Pendidikan kader dan konsolidasi dalam organisasi

1 Hal diatas merupakan beberapa prestasi tersendiri bagi SPI yang dulunya hanya sebatas kelompok-kelompok tani biasa, tetapi berkat kerja keras selama 13 tahun meiliki pencapaian-pencapaian yang bagus. Tetapi masih banyak tugas yang harus dilakukan organisasi karena kondisi agraria yang ada di Indonesia masih belum berpihak kepada kemakmuran petani.

5.2 Pendidikan kader dan konsolidasi dalam organisasi

5.2.1 Pendidikan kader Serikat Petani Indonesia dalam usaha pemenuhan kebutuhan para anggotanya banyak melakukan aktivitas-aktivitas yang mendukung kepada pengembangan cara berpikir dan sikap untuk anggotanya. Hal ini dipandang sebagai sebuah hal yang harus dilakukan agar para petani yang ada tahu untuk apa meereka berjuang dan apa yang akan mereka perjuangkan. Orientasi pendidikan yang dilakukan di SPI diarahkan kepada peningkatan pengetahuan dan pemahaman kader dan massa tani terhadap lingkupan internal dan eksternal organisasi agar terjadi pemerataan pemahaman dan persepsi bagi anggota. Selain itu yang menjadi pokok adalah meningkatkan keterampilan dalam memperkuat organisasi tani untuk dapat melakukan berbagai perjuangan atas hak- hak konstitusional kaum tani. Dan yang terakhir bagaimana dapat meningkatkan keterampilan tentang teknik-teknik pertanian berkelanjutan yang mampu mengacu berkembangnya ekonomi petani. Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan SPI ini juga harus melahirkan kader-kader petani yang handal, tangguh dan militan, serta Universitas Sumatera Utara 1 mampu melahirkan pemimpin-pemimpin petani yang berwatak demokratis, berkemampuan politik sesuai azas SPI dan mengakar massa. Pendidikan petani yang ada di SPI harus pula memberi kesempatan dan mendorong tumbuh dan kuatnya peran petani-petani perempuan dalam organisasi, sehingga keputusan organisasi dapat diambil secara maksimal dan dalam perspektif yang emansipatorik. Oleh karena itu, harus dirumuskan strategi khusus baggi penguatan, penumbuhan dan pengembangan petani perempuan, sehingga mereka memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh setiap akses baik didalam maupundiluar organisasi. Satu hal yang tak juga luput dari metodologi pendidikan ini adalah penyadaran. Proses penyadaran akan situasi yang ada juga erat kaitannya dengan metode perjuangan yang dilakukan. Penyadaran ini dapat dilakukan dengan pendidikan-pendidikan kader yang rutin digelar. Pendidikan merupakan suatu hal yang menjadi pola yang pokok dilakukan untuk penambahan kapasitas para petani yang tergabung. Ini seperti yang dikatakan oleh Wagimin. “Nah, hal utama yang dilakukan adalah bagaimana mereka dapat pendidikan dan penyadaran agar mereka tahu yang mereka hadapi dan bagaimana menghadapinya. Pendidikan-pendidikan ini terus kita lakukan karena persoalan petani erat dengan pengambilan kebijakan, bukan hanya aktivitas lokal para petani saja. Dan di internal organisasi juga terdapat macam dan model pendidikan tersebut.” Pendidikan untuk para petani yang tergabung dalam Serikat Petani Indonesia ini juga berjenjang dan sistematis. Seperti yang sudah dikupas di BAB IV dalam keanggotaan organisasi. Tercatat ada lima jenjang pendidikan untuk para anggotanya ditambah satu pendidikan untuk perkenalan diawal.. Berikut beberapa model pendidikannya. Universitas Sumatera Utara 1 - Pendidikan perkenalan untuk mengenal SPI lebih jauh - Pendidikan kader E sebagai pendidikan dasar - Pendidikan kader D sebagai usaha pemahaman lebih dalam - Pendidikan kader C sebagai usaha persiapan untuk menjadi pengurus ditingkat Basis. - Pendidikan kader B sebagai usaha persiapan untuk menjadi pengurus ditingkat Basis,ranting dan wilayah. - Pendidikan Kader A sebagai usaha untuk persiapan menjadi pengurus