berikut :

̇ Sebelah Utara : Kabupaten Simalungun ̇ Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Utara ̇ Sebelah Timur : Kabupaten Labuhan Batu dan

Kabupaten Asahan

̇ Sebelah Barat : Danau Toba dan Kabupaten Samosir

Ibukota Kabupaten Toba Samosir adalah Balige, dimana kabupaten ini juga terdiri dari 14 kecamatan. Berikut ditampilkan pada tabel seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir dengan masing-masing ibukota kecamatan dan luas daerahnya.


(46)

Tabel 2. Jumlah Kecamatan Berikut Ibu kota Kecamatan dan Luas Daerahnya di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2007 .

NO Kecamatan Ibokota Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%)

1. Balige Balige 91,05 4,50 2. Tampahan Gurgur 24,45 1,21 3. Laguboti Laguboti 73,90 3,66 4. Habinsaran Parsoburan 396,56 19,61 5. Borbor Borbor 188,79 9,34 6. Nassau Lumban Rau Tengah 335,50 16,60 7. Silaen Silaen 62,60 3,10 8. Sigumpar Sigumpar 25,50 1,26 9. Porsea Porsea 87,11 4,31 10. Pintu Pohan Meranti Pintu Pohan 386,95 19,14 11. Siantar Narumonda Narumonda I 22,19 1,10 12. Lumban Julu Lumban Julu 111,50 5,52 13. Uluan Lumban Binanga 118,70 5,87 14. Ajibata Pardomuan Ajibata 97,00 4,78

JUMLAH TOTAL 2.021,80 100

Sumber : BPS Sumatera Utara, Kabupaten Toba Samosir Dalam Angka, 2008

Dari data yang ditampilkan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa wilayah yang paling luas di Kabupaten Toba Samosir terdapat di Kecamatan Habinsaran degan luas wilayah sebesar 396,56 Km2 dengan persentase sebesar 19,61 % dan wilayah yang paling sempit terdapat di Kecamatan Siantar Narumonda degan luas wilayah sebesar 22,19 Km2 dengan persentase sebesar 1,10 %.

4.1.2.2 Tata Guna Lahan

Pola penggunaan lahan di daerah penelitian menurut fungsinya untuk pertanian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Tata Guna Lahan di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2007.

NO Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1. Pertanian 91.155 45,09

2. Non Pertanian 111.025 54,91

JUMLAH TOTAL 202.180 100


(47)

Dari Tabel 3 dapat dikemukakan bahwa 45,09 % lahan di daerah penelitian digunakan untuk lahan pertanian sedangkan persentase terbesar yakni 54,91 % lahan digunakan untuk lahan non pertanian.

4.1.2.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2007 adalah 171.375 jiwa dengan jumlah rumah tangga (RT) 37.581 RT. Dimana pria berjumlah 84.492 jiwa dan wanita berjumlah 86.883 jiwa.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2007.

NO Kelompok Umur Total (Pria+Wanita) Persentase (%)

1. 0 - 4 17.773 10,37

2. 5 - 9 20.324 11,86

3. 10 - 14 23.478 13,70

4. 15 - 19 23.580 13,76

5. 20 - 24 10.658 6,22

6. 25 - 29 9.167 5,35

7. 30 - 34 8.713 5,08

8. 35 - 39 8.484 4,95

9. 40 - 44 9.343 5,45

10. 45 - 49 9.029 5,27

11. 50 - 54 9.386 5,48

12. 55 - 59 5.907 3,45

13. 60 - 64 5.732 3,35

14. 65 + 9.801 5,71 JUMLAH TOTAL 171.375 100 Sumber : BPS Sumatera Utara, Kabupaten Toba Samosir Dalam Angka, 2008

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat pada kelompok umur 15-19 tahun yakni sebanyak 23. 580 jiwa dengan persentase sebesar 13,76 % dan yang terkecil adalah kelompok umur 60 – 64 tahun yakni sebanyak 5.732 jiwa dengan persentase 3,35 %. Dan dari data yang ada dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar di Kabupaten Toba Samosir berada pada usia produktif.


