Semangat lahirnya Gerakan Serikat Petani Indonesia

1

BAB V ANALISA DATA

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan melalui teknik wawancara mendalam dengan informan. Peneliti berhasil mengumpulkan informan sebanyak 12 informan dengan komposisi 4 orang informan kunci dan 8 orang informan biasa. Dari wawancara tersebut diperoleh latar belakang, data umum tentang latar belakang informan melalui nama, jenis kelamin, alamat, dan jabatan di organisasi. Informan-informan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara mendalam dan observasi langsung ke lapangan itu juga diperoleh berbagai data-data untuk dapat di analisis melalui pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari data yang telah terkumpul, penulis coba membagi dalam beberapa bagian poin- poin terkait isu yang ingin diuraikan dengan memasukkan petikan wawancara dari informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut.

5.1 Semangat lahirnya Gerakan Serikat Petani Indonesia

Kelahiran gerakan Serikat Petani Indonesia ini sebenarnya respon para petani yang ada untuk menjawab persoalan-persoalan yang sangat kompleks didalam hal agraria. Situasi agraria yang tidak menentu ini diakibatkan begitu banyaknya sistem yang menyimpang dari kepentingan rakyat petani. Ini tercermin dari keberpihakan pemerintah sebagai eksekutor Negara kepada sistem kapitalisme yang memakai semangat modal, industrialisasi dan pasar. Kesemua hal itu mengakibatkan petani terpinggirkan oleh zaman, karena model yang selalu Universitas Sumatera Utara 1 diinginkan oleh para petani ini adalah model perekonomian yang harmonis dan berorientasi pada azas-azas kerakyatan. Melihat situasi agraria yang ada itulah memunculkan gejolak pertentangan sosial dari petani. Petani mulai berpikir kritis untuk menyikapi hal-hal tersebut. Munculnya kelompok-kelompok petani dan organisasi-organisasi petani seakan mengisyaratkan gerakan petani itu akan muncul. Meskipun dulu pada masa orde baru kehidupan berserikat ini sangat ditentang tetapi muncul juga secara tersembunyi, barulah pada saat demokrasi ini semangat munculnya gerakan petani ini Nampak dipermukaan. Serikat Petani Indonesia sebagai salah satu organisasi petani yang ada ditingkatan nasional maupun internasional tidak kalahnya melakukan protes dan tuntutan dengan situasi yang ada. Besar harapan organisasi ini untuk kepentingan masyarakat bawah. Seperti yang disampaikan ketua DPP SPI, kakanda Henry Saragih berikut. “Secara garis besar gerakan SPI ini bernafaskan pada cita-cita perombakan sistem sosial, ekonomi, budaya dan politik di Indonesia untuk membawa kepada arah kesejahteraan pada masyarakat. Perlu ada pengkoreksian sistem tersebut karena tidak lagi pro kepada rakyat khususnya petani. Ini semua akibat terjadinya model pembangunan ekonomi kita yang mengacu pada neoliberalisme dengan pilarnya privatisasi, liberalisasi dan regulasi sehingga perlindungan petani diabaikan.” Paparan diatas sangat jelas harus dilakukan oleh gerakan petani. Situasi yang serba sulit sekarang harus dijawab dengan perlawanan yang sistematis untuk dapat merombak sistem yang ada. Pemerintah hanya sebagai eksekutor Negara, tetapi ada sesuatu gelombang besar dibelakangnya yang mengatur kondisi ini. makanya SPI bertekad untuk dapat menyadarkan dan mendidik semua petani yang tergabung dalam anggotanya untuk dapat berpikir kritis. Universitas Sumatera Utara 1 Persoalan yang tidak dapat dihindari dalam gejolak sosial petani ini adalah tentang penguasaan lahan. Penguasaan lahan tidak seimbang diperuntukkan Negara untuk petani. Banyak perusahaan-perusahaan swasta maupun BUMN yang merampas hak petani dalam penguasaan lahan, ini tidak sesuai dengan azas pri keadilan dan pri kemanusiaan. Hal ini senada dengan penuturan ketua DPW SPI Sumut, Wagimin. “Pertama, kalau kita melihat sebenarnya Gerakan peani ini muncul karena adanya ketidakadilan agraria untuk petani. Dimana sebenarnya persoalan- persoalan petani atas hak atas tanah belum terpenuhi oleh Negara dan selain itu banyaknya kasus tanah yang timbul akibat ketimpangan penguasaan tanah yang ada antara petani dan perusahaan-perusahaan swasta maupun negara. Atas dasar itulah gerakan SPI ini lahir.” Ketidakadilam yang dirasakan itu sangat sering bersinggungan dengan