Perjuangan pembaharuan agraria dan pembangunan pedesaan

1 Selama ini yang dirasakan, pengurus wilayah yang menghandle semua aktivitas organisasi, ini bukanlah suatu pemandangan yang baik bagi organisasi. Hal ini sangat terasa terjadi, seperti kutipan dari Saenan berikut. “Aktif di SPI, agar nantinya ada yang membantu dalam penyelesaian konflik tanah, karena kami merasa tidak mempu berjuang sendiri. Jadi, secara tidak langsung, berorganisasi hanyalah mengambil kepentingan untuk dapat perlindungan ketika ingin berjuang. Padahal sebenarnya, perjuangan-perjuangan itu sama-sama dilakukan dan konsisten, tidak hanya berpangku tangan kepada struktur kepengurusan yang lebih tinggi. Hal itulah yang rutin dikuatkan dalam konsolidasi untuk menjaga perspektif para petani yang ada ini tidak berkelakuan pragmatis melainkan pro aktif dalam agenda perjuangan ini.

5.3 Perjuangan pembaharuan agraria dan pembangunan pedesaan

Untuk membangun pertanian dan pedesaan, maka kedaulatan mutlak harus ditangan rakyat. Rakyatlah yang harus menguasasi sumber agraria sebagai kekuatan utama pembangunan. Hal ini hanya bisa dicapai melalui pembaruan agraria. Oleh karena itu, dengan tujuan untuk merombak, memperbarui dan menata model pembangunan ekonomi, demokrasi politik petani secara adat dan budaya masyarakat. SPI terus berjuang untuk mewujudkan pembaruan agraria dan pembangunan pedesaan untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial. Untuk itulah pembaruan agraria harus diarahkan. Hal ini seperti dikatakan oleh Henry Saragih. “Gerakan pembaruan agraria ini berawal dari adanya kekuatan Neoliberalisme yang mengakibatkan situasi agraria yang tidak kondusif. Universitas Sumatera Utara 1 Sebagai contoh Green revolution menjadi model modernisasi pembangunan pertanian yang tidak populis, Inilah yang mengakibatkan tanah-tanah rakyat diambil alih oleh Negara. Akibat dari itu juga terjadi kerusakan alam, gaji buruh tidak layak, dan pada dasarnya sama terjadi model-model perampasan tanah yng terjadi dari sabang sampai merauke, inilah contoh kekuatan penetrasi modal yang berujung pada liberalisasi yang menjadikan konglomerasi di dunia internasional.” Upaya pelaksanaan pembaruan agraria dimulai dari dilaksanakannya program landreform, yaitu suatu upaya yang mencakup pemecahan dan penggabungan satuan-satuan usaha tani, dan perubahan skala pemilikan. Kemudian dilanjutkan dengan peningkatan kemampuan petani dengan berbagai program-program pendidikan, upaya penyediaan kredit, pemilikan teknologi pertanian, sistem perdagangan yang adil, dan mendorong tumbuhnya organisasi- organisasi massa petani dan koperasi petani, serta infrastruktur lainnya. Pelaksanaan pembaruan agraria harus dapat menciptakan proses perombakan dan pembangunan kembali struktur sosial masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Sederet permasalahan lainya muncul dipedesaan sebagai bukti ketidakadilan kebijakan negara dalam sistem pembangunan yang dicanangkan. Permasalahan ekonomi yang menyangkut masalah pertanian, pelayanan kesehatan, dan pendidikan adalah realitas yang menunjukkan tidak terpenuhinya hak rakyat pedesaan atas hak-hak ekonomi, sosial dan budaya EKOSOB seperti apa yang telah ditegaskan dalam kovenan internasional yang dikeluarkan oleh PBB sejak tahun 1966. Melalui privatisasi pertanian, pendidikan dan kesehatan, negara telah menggadaikan kehidupan rakyatnya pada para penguasa modal. Rakyat pedesaan semakin sulit mengakses pendidikan dan kesehatan yang semakin mahal. Sementara itu, sektor pertanian yang menjadi Universitas Sumatera Utara 1 tumpuan hidup rakyat, justru semakin hari semakin tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup akibat ketidak berpihakan kebijakan dari pemerintah. Ditambah munculnya model pembangunan yang dituangkan dalam program revolusi hijau yang secara tidak langsung banyak merugikan petani kecil. Dari aspek sosial budaya, revolusi hijau telah menjadikan petani dan masyarakat desa jatuh kedalam paradigma komersialisasi yang semakin akut. Petani dan masyarakat desa “dipaksa” untuk larut kedalam pola hidup yang mengutamakan konsumsi Konsumerisme. Hal ini berlaku sejalan dengan meningkatnya penggunaan sistem nilai uang dan pertukaran jual-beli serta sewa. Ujung- unjungnya, pola distribusi masyarakat desa yang tadinya berlandaskan kepercayaan dan solidaritas semakin hari semakin menguap dan berganti dengan budaya kerja yang selalu berorientasikan keuntungan. Akibatnya, pola hubungan sosial-produksi ikut berubah dari bagi hasil ke sistem upah. Pola produksi