(48)

Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5. Sarana dan Prasarana Yang Tersedia di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2007.

NO Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Pendidikan Formal

SD/ MI/ SLB 221

SLTP/ MT 39

SMA 15

SMK 18

2 Sarana Kesehatan

Rumah Sakit 3

Puskesmas 50

Polindes 160

Posyandu 245

3 Sarana Ibadah

Mesjid 35

Mushola 10

Gereja Protestan 290

Gereja Katolik 63

Sumber : BPS Sumatera Utara, Kabupaten Toba Samosir Dalam Angka, 2008

Sarana dan prasarana yang tersedia diharapkan dapat membantu dan mempermudah aktivitas kehidupan baik dalam aspek sosial dan budaya seluruh masyarakat di Kabupaten Toba Samosir.

4.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani penerima bantuan program

Community Development (CD) PT. Toba Plup Lestari Tbk dalam bentuk usaha ternak sapi bali bergulir. Seluruh responden akan di sensus yang mana mereka telah terdaftar sebelumnya secara akurat oleh PT. TPL.

Karakteristik petani sampel meliputi umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, luas lahan, jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia dan total


(49)

pendapatan keluarga di luar usaha ternak sapi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Karakteristik Petani Responden Penerima Bantuan Community Development Sapi Sistem Bergulir .

NO Umur Tingkat Tingkat Luas

Tenaga Kerja

Dalam Pendapatan

Pendidikan Kosmopolitan Lahan

Keluarga

Tersedia

(Tahun) (Tahun) (Skor) (Ha)

(HKP per

Hari) (per Tahun)

1 Rata-rata 48 11 43 0,6 2,8 Rp. 23.656.839,08

2 Rentang 26 – 78 6 – 16 23 - 61 0,2 – 2 0 – 5,6 Rp. 6.800.000,00 –

Rp. 86.400.000,00

Sumber : Diolah Dari Lampiran 1 dan 8 – 11.

4.2.1 Umur

Umur petani sampel berpengaruh dalam pengelolaan usahataninya. Dari Tabel 6 diketahui bahwa rata-rata umur petani adalah 48 tahun dengan rentang 26 – 78 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata umur petani responden masih tergolong pada usia produktif yang masih memiliki tenaga kerja yang potensial untuk mengusahakan usaha ternak sapi bali.

4.2.2 Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Pendidikan formal juga sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam hal menerima dan menyerap teknologi dan informasi untuk mengoptimalkan usahataninya. Rata-rata tingkat pendidikan formal petani adalah 11 tahun dengan rentang 6 – 16 tahun Hal ini menunjukan bahwa rata-rata petani responden masih tergolong tamatan Sekolah Menengah Pertama.


(50)

4.2.3 Tingkat Kosmopolitan

Tingkat kosmopolitan sebagai ukuran keterbukaan petani terhadap dunia luar. Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa skor rata-rata tingkat kosmopolitan petani responden sebesar 43, dengan rentang skor 23 - 61. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kosmopolitan petani responden sedang.

4.2.4 Luas Lahan

Dari Tabel 6 dilihat bahwa rata-rata luas lahan petani adalah 0,6 Ha dengan rentang 0,2 – 2 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani responden tidak memiliki lahan yang luas dalam pengolahan usaha tani mereka.

4.2.5 Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga

Ketersediaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga yang dihitung adalah anggota keluarga yang dalam usia produktif. Tabel 6 menunjukan bahwa rata-rata tenaga kerja keluarga yang tersedia pada keluarga responden adalah 2,8 HKP per hari dengan rentang 0 – 5,6 HKP per hari.

4.2.6 Total Pendapatan Keluarga Di Luar Ternak Sapi

Total pendapatan keluarga yang diperoleh petani akan mempengaruhi petani dalam mengelola usahataninya. Total pendapatan diambil dari pendapatan dalam usaha tani selain usaha ternak sapi dan diluar usaha tani. Rata-rata pendapatan keluarga di luar usaha ternak sapi adalah Rp. 23.656.839,08 per tahun. Dengan rentang pendapatan keluarga antara Rp. 6.800.000,00 – Rp. 86.400.000,00 per tahun.