ditingkat Basis, ranting, wilayah sampai nasional. Pola pendidikan untuk para petani ini juga berangkat dari keinginan Serikat Petani Indonesia dalam rangka melakukan perjuangannya. Sebenarnya, hal yang paling mendasar yang dilakukan untuk dapat mengajak para petani ini berjuang tidaklah lepas dari persoalan riil yang mereka dapatkan, barulah dari sana diajak lebih berpikir jauh kedepan tentang persoalan-persoalan yang akan dihadapi. Seperti penuturan Henry Saragih. “Dalam mengajak petani ini untuk sama-sama berjuang. SPI memulai dari apa yang petani itu butuhkan dan rasakan. Tidak jauh dari pengalaman harian mereka, dan ini sebenarnya tantangan organisasi untuk dapat memulai dari pengalaman-pengalaman harian petani tersebut.” Sehingga dengan metode rekrutmen anggota yang demikian, para petani yang tergabung dalam gerakan Serikat Petani Indonesia ini merasa perjuangan yang dilakukan sangat realistis dan fundamental. Banyak hari ini kasus, organisasi-organisasi tani yang ada hanya memanfaatkan momentum perlawanan tani untuk kesempatan politik organisasi mereka, tanpa memeperhitungkan nilai Universitas Sumatera Utara 1 sosial dan ekonomi para petani tersebut. Petani sangatlah mementingkan nilai sosial dan ekonomi daripada praktek-praktek politik praktis. SPI menyadari bahwa mengisi kelimuan bagi anggota lebih dapat memberikan suatu kemajuan juga bagi organisasi ketimbang harus memanfaatkan petani-petani tersebut untuk kepentingan elit yang ada di organisasi, dengan melakukan pendidikan yang rapi ini, kepentingannya hanya agar proses regenerasi bisa berjalan dengan baik di organisasi sehingga menciptakan iklim yang sehat bagi tubuh organisasi. Serikat Petani Indonesia secara inheren melakukan penyadaran tersebut agar gerakan yang ditimbulkan muncul dari kegelisahan yang riil dari para petaninya. Ini menjadi ketertarikan beberapa kelompok tani untuk bergabung dibawah paying SPI. Seperti penuturan Khairudin Tanjung berikut. “SPI dianggap penting untuk wadah dalam perjuangan, karena perjuangan- perjuangan yang dilakukan realistis dan tidak muluk-muluk” Hal diatas juga ditambah oleh penuturan Sugianto Simbolon berikut. “Ketertarikan berorganisasi di SPI ini adalah agar berjuang itu nyaman dan enak, karena kalau di SPI, apa yang mau diperjuangkan itu jelas dengan apa yang dirasakan sehari-hari. Fokus utama DPW SPI Sumatera Utara ini memang tidak jauh dari program-program pendidikan untuk proses perkaderan. Regenerasi kepengurusan pasti terus berjalan, karena periode dalam organisasi akan berganti. Maka dari itulah, pendidikan interns dilakukan dalam kerangka perkaderan anggota petani SPI. Karena dianggap perkaderan sebagai amunisi untuk melakukan perjuangan Serikat Petani Indonesia ini. Universitas Sumatera Utara 1 5.2.2 Konsolidasi Penguatan dan pengambangan organisasi juga secara berkala dilakukan oleh Serikat Petani Indonesia. Selain itu juga, penguatan secara internal organisasi ini juga sering dilakukan. Banyak metode dan varian untuk penguatan ini, mulai dari pertemuan-pertemuan rutin basis sampai pelatihan-pelatihan yang dilakukan dalam usaha organisasi untuk proses konsolidasi. Konsolidasi penting karena agar semangat yang ada di petani tetap terjaga. Ini seperti penuturan Wagimin berikut. “SPI ini organisasi masa, fondasi kekuatan organisasi ini adalah di masa. Tugas utama yang dilakukan organisasi adalah menjaga semangat berorganisasi, iniliah titik penting organisasi untuk dapat melakukan konsolidasi. Kita tidak mau terframe hanya mendatangi anggota kalau hanya cuma punya kepentingan. Dalam konsolidasi-konsolidasi ini juga bagian dari kegiatan pendidikan dalam hal itu, konsolidasi tidak hanya sebatas kunjungan tetapi menggali gagasan dan pemikiran untuk tindak lanjut