Hasil Patogenitas dan Perlekatan Bakteri Kitinolitik

Perubahan histologi menunjukkan bahwa infeksi Saprolegnia sp. menyebabkan peradangan dan degenerasi vakuolar pada bagian lapisan luar telur yang terdapat hifa Saprolegnia . Perubahan pada lapisan telur ini disebabkan Saprolegnia mengeluarkan enzim untuk mendegradasi komponen lapisan pada telur. Pada telur umur 7 hari maka lapisan dermal dan epidermal telur menunjukkan perubahan peradangan dan degenerasi vakuolar. Perubahan yang sama dilaporkan oleh Giesker et al. 2006 yaitu infeksi Saprolegnia pada ikan salmon Onchorhyncus mykiss ditemukan hemorrhagi dan peradangan mononuklear pada bagian tepi lesi, degenerasi vakuolar pada sel epitel dan degenerasi pada jaringan pengikat dan otot. Gejala klinis dan perubahan jaringan telur gurami serta tahapan telur menjadi larva menunjukkan bahwa isolat Saprolegnia sp. mampu menyebabkan infeksi sehingga bersifat patogen bagi telur. Telur terinfeksi diambil sampelnya dan diisolasi pada media GYA kemudian dilakukan pengamatan morfologi. Hasil uji reisolasi pada telur yang terinfeksi menunjukkan bahwa telur tersebut yang terinfeksi oleh isolat yang sama dengan isolat Saprolegnia sp. yang diinfeksikan. Hal ini menunjukkan telur yang terinfeksi pada penelitian ini disebabkan karena isolat Saprolegnia sp.

4.5. Hasil Patogenitas dan Perlekatan Bakteri Kitinolitik

Uji patogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah isolat bakteri tersebut bersifat patogen terhadap telur gurami. Uji patogenitas merupakan salah satu tahapan penting dalam menentukan mikroba yang bisa digunakan sebagai probiotik. Mikroba yang digunakan sebagai kontrol biologi dalam akuakultur harus memiliki beberapa persyaratan satu diantaranya adalah mikroba tersebut harus tidak menyebabkan penyakit atau patogen terhadap inang Verschuere et al. 2000. Isolat bakteri potensial berdasarkan uji in vitro yang diuji lebih lanjut adalah sebanyak 10 bakteri yaitu PB3A, PB01, PB02, PB05, PB08, PB10, PB13, PB14, PB15, dan PB17. Hasil uji menunjukkan bahwa isolat bakteri PB01 menunjukkan tingkat mortalitas paling tinggi yaitu 28 dan daya tetas paling rendah yaitu 72, sedangkan isolat bakteri yang lain tingkat mortalitas berada dibawah 20. Universitas Sumatera Utara Patogenitas bakteri PB01 terhadap telur dan larva yang sudah menetas dipelajari pada penelitian ini dengan pengamatan jaringan pada telur hari ke empat dan larva ikan. Gambaran histologi telur ikan normal yaitu telur terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan terluar berwarna merah terang dan lapisan bagian dalam berwarna merah muda Hanjavanit et al. 2008. Pada telur ikan gurami yang dinokulasi isolat bakteri PB01 terdapat proliferasi sel radang dan kongesti pada lapisan luar telur. Hal ini menunjukkan adanya peradangan pada mukosa telur. Gambaran histologi larva ikan yang diinkulasikan PB01 menunjukkan perubahan proliferasi sel radang pada kulit, edema dan proliferasi sel radang pada otot, disertai degenerasi hidropis pada hati dan ginjal. Perubahan patologi telur dan larva disajikan pada Gambar 13. Gambar 13. Gambaran histologi telur dan larva ikan. A Telur kontrol menunjukkan histologi normal B Telur yang diinokulasikan bakteri PB01 menunjukkan akumulasi darah kongesti pada lapisan luar telur B1. C Kulit dan otot larva ikan kontrol. D Larva ikan diinokulasikan bakteri PB01 menunjukkan peradangan disertai edema pada otot dan epithelial lifting pada kulit D1:D2 A B C D B1 D1 D2 Universitas Sumatera Utara Kulit dapat merefleksikan sesuatu hal yang terjadi pada tubuh ikan baik perubahan yang bersifat patologis maupun fisiologis. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh agen infeksius dapat menyebabkan perubahan pada kulit. Perubahan yang dapat terjadi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas sp. adalah peradangan disertai nekrosis sel pada kulit dan otot Ferguson 1989. Perubahan yang ditemukan pada uji patogenitas bakteri potensial adalah peradangan disertai edema pada kulit dan otot. Pada kontrol tidak ditemukan perubahan di atas. Pada telur ikan ditemukan juga akumulasi sel darah pada lapisan luar telur. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang diinokulasikan pada ikan telah melakukan infeksi pada larva ikan. Bakteri PB01 bersifat patogen terhadap telur dan larva ikan. Hal tersebut menyebabkan bakteri ini tidak dapat digunakan sebagai pengendali hayati infeksi Saprolegnia sp. pada telur gurami. Isolat bakteri potensial diharapkan tidak memberikan pengaruh terhadap organ tubuh larva setelah menetas seperti cacat atau perubahan abnormalitas lainnya. Abnormalitas larva dibedakan menjadi 6 kategori yaitu ekor tidak ada, bentuk tubuh seperti siput, tulang belakang bengkok, siamese twin, abnormalitas kuning telur dan bentuk lainnya yang diluar dari 5 bentuk abnormalitas sebelumnya Espeland Hansen 2004. Berdasarkan pengamatan mikroskopis maka bentuk abnormalitas yang dijumpai adalah bengkok tulang belakang pada satu isolat bakteri yaitu isolat kode PB3A dan perubahan tersebut tidak berbeda nyata dengan kontrol P0,05. Hal ini menunjukkan bahwa isolat bakteri potensial tersebut tidak menyebabkan abnormalitas pada larva yang menetas dari telur yang diberi perlakuan bakteri tersebut. Hasil pengamatan mikroskopis larva disajikan pada lampiran 13. Isolat bakteri memiliki kemampuan sebagai probiotik apabila dapat melekat pada permukaan mukosa sel. Probiotik memiliki mekanisme yaitu berkompetisi dengan patogen pada permukaan mukosa sel inang sehingga mencegah kolonisasi patogen pada permukaan sel Verschuere et al 2000. Penelitian ini melakukan isolasi bakteri kitinolitik terhadap telur gurami setelah 48 jam inokulasi untuk mengetahui keberadaan bakteri pada permukaan telur. Hasil isolasi disajikan pada Tabel 7. Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Hasil isolasi ulang bakteri pada telur gurami pada media MGMC Kode Bakteri Koloni Bakteri dengan Zona Bening PB3A + PB01 + PB02 + PB05 + PB08 + PB10 + PB13 + PB14 + PB15 + PB17 ± Kontrol - Keterangan : + = Ada koloni bakteri dengan zona bening ± = Ada koloni bakteri dengan zona bening kecil - = Tidak ada koloni bakteri dengan zona bening Tabel 7 menunjukkan bahwa semua isolat bakteri memiliki kemampuan melekat pada permukaan telur ikan terkecuali kode PB17 yang menunjukkan hasil sedikit perlekatan. Mekanisme perlekatan bakteri pada mukosa di permukaan usus merupakan salah satu syarat bahwa bakteri tersebut bisa dijadikan sebagai probiotik. Kemampuan perlekatan ataupun tumbuh pada mukosa di usus maupun mukosa permukaan luar tubuh ikan secara in vitro telah banyak dilaporkan. Balcazar et al. 2007 melaporkan bahwa beberapa strain Lactic Acid Bacteria LAB memiliki kemampuan perlekatan dan memproduksi bahan antagonis untuk menghambat pertumbuhan patogen Flavobacterium psychrophillum dengan pengujian secara in vitro, sehingga LAB tersebut dapat dijadikan kandidat probiotik. Kemampuan bakteri patogen mengkolonisasi mukosa tubuh merupakan salah satu mekanisme patogenisitasnya. Garcia et al. 1997 melaporkan bahwa Vibrio anguilarum sebagai patogen menunjukkan kemampuan perlekatan pada usus ikan salmon dan peningkatan mukosa. Bakteri kandidat pengendali hayati yang memiliki kemampuan melekat pada mukosa akan mengurangi patogenisitas bakteri patogen dengan mekanisme kompetisi sehinga keberadaan bakteri