(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap petani penerima bantuan sapi bergulir jenis Sapi Bali (Bos sondaicus) di Kabupaten Toba Samosir pada Kecamatan Porsea, Kecamatan Balige, Kecamatan Lumban Julu, Kecamata Siantar Narumonda, Kecamatan Sigumpar, Kecamatan Uluan, Kecamatan Laguboti, Kecamatan Tampahan, Kecamatan Silaen dan Kecamatan Borbor. Bantuan ini di berikan oleh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk yang melaksanakan bantuan pada masyarakat melalui Program Community Development (CD) dalam bentuk bantuan pengembangan usaha ternak sapi jenis Sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sistem bergulir bagi petani di Kabupaten Toba Samosir yang mencakup pada 10 kecamatan tersebut.

Hal ini merupakan bagian atau section dari Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan pada lingkungan sekitar operasional .

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur bagaimana sikap petani terhadap Program CD sapi bergulir tersebut dan bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani terhadap sikap petani pada Program CD sapi sistem bergulir. Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2008.

5.1 Pengembangan Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir. Program Community Development (CD) sapi sistem begulir yang diberikan PT. Toba Pulp Lestari merupakan bagian dari program bantuan bidang Integrated Farming System (IFS) sebagai proyek pengembangan ekonomi masyarakat yang membentuk suatu kemitraan dengan masyarakat sekitar lokasi operasional perusahaan, sehingga


(52)

meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Adapun perkembangan penyaluran program bantuan CD khususnya ternak sapi jenis Sapi Bali dilihat dari jumlah petani dan jumlah ternak sapi yang telah disalurkan untuk masyarakat selama ini dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 7. Perkembangan Program Community Development Sapi Bali Sistem Bergulir Dari PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

Dibagikan di Awal Pengguliran NO Tahun Petani (KK) Ternak Sapi (Ekor) Petani (KK) Ternak Sapi (Ekor)

1 2003 21 63 0 0

2 2004 22 66 0 0

3 2005 27 81 0 0

4 2006 24 71 4 9

5 2007 64 186 22 44

6 2008 0 0 5 10

JUMLAH TOTAL 158 467 31 63

Sumber : PT. Toba Pulp Lestari, 2008

Dari Tabel 7 diketahui bahwa bantuan awal pada tahun 2003 diberikan kepada 21 KK berjumlah 63 ekor sapi. Lalu pada tahun 2004 diberikan bantuan kepada 22 KK berjumlah 66 ekor sapi. Selanjutnya tahun 2005 diberikan bantuan kepada 27 KK berjumlah 81 ekor sapi.

Pada tahun 2006 diberikan bantuan pada 24 KK berjumlah 71 ekor sapi dan perguliran pertama kali ditahun ini pada 4 KK dengan jumlah sapi 9 ekor. Lalu untuk tahun 2007 diberi batuan pada 64 KK berjumlah 186 ekor sapi dan perguliran pada 22 KK dengan jumlah 44 ekor sapi. Selanjutnya perguliran pada tahun 2008 pada 5 KK dengan jumlah 10 ekor sapi.

Sistem bergulir merupakan sistem yang dinilai baik untuk saat ini karena sifatnya dalam melatih masyarakat agar mandiri tetapi tetap membangun sikap sosial untuk membantu masyarakat lain.


(53)

Pelaksanaan yang dilakukan untuk pengembangan Program Community Development (CD) dalam bentuk bantuan pengembangan usaha ternak sapi jenis Sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sistem bergulir, sejauh ini yang telah dilakukan TPL sebagai pihak pemberi bantuan antara lain :

1) Penyediaan kandang ternak yang layak kepada beberapa penerima bantuan. 2) Memberikan bibit-bibit Rumput Gajah maupun Rumput Setaria sebagai untuk

pakan ternak.

3) Memberikan modal sebesar Rp. 300.000,00 untuk pengembangan usaha ternak sapi bali tersebut.

4) Melakukan kunjungan untuk pembinaan dan bantuan pemeliharaan perkembangan sapi bantuan, seperti memberikan obat-obatan, suntikan vaksin di awal pemeliharaan dan penukaran sapi yang gagal berkembang biak.