organisasi. Setelah dilakukan proses konsolidasi ini barulah SPI berkeinginan petani-petani yang ada tadi itu memiliki posisi tawar dalam dinamika politik yang ada.” Keterangan diatas bisa dilihat, dalam usaha konsolidasi yang dilakukan, SPI juga memiliki harapan dan cita-cita bagaiamana petani yang ada tidak hanya dipandang secara kuantitatif seperti jumlah massa yang banyak, tetapi juga kearah kualitatif. Artinya petani SPI mampu mejadi solution maker ata situasi agraria yang terjadi. Karena selama ini, petani hanya dianggap kaum rendahan dan tidak menegerti apa-apa tentang situasi yang ada, mereka hanya terhimpit oleh kerasnya zaman yang mewajibkan mereka hidup dalam kebelengguan tersebut. Biarpun dipandang gerakan yang ditimbulkan sudah cukup luas sampai ke dunia internasional, tetapi usaha-usaha ekspansi sangat rutin dilakukan di usia organisasi yang sudah menginjak 13 tahun ini. banyak daerah-daerah yang sama sekali belum tersentuh gerakan dari SPI ini, kususnya kita melihat di Sumatera Universitas Sumatera Utara 1 Utara, SPI tercatat hanya hadir di 4 kabupatenkota yaitu Simalungun, Labuhan batu, Asahan dan Padang Lawas, dalam rencana kedepan ini juga dalam proses ekspansi organisasi diberbagai kabupaten lain yang ada di Sumatera Utara yaitu di Deli serdang, Karo, Langkat, Samosir, Tapanuli Tengah, Batu bara dan Medan. Gejolak-gejolak perlawanan tani inilah ditampung dan difasilitasi oleh gerakan SPI untuk dapat mengembangkan sumber daya manusia untuk para petani. Ini menjadi tugas yang sangat berat bagi organisasi dalam pemenuhan kapasitas anggota tersebut. Seperti penuturan Ramadhan Sakti Siregar berikut. “SPI sering melakukan pertemuan-pertemuan agar mereka paham tentang berorganisasi, lemahnya SPI sekarang adalah kekurangan kader, jadi beberapa strukturisasi yang ada di cabang sampai basis tidak terpenuhi. Sehingga peran-peran strategis untuk berkonsolidasi semuanya dirangkul oleh Wilayah. Inilah fungsi konsolidasi yang dianggap salah satu tugasnya untuk mengisi pos-pos di struktur cabang hingga basis, menginisiasi pengurus untuk rapat sampai pada pembuatan program kerja.” Hal ini menjadi tugas tersendiri ditingkat kepengurusan wilayah. Di dalam organisasi yang cukup mapan dalam strukturnya, pastilah kerangka kerja organisasi haru dapat memebedakan tugas,pokok dan fungsi dari setiap tingkatan kepengurusan yang ada. Dewan Pengurus Wilayah juga berkeinginan agar kemandirian sikap dan kerja yang dilakukan ditingkat bawahnya dapat terwujud. Maka dari itulah, fungsi konsolidasi ini untuk mewujudkan hal tersebut. Jadi jangan hanya dipandang, konsolidasi hanya sebatas pertemuan saja, melainkan untuk mempersiapkan fungsionaris di struktur desa dan pendampingan untuk dapat merumuskan dan melakukan aksi kerja yang nyata untuk berorganisasi sehingga dengan ini kemandirian ditingkat cabang sampai basis bisa terpenuhi. Universitas Sumatera Utara 1 Selama ini yang dirasakan, pengurus wilayah yang menghandle semua aktivitas organisasi, ini bukanlah suatu pemandangan yang baik bagi organisasi. Hal ini sangat terasa terjadi, seperti kutipan dari Saenan berikut. “Aktif di SPI, agar nantinya ada yang membantu dalam penyelesaian konflik tanah, karena kami merasa tidak mempu berjuang sendiri. Jadi, secara tidak langsung, berorganisasi hanyalah mengambil kepentingan untuk dapat perlindungan ketika ingin berjuang. Padahal sebenarnya, perjuangan-perjuangan itu sama-sama dilakukan dan konsisten, tidak hanya berpangku tangan kepada struktur kepengurusan yang lebih tinggi. Hal itulah yang rutin dikuatkan dalam konsolidasi untuk menjaga perspektif para petani yang ada ini tidak berkelakuan pragmatis melainkan pro aktif dalam agenda perjuangan ini.

5.3 Perjuangan pembaharuan agraria dan pembangunan pedesaan