pengendali hayati akan Universitas Sumatera Utara menghambat perlekatan patogen pada mukosa Watson et al. 2006. Mekanisme ini digunakan untuk aplikasi probiotik pada tahap awal perkembangan ikan sebelum terpapar dengan bakteri pada masa budidaya. Penelitian ini melakukan pengamatan terhadap permukaan sel telur dengan Scanning Electron Microscope SEM. Hasil SEM menunjukkan bahwa permukaan pada mukosa telur perlakuan yang diberi isolat bakteri menunjukkan peningkatan mukus atau lendir yang ditandai dengan bentukan seperti lipatan – lipatan yang tebal Gambar 14A dibandingkan dengan permukaan sel telur kontrol Gambar 14B. Gambaran permukaan pada mukosa telur kontrol dan telur perlakuan yang diberi isolat bakteri kitinolitik dengan SEM disajikan pada Gambar 14. Gambar 14. Gambaran permukaan sel Telur Gurami dengan Scanning Electron Microscope . Permukaan sel telur ikan kontrol A Permukaan sel telur ikan perlakuan dengan pemberian isolat bakteri potensial menunjukkan bentukan seperti lipatan-lipatan yang merupakan mukus yang tebal sehingga bakteri yang terselimutinya tidak terlihat dengan perbesaran ini SEM x 5000. Hasil SEM tidak menunjukkan adanya bakteri yang melekat disebabkan karena tertutup oleh mukus. Pada kontrol tidak ditemukan bakteri maupun mukus sehingga keberadaan mukus disebabkan karena respon terhadap bakteri yang dinokulasikan pada telur perlakuan. Hal ini sejalan dengan laporan Martinez et al. 2004 yang menyebutkan bahwa dengan permukaan penuh dengan mukus menyebabkan bakteri Flavobacterium psychrifillum pada sirip ikan dengan SEM A B Universitas Sumatera Utara tidak terllihat. Metoda pemotongan preparat melewati mukosa kemudian di SEM kembali dengan perbesaran tinggi maka terdapat bagian yang tidak tertutup mukus dapat ditemukan banyak bakteri tersebut Martinez et al. 2004. Perbesaran 5000 x pada penelitian ini belum bisa mendeteksi keberadaan bakteri yang tertutup oleh mukus telur ikan. Pada penelitian yang dilaporkan Decostere et al. 1999 memperlihatkan bahwa bakteri pada permukaan filamen dan lamina insang tampak hanya seperti bentukan tikar dengan perbesaran 5000x dan dengan perbesaran lebih tinggi yaitu 8000x maka bakteri F. columnare terlihat bahwa gambaran seperti tikar adalah kumpulan bakteri panjang halus yang terselimuti oleh mukus. Isolat bakteri yang melekat pada telur menyebabkan sekresi mukus oleh telur sebagai respon adanya keberadaan bakteri tersebut. Bakteri pengendali hayati dengan kemampuan perlekatannya juga memberikan pengaruh negatif terhadap patogen dengan merangsang mukosa untuk menghasilkan biofilm dan mukus atau lendir pada kulit. Olsson et al. 1992 melaporkan bahwa isolat bakteri kandidat probiotik yang diambil dari usus ikan Turbot Scophthalmus maximus memiliki kemampuan melekat, menghasilkan biofilm, sekresi mukus lendir pada kulit dan serum albumin lebih banyak dibandingkan V. anguillarum . Kemampuan tersebut mengindikasikan bahwa isolat bakteri tersebut dapat berkompetisi untuk menghambat pertumbuhan patogen V. anguillarum Olsson et al. 1992. Uji perlekatan yang telah dilakukan pada beberapa isolat bakteri di atas menunjukkan bahwa bakteri tersebut dapat melekat dan meningkatkan mukus pada permukaan mukosa. Mukus mengandung imunoglobulin, lizozim, komplement dan tripsin like protease yang dapat mendegradasi bakteri gram negatif sehingga merupakan mekanisme pertahanan yang dapat mengeliminasi patogen Braun et al. 1990. Isolat bakteri potensial PB3A, PB02, PB05, PB08, PB10, PB13, PB14, PB15, dan PB17 berdasarkan uji patogenitas dan perlekatan kemungkinan dapat dijadikan sebagai pengendali hayati. Universitas Sumatera Utara

4.6. Hasil Uji Antagonisme secara In Vivo