Pengembangan Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir, salah satunya dibuktikan dengan dibangunnya Pondok Bina Tani di areal seluas 10 hektar di Desa Banjar Ganjang, Kecamatan Parmaksian, (sebuah kecamatan baru, pemekaran Kecamatan Porsea) Tobasa yang didanai oleh dana CD TPL. Dimana kegiatan ini ditujukan untuk mengembangkan usaha peternakan para penerima bantuan program perguliran sapi bali.

Masyarakat sekitar mengatakan bahwa, adapun tujuan dan manfaat khusus pondok bina tani untuk Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir yakni sebagai permulaan akan dilakukan secara berurutan pengolahan lahan untuk penanam pakan ternak; rumput gajah. Selanjutnya dilakukan pembangunan kandang dan rumah jaga. Semua pekerjaan dilakukan oleh warga sekitar dengan sistem padat karya, bukan diborongkan.


(54)

Secara Umum Lima Fungsi Utama Pondok Bina Tani adalah ;

• Pertama, memproduksi bibit tanaman, bibit ternak dan ikan yang lebih adaktif dengan kondisi lingkungan Tobasa.

• Kedua, meningkatkan efesiensi dan efektifitas bantuan kepada masyarakat.

• Ketiga, sebagai wadah tempat sosialisasi dan penyuluhan berbagai progaram pertanian.

• Keempat, menghasilkan berbagai jenis bibit tanaman, ternak dan ikan yang spesifik lokasi Tobasa.

• Kelima, menciptakan kesempatan kerja baru kepada masyarakat setempat.

Namun untuk masa yang akan datang di pondok itu kelak akan dikembangbiakkan ternak sapi, babi, bebek dan kemungkinan kerbau. Akses jalan yang dibuka berupa hamparan rumput dengan sendirinya menjadi wilayah terbuka memudahkan warga mengembangkan peternakan di sana apalagi khususnya untuk ternak sapi bali.

Seluruh pelaksanaan kegiatan di atas yang selama ini telah dilaksanakan untuk perkembanga Community Development yang merupakan bagian atau section dari

Corporate Social Responsibility (CSR) agar sifatnya berkelanjutan. Seperti menurut Badaruddin, (2008; 2) dengan CSR tersebut masyarakat menjadi berdaya baik secara ekonomi, sosial, dan budaya secara berkelanjutan (sustainability) niscaya akan sangat berkontribuasi bagi pembangunan masyarakat dalam arti peningkatan kesejahteraan keluarga dan komunitas secara berkelanjutan sehingga perusahaan juga dapat terus berkembang secara berkelanjutan.

Perkembangan program bantuan diharapkan dapat terus membangun hubungan yang harmonis dan mampu merespon keinginan masyarakat. Dapat kita lihat seperti menurut Fajri, (2006; 2) bahwa CSR berfungsi pula sebagai sarana meningkatkan citra


(55)

perusahaan bagi publik, termasuk investor dan menjadi bagian dari strategi bisnis dan pengelolaan risiko perusahaan. Penerapan CSR secara konsisten akan membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat serta menumbuhkan kepercayaan masyarakat.

Program pengembangan masyarakat yang dilakukan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ini memberikan keuntungan sosial saja, dimana sebagai salah satu cara untuk mengurangi atau menghindari kritik masyarakat mengingat juga pada kesalahan operasional yang terdahulu pernah dilakukan perusahaan sehingga harapannya dalam waktu jangka panjang kelangsungan hidup perusahaan tetap berjalan dan perusahaan tetap dapat melaksanakan aktivitas bisnisnya

5.2 Sikap Petani Terhadap Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir.

Sikap petani terhadap program bantuan CD sapi sistem bergulir diketahui dengan melihat jawaban-jawaban petani responden terhadap kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang diberikan. Pernyataan ini dibagi kedalam 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif. Sikap dalam hal ini merupakan suatu respon dalam wujud suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap petani bisa berupa positif dan negatif. Untuk pernyataan positif, jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Ragu-Ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 4 dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5. Demikian sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 5, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 4, Ragu-Ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 2 dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1. Dari jawaban setiap pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi


(56)

normal, sehingga diperoleh skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban), kemudian skor terhadap masing-masing pernyataan dijumlahkan.

Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut kedalam skor standart yang mana dalam hal ini digunakan model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor T menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T= 50 dan standart deviasi S = 24.16Sehingga apabila skor standart > 50, berarti mempunyai sikap yang positif. Jika skor standart ≤ 50, berarti mempunyai sikap negatif.

Sikap petani responden penerima bantuan CD sapi bali sistem bergulir di Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Sikap Petani Penerima Bantuan Community Development Sapi Sistem Bergulir di Kabupaten Toba Samosir.

No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Positif 113 64,94

2 Negatif 61 35,06

JUMLAH TOTAL 174 100 %

Sumber : Diolah Dari Lampiran 5.

Berdasarkan pada Tabel 8 diperoleh bahwa dari 174 responden penerima bantuan

CD sapi sistem bergulir yang menunjukan sikap positif terhadap program bantuan CD

sapi sistem bergulir dari PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sebanyak 113 orang (64,94 %) yang menunjukan sikap positif dan yang menunjukan sikap negatif sebanyak 61 orang (35,06 %).

Hal ini seperti teori dari Krech, dkk (1996; 102) bahwa keragaman sikap di antara anggota-anggota kelompok suatu kelompok budaya sebagian besar disebabkan oleh kenyataan bahwa anggota kelmpok tersebut ternyata mempunyai keyakinan yang sama mengenai objek, orang, peristiwa, masalah.


(57)

Sehingga hasil penelitian didapat bahwa sikap petani responden penerima bantuan terhadap Program CD sapi sistem bergulir adalah positif. Dengan demikian Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa sikap petani terhadap Program CD sapi sistem bergulir di daerah penelitian adalah positif dapat diterima.

Seperti yang dikatakan Krech, dkk (1996; 9) juga menyatakan bahwa Jika individu bersikap positif terhadap objek tertentu, maka ia akan cenderung membantu atau memuji, atau mendukung objek tersebut.

Hal ini terlihat pada keseriusan masyarakat memelihara dan mengusahakan ternak karena menganggap sapi yang diberikan secara cuma–cuma ini merupakan salah satu bentuk investasi di masa yang akan datang. Investasi tersebut digunakan untuk seluruh anggota keluarga.

Disamping itu mendukung terciptanya cabang usaha lain seperti menghasilkan pupuk kandang yang dapat digunakan untuk pengolahan dan pemeliharaan di awal tanam tanaman usaha taninya yang lain. Dalam hal ini petani sudah dapat memperkirakan bahwa pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak sapi dapat mengurangi pengeluaraan untuk biaya produksi sehingga berdampak pada penigkatan pendapatan mereka.

5.3 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Responden Dengan Sikap Petani Pada Program Community Development (CD) Sapi Sistem Bergulir.

Kerakteristik sosial ekonomi yang diduga berhubungan dengan sikap petani adalah umur, tingkat pendidikan formal, tingkat kosmopolitan, luas lahan, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga dan total pendapatan.


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Perkembangan program Community Development (CD) sapi sistem bergulir terus berjalan dengan beberapa kegiatan–kegiatan yang dilakukan pihak TPL sebagai pemberi bantuan untuk mendukung pengembangan, seperti :

• Penyediaan kandang ternak yang layak kepada beberapa penerima bantuan.

• Memberikan bibit-bibit Rumput Gajah maupun Rumput Setaria sebagai untuk pakan ternak.

• Memberikan modal sebesar Rp. 300.000,00 untuk pengembangan usaha ternak sapi bali tersebut.

• Melakukan kunjungan untuk pembinaan dan bantuan pemeliharaan

perkembangan sapi bantuan, seperti memberikan obat-obatan, suntikan vaksin di awal pemeliharaan dan penukaran sapi yang gagal berkembang biak.

Pengembangan Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir, juga dibuktikan dengan dibangunnya Pondok Bina Tani di areal seluas 10 yang didanai oleh dana CD TPL sebagai areal penanam pakan ternak.