kehidupan petani yang terjadi baik dalam semua aspek sumber agraria, mulai dari tanah, air, bibit tanaman ataupun bibit ternak atau ikan yang hendak dibudidayakan. Ketidakadilan ini melingkupi berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan. Pemerintah juga seringkali memberikan kemudahan untuk mengkorvesi lahan-lahan pertanian menjadi lahan industri ataupun lahan yang digunakan untuk pengembangan usaha non pertanian lainnya. Contoh Ketidakadilan disektor perkebunan misalnya, Sejak beberapa tahun terakhir, perkebunan sawit tengah menjadi primadona di sektor perkebunan. Perkembangan peningkatan luas perkebunan kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir mencapai 218 persen untuk tiap tahunnya. Ironisnya, Dari total luas lahan sawit yang ditanami sebesar 5,5 juta hektar sebanyak 4 juta hektar 67 persen dikuasai oleh perusahaan swasta sementara sisanya dikelola oleh perkebunan- Universitas Sumatera Utara 1 perkebunan kecil berbasis keluarga tani. Maka hasilnya sudah Sejak lama agribisnis sawit telah menggusur perkebunan-perkebunan rakyat. Sementara itu ketidakadilan juga terjadi disektor kehutanan, Jika disektor perkebunan dikenal istilah HGU, maka dalam sektor kehutanan dikenal istilah Hak Pengusahaan Hutan HPH. Tidak jauh berbeda dengan sektor perkebunan, ketidakadilan telah terjadi dalam penguasaan dan penggunaan lahan hutan. Sementara rakyat dilarang untuk mengelola dan mencari sumber penghidupan dihutan tanpa merusak kelestariannya, negara malah membagi-bagi lahan hutan kepada kroni-kroni penguasa. HPH telah menyebabkan laju kerusakan hutan semakin tinggi. Sistem pengelolaan HPH baik oleh perusahaan sasta maupun oleh perusahaan negara seringkali merusak alam dan keseimbangan ekosistem yang akhirnya membuat masyarakat sekitar hutan tidak mampu mengakses kebutuhan hidup yang tadinya diberikan oleh alam. Serupa dengan sektor perkebunan dan kehutanan, disektor pertambangan dikenal istilah kontrak karya KK atau kuasa pertambangan KP. KK dan KP diberikan pada perusahaan pertambangan baik dari dalam dan luar negeri. Data Jaringan Advokasi Tambang JATAM terakhir menyebutkan dari 192.26 juta hektar wilayah Indonesia, sekitar 95.45 juta lahan telah dikontrak karyakan. Padahal pemerintah Indonesia hanya mendapatkan 1,1 – 3 persen dividen dari perusahaan tambang yang sebagian besar adalah perusahaan asing. Bahkan, dari total pendapatan sektor pertambangan rata-rata hanya sekitar 4,7 persen yang ditinggal di dalam negeri. Penguasaan lahan pertambangan besar asing yang bisa mencapai ribuan hektar justru semakin memperbesar ketimpangan kondisi sosial ekonomi. Bukan lahan saja yang diambil, namun aktifitas pertambangan juga Universitas Sumatera Utara 1 telah mencemari tanah dan air yang menjadi sumber penghidupan penduduk sekitar. Akibatnya, pertanian subsistem pun tidak mampu menutupi kebutuhan pangan masyarakat sekitar Hal-hal yang dianggap tidak adil dimata petani inilah yamng kemudian ingin di tawar oleh petani yang merasa terhimpit dari kerasnya zaman. Bayangkan saja, petani yang harusnya dapat hidup sejahtera dengan penghidupan mereka sebagai penggarap lahan, malah dibenturkan dengan akumulasi pasar yang menuntut mereka harus ikut berputar pada logika-logika kapitalistik. Pemerintah sebagai penyelenggara Negara seakan tidak dapat melakukan hal-hal yang berani untuk kesejahteraan rakyatnya. Isu perjuangan atas tanah, atau lebih populernya lagi disebut dengan reforma agraria sejati di SPI sangat menjadi isu strategis di internal organisasi. Karena SPI ingin memperuntukkan tanah sebagai alat untuk memakmurkan masyarakat. Karena kepemilikan lahan pertanian sebagai penyedia alat tukar kebutuhan ekonomi keluarga petani. Apa yang disampaikan Wagimin diatas ditambahkan pula oleh Edy Suhartono dalam kutipan berikut. “Pada dasarnya yang melahirkan semangat perjuangan yang ada di petani SPI ini adalah isu reforma agraria sejati, yaitu ada implementasi riil yaitu petani diberi lahan untuk digarap untuk mendongkrak kemakmuran mereka, karena yang ada sekarang masih semu. Atas semangat itulah SPI bergerak”. Persoalan tanah ini memunculkan semangat SPI untuk dapat melakukan pengorganisasian terhadap elemen-elemen petani untuk melakukan reaksi sosial atas ketidakadilan yang ada. Dalam