juga telah menyisihkan petani perempuan dan menciptakan akumulasi lahan dari petani sempit ke petani kaya. Dampak lain dari meningkatnya tingkat kebutuhan ekonomi akibat komersialisasi dan konsumerisme akhirnya juga meningkatkan jumlah urbanisasi transformasi tenaga kerja dari pertanian ke sektor industri dan jasa kota. Dalam menciptakan keadilan penguasaan sumber agraria dan mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui Pembaruan agraria maka diperlukan beberapa persyaratan yang meliputi : 1 Komitmen atau political will pemerintah; 2 Pelibatan organisasi tani yang kuat sebagai subjek perubahan; 3 Tersedianya data yang akurat Universitas Sumatera Utara 1 4 Dukungan dari polisi dan militer 5 Elit penguasa yang harus terpisah dari elit bisnis 6 Aparat birokrasi yang bersih, jujur dan mengerti isu-isu pokok petani Perjuangan pembaruan agraria ini menjadi isu pokok yang diperhatikan oleh SPI, beberapa konsepsi yang mesti dilakukan dalam rangka semangat pembaruan agraria ini juga disampaikan Edi Suhartono berikut. “Pada dasarnya pembaruan agraria ini bisa tercapai kalau pemerintah concern terhadap hal ini. seperti misalnya melakukan penataan kembali hubungan-hubungan manusia dengan sumber daya alamnya yang diperuntukkan untuk keadilan serta melakukan pemerataan lahan-lahan yang terlantar yang diperuntukkan untuk rakyat sesuai ananat UUPA tahun 1960.” Menguatnya penetrasi modal ini mengakibatkan pemerintah tidak lagi fokus dalam hal pemenuhan kebutuhan petani. Amanah UUPA no. 5 tahun 1960 pun terasa mandul bagi petani karena tidak direalisasikan oleh Negara. Kenyataan ini harus dihadapi petani karena pada akhirnya pemerintah yang berfungsi sebagai pelaksana regulasi lebih memilih memainkan perannya guna mengakumulasi modal dan kapital dalam setiap pelaksanaan kebijakan agraria nasional. Maka dari kondisi itulah, petani seakan terpisah dari basis produksinya. Hal penting lainnya yang sudah mengebiri hak masyarakat desa dan rakyat tani adalah dibebaskannya perdagangan produk pertanian dunia. Akibatnya, mekanisme dumping produk pertanian dari negara maju telah menghancurkan harga produk pertanian dari rakyat tani. Produk dumping dijual dengan harga yang sangat murah, sehingga harga produk pertanian hasil rakyat tani tidak mampu terjual dengan harga yang menutupi biaya produksi. Privatisasi Bulog juga membuat impor beras menjadi tidak terkendali dan menjadikan harga gabah Universitas Sumatera Utara 1 ditingkat petani berada dalam level yang sangat rendah. Padahal, rata-rata pengeluaran untuk pupuk dan pestisida mencapai 30 persen dari total biaya yang dikeluarkan oleh petani. Parahnya, pemerintah malah memberlakukan kebijakan penurunan tarif impor produk-produk pertanian lainnya dan melakukan pemotongan subsidi pupuk dan benih bagi petani. Pupuk dan benih diliberalisasi yang akhirnya membuat harga pupuk dan benih berfluktuasi dengan kecenderungan harga terus meningkat. Kebuntuan pelaksanaan Pembaruan agraria oleh pemerintah telah membuat rakyat tani menjalankan Pembaruan agraria dengan jalannya sendiri. SPI sebagai organisasi massa tani telah mencoba menegakan Pembaruan agraria dalam konteks pembangunan pedesaan atas prakarsa kekuatan rakyat. Adapun langkah-langkah yang tengah dibangun SPI untuk menuju pelaksanaan Pembaruan agraria adalah : 1 Membangun organisasi massa tani yang kuat, 2 Perjuangan menuju “tanah untuk petani”, 3 Membangun sistem pertanian berkelanjutan untuk kepentingan petani, 4 Membangun sistem keuangan dan permodalan yang mandiri, 5 Membangun mode distribusi yang berkeadilan. Organisasi tani yang kuat adalah salah satu cara agregasi kepentingan petani yang nantinya akan dituangkan dalam kebijakan pemerintah. SPI saat ini selain memposisikan sebagai pelopor gerakan rakyat di tingkat nasional juga sekaligus mengambil peran yang signifikan dalam gerakan tani internasional La Via Campesina. Sementara itu dalam perjuangan tanah untuk rakyat, hingga tahun Universitas Sumatera Utara 1 2006, praktek reklaiming dan okupasi telah mencapai angka lebih dari 150 ribu hektar yang saat ini telah dilakukan penataan dalam mode produksinya. Berbagai bentuk statistik diatas menunjukkan betapa gigihnya petani untuk bisa keluar dari kondisi ketidak adilan ini. karena tanah menjadi hak dasar mereka untuk menuju kehidupan yang makmur. Seperti semangat dari pembaharuan agraria reforma agraria itu sendiri yang menegaskan “land to the people and land to the tiller’s” tanah untuk rakyat lex generalis dan tanah untuk petani lex specialis.

5.4 Gerakan Pertanian