2. Sikap petani terhadap Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir di Kabupaten Toba Samosir dari PT. Toba Pulp Lestari, Tbk yaitu pada 174 KK penerima bantuan. Dimana sebanyak 113 orang (64,94 %) yang menunjukan sikap positif dan sebanyak 61 orang (35,06 %) yang menunjukan sikap negatif. Sehingga sikap petani responden penerima bantuan terhadap Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir adalah positif.


(2)

3. Tidak ada hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan formal, tingkat kosmopolitan) petani dengan sikapnya pada Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir.

4. Tidak ada hubungan karakteristik ekonomi (luas lahan, ketersedian tenaga kerja keluarga dan total pendapatan keluarga di luar ternak sapi) petani dengan sikapnya pada Program Community Development (CD) sapi sistem bergulir. 5. Masalah–masalah yang dihadapi dalam pengembangan program CD sapi sistem

bergulir adalah : kandang hunian ternak tidak layak, budidaya sapi dimana sapi sulit berkembang biak, kurangnya ketersediaan pakan hijau, kekurangan modal untuk pengembangan usaha pupuk kandang, kesalahan pendataan yang telah menerima bantuan baik jumlah bantuan yang diterima maupun alamat penerima, MoU pada tahap pengguliran yang belum sesuai dan hal administratif lainnya, timbul kecemburuan sosial pada masyarakat yang tidak mendapatkan dan sifat yang tidak pernah puas akan bantuan.

6. Upaya–upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pengembangan program CD sapi sistem bergulir adalah : mengusahakan sendiri kandang yang layak, TPL mengganti sapi lama yang mandul dengan sapi yang baru, TPL membantu menciptkan areal umum untuk pakan hijau sapi, pelaksanaan pelatihan dan bantuan modal alat dan bahan, mengadakan koordinasi dengan aparat setempat, mengubah MoU atau memberi jumlah bantuan yang sama antara penerima bantuan awal dengan pengguliran, dan tetap fokus pada program CD yang terus berkelanjutan.


(3)

Kepada Petani

Bantuan ternak sapi bergulir dari TPL telah diberikan secara cuma-cuma sebaiknya sudah seharusnya petani memberi perhatian yang intensif terhadap sapi peliharaannya. Hal ini dilakukan agar sapi tetap dalam kondisi yang baik dan cepat berkembang biak sehinnga penggulirannya berhasil dan masyarakat lain juga dapat menikmatinya. Selain itu produksi pupuk kandang juga besar karena jumlah ternak yang banyak. Hal-hal yang perlu dilakukan misalnya :

1) Memberi makanan yang layak dengan kandungan gizi yang cukup.

2) Mengatur perkawinan secara tepat pada saat sapi berumur dewasa kelamin. 3) Menyediakan kandang yang layak.

4) Mencegah dan mengobati penyakit ngorok (Septichamia Epizootica) yang sering menyerang sapi di daerah ini dengan suntikan vaksinasi SE.

Kepada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

Jika menginginkan sistem bergulir dapat berjalan dengan baik dan terus berkelanjutan sebaiknya TPL perlu melakukan perhatian yang berkelanjutan khususnya pada petani yang mendapat program bantuan sapi bali bergulir ini. Bimbingan tidak hanya saat diawal bantuan tersalur, namun petani yang sudah menjalankan kewajiban untuk menggulirkan harus tetap dibina, paling tidak dapat menjadi contoh untuk penerima bantuan lainnya.

Kepada Peneliti Selanjutnya.

Mengadakan penelitian mengenai dampak sikap petani penerima bantuan tahap awal dengan penerima bantuan tahap perguliran pada program Community Development (CD) sapi bali sistem bergulir dan pengaruhnya pada faktor-faktor sosial ekonomi.