proses organisasi yang dijalankan pastilah sikap SPI tetap terus menyuarakan keadilan dan pembelaan terhadap nasib petani. Universitas Sumatera Utara 1 Seperti misalnya, SPI secara tegas menolak kebijakan sistem ekonomi kapitalistik. SPI terus bergerak untuk melakukan pengorganisasian dengan model perjuangan secara structural dan fungsional agar runtutan isu yang ingin diperjuangkan dari tingkat desa sama dengan yang diperjuangkan sampai ke dunia internasional. Hal ini seperti disampaikan Ramadhan Sakti Siregar. “Gerakan petani di SPI ini muncul akibat dari situasi Negara yang tidak mampu memenuhi kebutuhan fundamental bagi petani, serta susahnya petani mendapatkan hak atas tanah karena massifnya negara untuk kepentingan pemilik modal, ini lah menjadi fungsi kerja SPI untuk mengorganisir para petani untuk memperjuangkan hak-haknya.” Berangkat dari arah orientasi gerak itulah membuat petani sangat nyaman jika bergerak bersama dibawah paying SPI, ini seperti disampaikan oleh anggota SPI, Arianto : “SPI sangat terorganisir dan rapi secara struktur sehingga dalam melakukan perjuangan sangat bagus. Dan kami sebagai anggota sangat nyaman dan bebas untuk bergerak menentang pemerintah. Karena kamai memiliki kawan untuk berjuang.” Hal diatas sangat kongkrit dirasakan karena para petani yang ada di SPI merasa senasib sepenanggungan, biarpun dibatasi oleh ruang dan waktu tetapi sesama mereka yang menjadi bagian dari SPI merasa sama-sama berjuang. Ini dilihat karena seringnya kegiatan-kegiatan konsolidasi untuk mematangkan perjuangan organisasi Strukturisasi yang rapi merupakan suatu pokok yang fundamental dalam esbuah organisasi massa. Berorganisasi pasti memiliki visi dan harapan yang sama. Maka dari itulah, seluruh fungsionaris organisasi sangat harus mengerti Universitas Sumatera Utara 1 tugas, pokok dan fungsinya sebagai stakeholder organisasi sesuai letak kedudukannya, misalnya di pusat, wilayah, cabang, ranting maupun basis.. SPI telah ada di negara Republik Indonesia ini selama 13 tahun., banyak penacapaian-pencapaian yang dirasakan oleh organisasi, seperti kutipan wawancara dengan ketua DPP SPI Henry Saragih berikut. “Alhamdulillah, sudah bisa terbangun organisasi tani yang kokoh dari tingkat basis yang tersebar di 15 provinsi di Indonesia. Selanjutnya perjuangan dari kampong ini juga telah sampai diakui hingga taraf internasional. Kita juga telah berhasil mendorong agar pembaruan agraria menjadi agenda politik nasional dan kita telah berhasil merebut dan mempertahankan ratusan ribu hektar tanah yang seharusnya memang menjadi milik petani kecil. SPI juga telah mencetak kader-kader petani dipusat pendidikannya, serta membangun dan melestarikan benih-benih lokal Indonesia. Dengan praktek pertanian berkelanjutan dan pertanian agroekologisnya SPI telah menghadirkan model pertanian alternative yang lebih menguntungkan dan lebih ramah kepada alam dengan menggantikan model pertanian agribisnis. SPI bersama gerakan masyarakat sipil lainnya juga telah berhasil melakukan petisi kedaulatan pangan rakyat Indonesia sebagai upaya untuk merebut kembali kedaulatan pangan yang sudah semakin menjauh dari rakyat Indonesia sendiri.” Menarik apa yang disampaikan diatas, bagaimana berhasil merebut dan mempertahankan ratusan ribu hektar yang memang secara hak untuk petani kecil. Untuk Perjuangan kasus tanah itu dilakukan untuk menunjukkan arah keadilan bagi petani. Perjuangan ini ditempuh dari cara de facto hingga de jure, artinya secara fakta dilapangan para petani SPI harus menggarap lahan yang sedang berkonflik dengan cara reclaiming karena sesuai amanah dari UUPA no.5 Tahun 1960. Sementara itu, secara kejelasan hukum harus juga diperjuangkan lewat mekanisme dan atruran hukum yang berlaku di Indonesia. Kesimpulannya cara kerja ini harus sistematis agar cita-cita itu tercapai. Universitas Sumatera Utara 1 Hal diatas merupakan beberapa prestasi tersendiri bagi SPI yang dulunya hanya sebatas kelompok-kelompok tani biasa, tetapi berkat kerja keras selama 13 tahun meiliki pencapaian-pencapaian yang bagus. Tetapi masih banyak tugas yang harus dilakukan organisasi karena kondisi agraria yang ada di Indonesia masih belum berpihak kepada kemakmuran petani.

5.2 Pendidikan kader dan konsolidasi dalam organisasi