(4)

Gambar 2. Lokasi Operasional PT. Toba Pulp Lestari, Tbk di Kecamatan Uluan

Gambar 3. Sapi Bali (Bos sondaicus) Di Lahan Pengembalaan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2005. Community Development Dalam Paradigma Pembangunan

Berkalanjutan. Indonesia Center for Sustainable Development Article.

www.google.com

________, 2004. Kompas, 27 April 2004

Arsyad, Lincolin., 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE Press. Yogyakarta

Azwar,S. 1997. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badaruddin Prof. Dr. M.Si., 2008. Pidato Guru Besar: Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Masyrakat Melalui Pemanfaatan Potensi Modal Sosial. URL http://www.usu.ac.id

Ban, A.W Van Den dan Hawkins., 2002. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta Daniel, Moehar. Ir. M. S., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta Gunawan, Ir. M dkk., 2003. Sapi Bali : Potensi Produktivitas dan Nilai Ekonomi.

Penerbit Kanisius. Jakarta

Guntoro, Suproi., 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Jakarta

Fajri, Mohamad M P SH., 2006. Artikel Sinar Harapan: Corporate Social

Responsibility. URL http://www.unisosdem.org

Hagul, Peter., 1992. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. CV Rajawali. Jakarta

Hidayat, Syarif dan Darwin S., 2001. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat : Sebuah

Rekonstruksi Konsep Communtnity Based Development. Pustaka Quantum. Jakarta

Ikhwan, Khairul., 2005. Eks PT. Indorayon Bagikan 1% Laba Bersih ke 8 Kabupaten.

Detikcom-Kompas

Kartasapoetra A.G., 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta Krech, David dkk., 1996. Sikap Sosial. Penerjemah : Siti R, dkk. Pusat Pembinaan dan

Pemgembangan Bahasa-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta Nazir, Moh,. Ph.D., 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta


(6)

PT. Toba Pulp Lestari Tbk, 2005. Memorandum of Understanding program

Pemberdayaan Masyarakat Toba Samosir PT. Toba Pulp Lestari Tbk.

Porsea-Sumatera Utara

________________________, 2005. Presentasi Community Development PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Porsea-Sumatera Utara

Siegel, Sidney., 1992. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu Ilmu Sosial. Gramedia Pustaka. Jakarta

Soekartawi, 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajagrafindo. Jakarta

_________, 2002. Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Rajawali Press.Jakarta

Soetomo, 2006. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Soetrisno. L., 1999. Pertanian Pada Abad 21. Direktorat Jendral Pendidikan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Suparmoko, Drs.M dan Maria S., 2000. Ekonomika Lingkungan. BPFE Press. Yogyakarta

Triton. PB., 2006. SPSS 13 Terapan Riset Statistik Parametrik. Penerbit Andi. Yogyakarta

Todaro, Michael P., 1997. Pembangunan Pertanian Edisi V. Bumi Aksara. Jakarta ________________., 1998. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta Usman, Drh. Anang.M, 1981. Pola Operasionil Pembinaan Sumber Bibit Sapi Bali.


Dokumen yang terkait

Sikap Petani Terhadap Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)” (Studi Kasus: Desa Simanampang, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara).

8 93 81

Sikap Petani Peserta Terhadap Program Community Development (CD) Ternak Sapi Sistem Bergulir PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (Studi Kasus : Kecamatan Parmaksian dan Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir)

1 88 93

Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Pertanian Lapangan ( PPL ) Di Kabupaten Toba Samosir

0 38 85

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) (Studi kasus : Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

3 58 57

Sikap Petani Terhadap Program CD (Community Development) PT.TPL (Toba Pulp Lestari) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi)

0 34 74

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos (Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 49 105

Dampak Virus Ikan Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Petani Ikan Mas Di Danau Toba ( Studi Kasus Kelurahan Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horisan)

1 42 175

Manfaat Sosial dan Ekonomi Program Kredit Sapi Perah Bergulir Mandiri.

0 1 2

Sikap Petani Peserta Terhadap Program Community Development (CD) Ternak Sapi Sistem Bergulir PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (Studi Kasus : Kecamatan Parmaksian dan Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir)

0 1 27

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Sikap Petani Peserta Terhadap Program Community Development (CD) Ternak Sapi Sistem Bergulir PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (Studi Kasus : Kecamatan Parmaksian dan Kecamatan Porsea Kabupaten Toba

0 0 11